Juli 03, 2012

チアンーセンパイ の ファスト デト。。。 (Kencan Pertama Tian-sempai)


Dan hari ini seperti biasa aku belajar di sekolah, pulang dan membuka kedai milik ku. “Bismillah hari ini untung banyak.” Kataku.
Perkenalkan aku Akira Takawa (光楽高川) dan ini adalah hari-hari ku bersama adik kembar perempuan ku Aiko Takawa (秋子高川).
Selain bekerja untuk SOM dalam menjaga perdamaian seluruh dunia di bawah naungan SOM dari Genesis, aku juga punya kehidupan lain.
“Wah kakak hari ini tumben semangat?!” Tanya Aiko
“Ya lumayan lah soalnya besok mulai libur musim semi.”
Di tengah pembicaraan kami datanglah teman satu sekolah tapi dia masih kelas 2 Morina Ika (森菜イカ). Sedikit cerita Morina atau yang terkenal dengan nama Mocca-chan adalah seorang bintang film yang suka menyamar dan kerja sambilan sebagai pelayan di Takawa-mise. Katanya sih pingin aja.
Ok lanjut ke cerita.
Sudah hampir jam 5 sore, dan pengunjung baru sekitar 4 orang. Sampai.....
“Akira...” Terdengar seseorang memanggil ku dengan nada sedikit menangis.
“Ah... Tian-sempai ada apa?” tanya Aiko.
“Aiko-chan... ha...” katanya tambah menangis.
“Kenapa?” Tanya ku.
“Aku, Minggu besok adalah date pertama ku..”
“Ah~ rupanya cuma first date.”
“Sakit sekali itu Aikra-kun”
“Ah... maaf-maaf”
“Ayo duduk dulu di dalam.”
“Terima kasih Aiko-chan”
Sedikit cerita lagi perempuan yang menangis itu adalah senior ku yang bernama Maihara Tian (毎原チアン). Sekarang dia sedang kuliah di Toudai (Universitas Tokyo) Jurusan Hukum.
“Terus.... kenapa sama date hari Minggu besok?. Ramalan cuaca di TV sih katanya cerah sampai 5 hari kedepan. Lagi pula ini masih hari Kamis. Jadi santai dikit kan bisa.” Kata Morina.
“Kau benar.... sekarang aku lebih tenang. Akira.... Ramen Jumbo ya...”
“Apa-apaan kau ini sedih malah pesen yang Jumbo.” Teriak ku.
Malam tiba, jam 6.30 aku buat sholat magrib dan Morina pulang. Aiko gak sholat karena masih berhalangan. Dan, Tian-sempai masih terlihat bingung dan panik.
“Ya Allah.... Gitu aja masih dipikir.”
“Aku bingung harus pakai baju apa?”
“Kalau masalah baju kenapa gak tanya ke Morina aja sih tadi.”
“Oh iya.... aku kok lupa dia kan pemain film dan model. Berarti dia pasti tahu baju yang bagus. Ok aku pulang sekarang..” Kata Tian-Sempai.
“Habis nangis sekarang seneng mau pulang... Yaudah ati-ati.” Kata ku.
Aku menutup kedai dan masuk rumah. Di rumah Aiko sedang menonton TV.
“Acara apa?” Tanya ku.
“Ah... Cuma liat berita.”
Dan hari itu selesai begitu saja....
Besoknya....
Aku dan Aiko berangkat sekolah. Kebetulan hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum liburan musim panas.
“Ha.... prakiraan cuaca itu benar.... musim panas ini pasti panas.” Kata ku
“Tenang... besok kan libur.”
“Benar juga.”
Di depan ada Amii...
“Sempai selamat pagi.”
“Ah... Amii-chan... Selamat pagi.” Jawab Aiko ramah.
“Ho... Selamat Pagi.”
Amii Arusa (アミイ 或差). Dia adalah adik kelas kami. Meski tidak satu kelas dengan Morina, mereka berdua bisa dibilang teman yang akrab. Aku dan Aiko mengenalnya saat menyelamaatkan Amii dari serangan Genesis.  Amii tinggal di dekat rumah Tian-sempai atau kita juga bisa bilang mereka bertetangga.
