Dan hari ini seperti biasa aku belajar di sekolah, pulang dan
membuka kedai milik ku. “Bismillah hari ini untung banyak.” Kataku.
Perkenalkan aku Akira Takawa (光楽高川) dan ini adalah hari-hari ku bersama
adik kembar perempuan ku Aiko Takawa (秋子高川).
Selain bekerja untuk SOM dalam
menjaga perdamaian seluruh dunia di bawah naungan SOM dari Genesis, aku juga
punya kehidupan lain.
“Wah kakak hari ini tumben semangat?!”
Tanya Aiko
“Ya lumayan lah soalnya besok mulai
libur musim semi.”
Di tengah pembicaraan kami datanglah
teman satu sekolah tapi dia masih kelas 2 Morina Ika (森菜イカ). Sedikit cerita Morina atau yang
terkenal dengan nama Mocca-chan adalah seorang bintang film yang suka menyamar
dan kerja sambilan sebagai pelayan di Takawa-mise. Katanya sih pingin aja.
Ok lanjut ke cerita.
Sudah hampir jam 5 sore, dan
pengunjung baru sekitar 4 orang. Sampai.....
“Akira...” Terdengar seseorang
memanggil ku dengan nada sedikit menangis.
“Ah... Tian-sempai ada apa?” tanya
Aiko.
“Aiko-chan... ha...” katanya tambah
menangis.
“Kenapa?” Tanya ku.
“Aku, Minggu besok adalah date
pertama ku..”
“Ah~ rupanya cuma first date.”
“Sakit sekali itu Aikra-kun”
“Ah... maaf-maaf”
“Ayo duduk dulu di dalam.”
“Terima kasih Aiko-chan”
Sedikit cerita lagi perempuan yang
menangis itu adalah senior ku yang bernama Maihara Tian (毎原チアン). Sekarang dia sedang kuliah di
Toudai (Universitas Tokyo) Jurusan Hukum.
“Terus.... kenapa sama date hari
Minggu besok?. Ramalan cuaca di TV sih katanya cerah sampai 5 hari kedepan.
Lagi pula ini masih hari Kamis. Jadi santai dikit kan bisa.” Kata Morina.
“Kau benar.... sekarang aku lebih
tenang. Akira.... Ramen Jumbo ya...”
“Apa-apaan kau ini sedih malah pesen
yang Jumbo.” Teriak ku.
Malam tiba, jam 6.30 aku buat sholat
magrib dan Morina pulang. Aiko gak sholat karena masih berhalangan. Dan,
Tian-sempai masih terlihat bingung dan panik.
“Ya Allah.... Gitu aja masih
dipikir.”
“Aku bingung harus pakai baju apa?”
“Kalau masalah baju kenapa gak tanya
ke Morina aja sih tadi.”
“Oh iya.... aku kok lupa dia kan
pemain film dan model. Berarti dia pasti tahu baju yang bagus. Ok aku pulang
sekarang..” Kata Tian-Sempai.
“Habis nangis sekarang seneng mau
pulang... Yaudah ati-ati.” Kata ku.
Aku menutup kedai dan masuk rumah. Di
rumah Aiko sedang menonton TV.
“Acara apa?” Tanya ku.
“Ah... Cuma liat berita.”
Dan hari itu selesai begitu saja....
Besoknya....
Aku dan Aiko berangkat sekolah.
Kebetulan hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum liburan musim panas.
“Ha.... prakiraan cuaca itu benar....
musim panas ini pasti panas.” Kata ku
“Tenang... besok kan libur.”
“Benar juga.”
Di depan ada Amii...
“Sempai selamat pagi.”
“Ah... Amii-chan... Selamat pagi.”
Jawab Aiko ramah.
“Ho... Selamat Pagi.”
Amii Arusa (アミイ 或差). Dia adalah adik kelas kami. Meski
tidak satu kelas dengan Morina, mereka berdua bisa dibilang teman yang akrab.
Aku dan Aiko mengenalnya saat menyelamaatkan Amii dari serangan Genesis. Amii tinggal di dekat rumah Tian-sempai atau
kita juga bisa bilang mereka bertetangga.
“Kemarin Tian-sempai semangat sekali
waktu pulang. Kenapa ya?” Tanya Amii.
“Oh... itu, kemarin Tian-sempai
cerita kalau besok Minggu itu first datenya. Jadi dia semangat... tapi, waktu
pulang dari kedai aja dia semangat.” Jelas ku.
“Lagi pula..” Lanjut Aiko, “Kemarin
saat di kedai, sempai nangis karena senang mungkin..”
“Keliatannya bukan senang deh tapi
lebih ke lebai aja....”
“Hus kakak...”
“iya-iya...”
Sampai di sekolah dan melakukan
pelajaran seperti biasa.
Saat istirahat......
“Hah..... ternyata matematika itu
sulit....” Kata ku dengan meregangkan tubuh.
“Itu karena kakak kurang belajar...”
“E..... e... jangan gitu dong..”
Saat kami bergurau, Morina dan Amii
datang ke kelas kami.
“Akira-sempai, Aiko-sempai.” Kata Amii
“Apa?”
“Ada apa Ika-chan, Amii-chan?”
“Aku jadi penasaran sama Tian-sempai.
Ika sudah memberi tahu ku apa yang terjadi.” Jelas Amii.
“Aku punya ide bagaimana kalau kita
buat kedai milik kalian menjadi tempat yang romantis.” Lanjut Morina.
“Apa.... maksud mu seperti dulu
lagi.. nggak... nggak... nggak..” Kata ku.
“Kenapa? Kan ini buat Tian-sempai.”
Kata Aiko.
“Tunggu sebentar. Ini agak melenceng
dari keinginan Tian-sempai. Bukannya dia Cuma ingin kita bantu memilih baju?”
Kata ku.
Selagi kami berbicara, kawan ku di
club badminton sekolah yang bernama Misaki Ken (蛇