“Kemarin Tian-sempai semangat sekali waktu pulang. Kenapa ya?” Tanya Amii.
“Oh... itu, kemarin Tian-sempai cerita kalau besok Minggu itu first datenya. Jadi dia semangat... tapi, waktu pulang dari kedai aja dia semangat.” Jelas ku.
“Lagi pula..” Lanjut Aiko, “Kemarin saat di kedai, sempai nangis karena senang mungkin..”
“Keliatannya bukan senang deh tapi lebih ke lebai aja....”
“Hus kakak...”
“iya-iya...”
Sampai di sekolah dan melakukan pelajaran seperti biasa.
Saat istirahat......
“Hah..... ternyata matematika itu sulit....” Kata ku dengan meregangkan tubuh.
“Itu karena kakak kurang belajar...”
“E..... e... jangan gitu dong..”
Saat kami bergurau, Morina dan Amii datang ke kelas kami.
“Akira-sempai,  Aiko-sempai.” Kata Amii
“Apa?”
“Ada apa Ika-chan, Amii-chan?”
“Aku jadi penasaran sama Tian-sempai. Ika sudah memberi tahu ku apa yang terjadi.” Jelas Amii.
“Aku punya ide bagaimana kalau kita buat kedai milik kalian menjadi tempat yang romantis.” Lanjut Morina.
“Apa.... maksud mu seperti dulu lagi.. nggak... nggak... nggak..” Kata ku.
“Kenapa? Kan ini buat Tian-sempai.” Kata Aiko.
“Tunggu sebentar. Ini agak melenceng dari keinginan Tian-sempai. Bukannya dia Cuma ingin kita bantu memilih baju?” Kata ku.
Selagi kami berbicara, kawan ku di club badminton sekolah yang bernama Misaki Ken (蛇東 ) datang ke kelas ku. Sedikit cerita lagi dia adalah pacar dari Morina Ika. Mereka jadian saat hari Valentine tahun ini. Ahhh... aku tidak mau menceritakannya. Karena hal itu membuat kedai ku berubah menjadi tempat makan yang romantis.
“Yah... ada apa ini ramai sekali?” Tanya Ken dengan senyuman misteriusnya.
“Ini masalah Tian-sempai.” Jawab ku.
“Oh... Ika sudah memberi tahu ku masalah itu.”
“Kau mesti tahu Akira.... Sebenarnya orang yang mengajak Tian-sempai kencan adalah kakak sepupuku sendiri.” Jawab Ken.
“APA........!!!!” Teriak kami semua.
“Hidaka Makoto (火高 馬琴) itulah namanya. Bisa dibilang dia tampan. Dia juga lulusan sekolah ini 2 tahun yang lalu.” Jelas Ken.
“Tapi, Tian-sempai baru lulus tahun lalu kan?!” Kata Morina.
Selagi kami membicarakan Tian-sempai. Orang yang kami bicarakan bersin-bersin.
“Haduh... kena flu musim panas nih....” Katanya.
Akhirnya kami sepakat untuk membantu Tian-sempai dan Makoto-sempai dalam datenya yang kurang 2 hari lagi.
Sorenya, Tian-sempai datang ke kedai ku dengan biasa saja.
“Ya.... sempai selamat datang....” seru ku.
“Gimana?” tanya Morina.
“Apanya?” jawab Tian-sempai.
“Pastilah kita tanya masalah persiapan kencan...” kata Ken yang tiba-tiba muncul di kursi pelanggan.
“Eh.... Ken... sejak kapan kau disini?” tanyaku kebingungan.
Kelihatannya Ken tidak memperhatikan ku dan tetap melanjutkan pembicaraannya, “Mungkin Ika bisa memberi mu sedikit refrensi.”
“Ah.... sudah lah, masalah kencan gitu jangan dibuat repot. Maaf sudah membuat kalian khawatir.” Kata Tian-sempai.
Aiko keluar dari tempat mencuci piring seraya berkata, “Sudah lah itu bukan masalah, kita semua kan sudah seperti satu keluarga. Ken yang sudah tidak memiliki keluarga, Ika yang kabur dari rumah, kami yang sudah tidak berorangtua dari kecil, Amii yang kesepian, dan sempai yang jauh dari keluarga... Jadi kita disini bisa menjadi keluarga yang unik.”
“Aku setuju dengan Aiko sempai, hanya saja kenapa aku dibilang kesepian?” Kata Amii yang juga tiba-tiba muncul.
“He.... Dari mana kau masuk???” tanya ku heran karena ini sudah kejadian kedua.
Tapi, sekali lagi Amii tidak menghiraukan ku. Dan melanjutkan pembicaraan, “Jadi... intinya kami ingin membantu Tian-sempai untuk memperlancar kencan besok lusa.
“Eh... Amii-chan... sebenarnya...” Kata Tian-sempai ragu-ragu.
“APA................!!!!!!!” Teriak kami lagi.
“Eh tunggu, rasanya kita pernah teriak ini deh...?” Potong ku.
“Jadi kau dan Hidaka akan kencan disini?!” Tanya ku.
“Habis.... mau dimana lagi, disini kan aku sudah terbiasa. Lagian, Makoto-san juga bilang kalau aku yang akan menentukan tempat kencannya. Terus gimana?” Jelas Tian-sempai.
“OK....... Sekarang kita lakukan operasi kencan Sempai seperti Kencan Ika-chan!!” Teriak Aiko semangat.
“Eh... tunggu dulu Aiko, Maksud mu....”
“Iya...”
“Apa ada cara lain...”
“Akira.... sudah lah ini kan juga demi senior kita semua...” Kata Ken.
“Emm.... gimana ya. Tapi nanti kalian tanggung jawab ya mengenbalikan seperti semula.” Kata ku.
“OK....” Teriak mereka semua.
“Hurth..... (--,--) pada akhirnya aku yang kalah.” Kata ku dalam hati sambil tersenyum agak berat.
Hanya selisih beberapa detik setelah kami teriak. Hidaka Makoto menelpon Tian-sempai.
“Hallo...”
“Hallo Maihara....”
“Eh.... Makoto-san.. Ada apa kok menelpon ku?” Jawab Tian-sempai sedikit gugup.
“Masalah kencan kita, bisa tidak kalau dilakukan besok. Karena ada yang ingin aku katakan secepatnya kepada mu.”
“Ah.... eh.... em.... gimana ya”
“Kalau kau tidak mau ya tidak apa-apa...”
“Eh..... terserah kau saja”
“Ah.... tidak apa-apa tetap saja hari Minggu besok.”
“Ah.... iya terserah kau saja”
“Jadi.... sampai jumpa hari Minggu.”
“Ah... iya sampai jumpa hari Minggu.”
Lalu telepon pun terputus.
Kami semua entah mengapa bisa menahan nafas semua saat mendengar pembicaraan mereka berdua yang di lound speaker oleh Tian-sempai.
“Jadi.... Besok harus bersih-bersih tempat.” Kata ku...
“Ayo semangat!” Kata Amii.
“Yo....” Jawab kami semua.
Ting Tung
Besoknya, aku dan Aiko diserahi tugas untuk memasak makanan khas Indonesia yang cocok untuk makan malam romantis. Aku dan Aiko sedikit bingung dibagian ini. Karena apa makanan Indonesia yang enak dan berkelas.
“Kakak... minuman yang bagus apa?” Tanya Aiko.
“Minuman harus sesuai dengan makanan pembuka, inti dan penutupnya. Tapi, aku bingung makanan apa?”
“Bagaimana kalau makanan pembukanya Lumpia Khas Semarang.”
“Bener juga. Itu kan gak terlalu berat. Jadi Aiko.... Minumnya awal kau beri saja yang sedikit kecut tapi jangan terlalu kecut. Jadi kecut yang tawar saja.” Kata ku.
“Lalu, makanan inti?” Tanya Aiko.
“Aku masih punya bahan membuat rendang.”
“Rendang?!”
“Kita buat Steak Rendang jadi rasa Indonesia tapi tetap elegan.”
“Kalau gitu minumnya yang bisa melarutkan minyak. Bagaimana kalau sari jahe yang hangat. Tapi nanti tetap gelasnya aku buat elegan.”
“Aku setuju banget tuh... Sekarang makanan penutupnya. Aku memikirkan makanan yang bisa membuat mereka berdua menjadi satu ide.”
“Satu ide?”
“Jadi makanan itu bisa membuat mereka merasakan hal yang sama. Yaitu sama-sama merasakan enak.”
“Bagaimana kalau Black Forrest?”
“Jangan deh Aiko itu tidak cocok dengan makanan intinya. Gimana kalau buah yang dibuat satu tempat. Jadi saling ambil-mengambilkan. Romantis kan...”
“Ha... setuju. Berarti sekarang kita mulai bahan dasarnya.”
“Ok.”
Tung Tang
Amii dan Morina mengajak Tian-sempai dan Aiko menuju rumah Morina untuk mencari baju yang cocok agar kencan pertama Tian-sempai berjalan mulus.
“Selamat datang Ika-sama.” Kata pelayan Morina.
“Sudah lah Maria, aku mengajak teman ku untuk bermain di sini. Dan akan sedikit mengobrak-abrik ruang pakaian.”
“Ruang?” tanya Tian-sempai.
“Benar.... Ika-chan memiliki ruang sendiri untuk koleksi bajunya.” Jelas Aiko.
“Habis mau gimana lagi. Yang memberi pihak menejemen jadinya menumpuk semua.” Jawab Morina.
Mereka masuk menuju ruang pakaian Morina.
Aku sendiri juga bingung. Keluarga Morina adalah keluarga besar yang memiliki banyak sekali perusahaan dan saham di dalam maupun luar negeri dengan jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu kehidupan Morina Ika penerus Morina.Co sangat dipenuhi dengan kemewahan. Meski demikian Morina sendiri tidak mau hidupnya dibuat seperti Putri Istana. Akhirnya dia menjadi model yang cukup terkenal di Jepang. Tapi, akhirnya juga, Morina memilih untuk menjadi model plus karyawan di Takawa Mise. Bingung sekali.
Ok kembali ke cerita.
Mereka berjalan melalui rumah yang megah bak istana di negeri dongeng. Ahaha... agak lebai sih tapi emang kenyataanya seperti itu. Setelah sampai di ruang pakaian milik Morina.
“Silahkan masuk.” Jelas Maria.
“Wah....” kagum Amii.
“Ini seperti lemari raksasa dengan berbagai pakaiannya.” Lanut Aiko.
“Ok sekarang kita mulai pencarian pakaiannya!” Jelas Morina.
Tang Ting
Selagi mereka mencari pakaian. Para lelaki yaitu Aku dan Ken sedang mencari dekorasi yang cocok untuk menghias kedai.
“Oya Ken, menrut mu apakah dekorasi saat Valentine kemarin?”
“Ah.... itu bagus, lagi pula kau waktu itu mengalami patah tulang kan...”
“Ya, benar juga.”
Setelah membeli semua perlengkapan, Ken mentraktir ku di sebuah kafe. Aku membeli secangkir kopi dan Ken membeli secangkir teh.
“Apa kau tahu Hidaka-san itu orangnya seperti apa?” tanya ku.
“Ya, bisa dibilang orangnya itu pendiam, dan suka hal-hal yang cassual.”
“Jadi mungkin dekorasi ini cocok untuknya.”
“Tapi, aku masih bingung kok bisa ya Tian-sempai bertemu dengan Makoto?”
“Katanya sih, dari tempat kuliahnya.”
“Makoto-niisan, itu ambil jurusan Arsitek, kan?”
“Ya, terus sempai sendiri mengambail jurusan Hukum.”
“Mungkin nanti aku bisa tanya ke Makoto-niisan.”
Dalam santai, tiba-tiba........
“Akira-sama.....! Ternyata kau di sini...!!!” Lompat Amimura mencoba untuk memeluk ku.
“Eh.... Amimura... Ahhh.” Jawab ku sembari menghindari pelukannya dengan tangan kiri ku.
“Ah.... Amimura-chan.” Kata Ken ramah.
Amimura Reiko (網村 怜子). Amimura adalah murid kelas 1- 4 di sekolah yang sama dengan kami semua Handai Private High School. Ayah Amimura yaitu Amimura Kohou (網村 戸甫), ayah Amimura adalah seorang pemilik beberapa perusahaan elektronik yang tersebar di Jepang, dan beberapa negara di Asia Tenggara. Aku kenal dengan Amimura saat aku di kelas 1. Saat itu dia kelas 2 SMP.
Dulu Amimura sempat hampir dirasuki oleh Imagin, untungnya aku menghadang Amimura dengan tubuh ku dan Imagin itu memasuki tubuh ku. Setelah Imagin itu keluar dan menjadi mahluk yang nyata, Aku membawa Imagin itu menjauh dari Amimura dan membunuh Imagin itu. Sayangnya, Amimura tahu kalau itu aku. Jadinya, dia harus bersusah payah untuk bisa satu sekolah dengan ku. Katanya ingin berterima kasih.
Hedeh.... berat juga hidup ku.
“Akira-sama dan Ken-sempai ada apa di sini?” Tanya Amimura.
“Ah... kami sedang santai habis belanja.” Jawab Ken ramah.
“Ah.... Lepaskan aku... Kita bukan Muhrim.” Teriak ku.
“Kalau begitu jadikan aku muhrim mu... Tapi, bagaimana caranya?”
“Ah.... Lepas kan....”
Setelah berhasil melepaskan diri, aku memilih untuk mengajak Ken pulang dan meninggalkan Amimura. Sayangnya, Amimura tetap saja mengikuti ku hingga kedai dengan muka berbunga-bunga.
Jeng Jeng
“Wah, kakak sudah pulang.” Kata Aiko.
“Kami pulang.” Kata Ken.
“Selamat datang.” Jawab Aiko.
“Wah, Amimura kau ada di sini” Kata Amii.
“Iya. Aku mengikuti Akira-sama yang tersayang.”
“Ah.... Lepaskan aku.” Teriak ku.
Amimura terus memegangi tangan ku meski aku sudah mencoba melawan dengan berbagai cara. Dan akhirnya.
“Aw..... sakit. A, Maihara-san....? Kenapa kau disini?” Tanya Amimura.
“Pertanyaan ku kenapa kau masih di sini.” Jawab Tian-sempai dengan muka dan suara yang cukup angker.
“Eh.... ya.... gini.... e...” Jawab Amimura gugup, “Ok, aku pulang sekarang.”
“Ah... akhirnya dia pulang juga.” Jawab ku.
Setelah Amimura pulang, kami mulai berbincang-bincang dan merundingkan masalah kencan Tian-sempai.
Dung Dung
1 hari sebelum kencan.
Bisa dibilang semua persiapan sudah Ok. Tapi, ada satu masalah. Masalah itu adalah....
“Sempai apa kalian tahu, Tian-sempai kena demam...” Kata Amii sambil ngos-ngosan karena lari dari rumah.
“Apa.....” Teriak ku.
“Kakak... bagaimana ini?”
“Ha.... tenang saja. Kalian mesti tahu kalau Tian-sempai memiliki ability untuk sembuh dalam waktu 10 jam.” Kata ku tenang.
“Kok kakak bisa tahu?”
“Sudah lah... tidak usah panik...”
Ternyata, benar apa kata ku. Pukul 16.00 atau tepatnya 10 jam setelah Amii panik, Tian-sempai sembuh dari demamnya.
Lalu, Tian-sempai mengunjungi kedai.
“O... Selamat datang Sempai..!” Kata ku.
Kebetulan, tim dalam operasi Kencan Tian-sempai sedang berkumpul semua sejak pulang sekolah tadi.
“Ok kebetulan ada Tian-sempai di sini. Aku akan mengajukan pertanyaan.” Kata Morina.
“Iya, apa itu?”
“Hem... Besok kencannya dimana memangnya?” Tanya ku sebelum Morina tanya.
“He... Akira-sempai biarkan aku yang tanya..!” Teriak Morina.
“Ya, katanya dia akan mengajak ku ke menara Tokyo.”
“Lalu kalian kesini jam berapa?” Tanya Aiko.
“Haduh... Aiko-sempai juga.”
“Ya kelihatannya setelah matahari terbenam. Jadi nanti aku mau minta izin sholat Magrib di sini...”
“Ok kalau begitu ayo mulai dekorasi... Semangat..” Teriak Amii.
“Yo...” Lanjut kami semua.
Jeng Jeng Jeng
Awal liburan musim panas, itu berarti hari ini adalah KENCAN PERTAMA TIAN-SEMPAI......
“Aiko, ayo sekarang kita beli bahan yang masuk daftar cepat busuk.”
“Ok kakak.”
Eits... maksud bahan cepat busuk disini adalah bahan makanan yang akan busuk kalau disimpan kelamaan.
Untuk hari ini, Morina meminta Tian-sempai untuk menginap di rumahnya dan akan memberi Tian-sempai makeup.
“Kalau wajah sempai sudah putih ya, jadi makeupnya tipis saja.”
“Kau yakin ini tidak apa-apa?”
“Sudahlah sempai...”
Niatnya, Amii akan menjadi mata-mata mereka biar kita bisa siap-siap.
“Ah... Aku akan memata-matai mereka. Takut-takut kalau Hidaka-kun aneh-aneh...”
Ken membantu aku dan Aiko memasak. Untungnya kami bertiga mendapat bantuan dari Amimura. Meski bantuan, tapi juga sesekali dia.
“Wa.... Akira-sama keren sekali kalau memasak...”
“Ah..... Lepaskan aku ini harus matang jadi jangan mengganggu. Bantu Aiko sana...”
Sebelum Amii, Tian-sempai dan Morina berangkat, Morina memfoto Tian-sempai dan di kirim ke nomor ku.
“Ah... ada MMS dari Morina.”
Kami melihat bajiu yang digunakan oleh Tian-sempai.
“Jadinya, pakai yang itu.” Kata Aiko.
Baju yang dipakai adalah baju lengan panjang motif bunga warna biru muda dan rok tiga per empat warna krim. Dengan rambut yang dibiarkan terurai.
“Haha... benar-benar bukan Tian-sempai yang selalu mengikat rambutnya.” Kata ku.
“Kau benar Akira.” Jawab Ken.
Ok, sekarang mari kita fokuskan ke Amii, Tian-sempai dan Hidaka-san.
Setelah diantar oleh Morina, Amii mencari tempat sembunyi dan Tian-sempai menunggu Hidaka-san. Ada 15 menit menunggu, akhirnya datang juga tuh orang.
“Maakan aku terlambat.”
“Ah... ya... tidak apa-apa.”
“Wah wah wah....” Kata Amii sembari memotret Hidaka-san dan di MMS ke aku.
Di kedai.
“Wah ini MMS dari Amii. Ho... tampan juga si Hidaka-san ini.”
Kembali lagi ke jalanan.
“Ok, ayo kita mulai jalan.” Kata Hidaka.
“Ah... ya.. e... ayo..”
Mereka pun berjalan menuju Tokyo Tower.
“Aku harus mengikuti mereka tanpa ketahuan.” Kata Amii.
Sesampainya di Tokyo Tower. Mereka masuk dan berjalan-jalan. Ya, tetap tak lupa Amii mengikuti mereka.
Tian-sempai dan Hidaka-san dukuk di sebuah bangku panjang dan Amii duduk di belakang bangku panjang yang saling menempel dan membelakangi . Amii pun mendengarkan percakapan mereka.
“Maihara...”
“Iya...”
“Bagaimana, apa kau menyukainya?”
“Ya, begitulah.”
“Aku ingin mengatakan sesuatu pada mu.”
“E... ya silahkan.”
“Aku besok harus meninggalkan Jepang dan pergi menuju Perancis untuk melanjutkan kuliah ku.”
“A... jadi besok..”
“Ya, maka dari itu aku akan membuat kenangan yang tak terlupakan bersama mu.”
“A... ya...” Kata Tian-sempai yang masih gugup ditambah dengan mukanya yang memerah.
Hidaka Makoto mendapatkan beasiswa karena prestasi. Yaitu beasiswa Arsitek ke Perancis.
“Lalu, kau mau apa?”
“Aku ingin date ini tidak terlupakan.”
“Baiklah, kalau itu maumu. Tapi, aku akan mengajakmu makan malam di restoran teman ku.”
“Ok, aku akan mengikutimu.”
Mereka berdua pun turun bercengkrama biasa seperti layaknya, pasangan.
“Keren juga mereka hihihi...” Kata Amii dalam hati.
Sedikit, siang..... Tian-sempai dan Hidaka-san pergi ke komplek pertokoan, sembari bereblanja bersama.
“Meski aku capek. Tapi, harus tetap mengawasi mereka.”
Sudah sore, Mereka pun kembali ke Tokyo Tower untuk melihat matahari terbenam.
“Wah... indahnya.” Kata Tian-sempai.
“Ya, aku tidak akan melupakan ini. Jadi, kita akan makan di tempat teman mu itu. Dimana?”
“Oh, ah... ya aku hampir lupa. Dekat kok dari sini.”
“Ya sudah ayo kita kesana.”
Mereka pun pergi dari Tokyo Tower dan menuju Kedai ku.
“Ok.... ini saatnya. SMS Akira-sempai.”
Di kedai....
Aku sudah panik karena SMS Amii tadi. Amii dijemput oleh supir Morina dan sudah sampai kedai.
“Good Work Amii-chan...” Kata Aiko ramah.
“Terima kasih. Tapi, mereka sudah 100 meter lagi.”
“Ok, semua siap.”
Mereka sampai di kedai.
“Kedai ini kenapa sepi sekali dan hanya ada satu meja disana.” Kata Tian-sempai dalam hati.
“Ok, Morina saatnya kau keluar.”
Morina menghampiri mereka.
“Selamat datang di Takawa-Mise. Kalian pasti  Maihara-sama dan Hidaka-sama.”
“Ya, benar...”
“Kalian bisa duduk di sini...”
“A.... dimana pengunjung yang lain.”
“Semua kedai ini di pesan oleh Maihara-sama. Jadi tidak ada pengunjung selain kalian berdua.”
“Ah.. sudah lah.” Kata Tian-sempai.
“Kami akan mengambilkan makanan pembuka.” Morina pun bertepuk.
“Ah... itu tandanya, Aiko ayo keluar.” Kata ku.
Aku memberikan makanan ke Hidaka-san dan Aiko ke Tian-sempai.
“Ini?” Tanya Hidaka-san.
“Ini adalah Lumpia khas Semarang. Ini makanan Indonesia.”
“Indonesia ya...”
“Silahkan makan.”
Kami bertiga pun pergi menuju dapur.
“Bagaimana?”
“Ya begirulah.” Kata ku.
“Sial.... ini makanan enak banget...” Kata Tian-sempai dalam hati.
“Makanan ini enak juga ya, Maihara..” Kata Hidaka-san.
“Ah... ya..”
“Jadi ini ya rasanya makanan khas negara mu.”
“Tenang saja ada banyak makanan khas Indonesia yang enak-enak.”
“Begitu kah... kalau begitu. Pelayan”
“Anda memanggil saya lagi. Apa yang bisa saya bantu?”
“Tolong ambilkan makanan Intinya.” Kata Hidaka-san.
“Baik lah.”
“Apa tidak apa-apa, Ika-chan?”
“Malam ini saya adalah pelayan jadi jangan memanggil nama saya.” Kata Morina sambil mengedipkan mata ke Tian-sempai.
Morina bertepuk lagi dan kini Ken dan Amii yang menghidangkan makanan Inti.
“Steak?”
“Benar tuan, ini adalah steak yang dibakar dengan bumbu rendang khas Padang. Silahkan dicoba.” Jelas Ken.
“Ah... ya terima kasih” Kata Hidaka-san.
Setelah mereka menuju dapur.
“Sepertinya aku kenal dengan laki-laki yang membawa makanan tadi.” Kata Hidaka-san
“Ah... begitu kah?!”
“Ya sepertinya itu tadi Ken-kun. Lalu pelayan tadi seperti artis Mocca-chan..”
“Ah... mungkin itu cuman mirip saja.”
Setelah makanan inti selesai. Ini saat yang aku tunggu-tunggu.
“Sekarang, silahkan menikmati makanan penutup kami.”
“Ah, ya terima kasih.”
Morina bertepuk lagi dan kali ini aku dan Aiko yang maju.
“Pelanggan yang terhormat, silahkan menikmati makanan penutup kami.”
“Hanya satu piring?” Tanya Hidaka-san
“Hanya satu piring...!” Teriak Tian-sempai dalam hati.
“Benar. Silahkan dicicipi buah yang diimport langsung dari Indonesia. Negera yang subur...” Kata ku.
Kami kembali ke dapur dan melihat Tian-sempai dan Hidaka-san.
Mereka terlihat hanya diam saja. Sampai buah apel yang terakhir.
“Ah.. silahkan kau saja.”
“Tidak usah, perempuan harus didahulukan..”
“Baiklah akan aku potong menjadi dua.”
Tian-sempai pun memoting potongan apel itu menjadi dua dan menyuapkannya ke Hidaka-san.
“Aha... ini saat yang aku tunggu-tunggu.” Kata ku dalam hati.
“Hidaka kau mau?”
“Ah... terima kasih... AAAA” Hidaka-san pun memakan potongan apel itu.
“Maihara.... terima kasih..”
“Ah.. ya untuk apa?”
“Kau telah memberikan hari terindah untuk ku di hari terakhir ku di Jepang. Sekali lagi terima kasih.”
“sama-sama” Jawab Tian-sempai dengan wajah senang bercampur malu.
“Baiklah ayo kita pulang sekarang.”
“Baiklah..”
“Terima kasih atas kunjungannya di Takawa-mise.” Kata kami semua.
Mereka berdua pun pulang. Dan, saat di persimpangan mereka harus berpisah.
“Baiklah, sekali lagi terima kasih. Sekalian aku ingin berpamitan dengan mu.”
“Ah iya besok hati-hati di jalan ya..”
“Ok, terima kasih
Mereka berpisah di persimpangan itu. Dan akhirnya.....
Tap tap tap tap tap
“Semuanya.... Terima Kasih Banyak....” Kata Tian-sempai setelah berlari munuju kedai.
“Sama-sama” Kata kami semua.
“Tapi, cepat sekali tempat ini menjadi seperti semula?”
“Ya, itu rahasia kami semua...” Kata Ken.
Drdrdrdrdrdrdrdr
Esok harinya.... Kembali seperti biasa dan Tian-sempai memberi ku SMS kalau Hidaka-san sudah berangkat menuju Perancis.
“Jadi pada akhirnya begini...” Kata ku.
“Tapi, Tian-sempai benar-bear menikmati kencannya kemarin ya, kakak.”
“Pasti lah...”
“Kalau kakak besok Kencannya bagaimana ya? Terus, kencan dengan siapa?” Tanya Aiko.
Tiba-tiba Amimura muncul dari belakakng ku.
“Pastinya dengan ku Aiko-sempai...”
“Amimura kenapa kau disini...”
Ya begitulah.... pada akhirnya semua berjalan lancar.
おわり。。。。

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate is Here

Powered By google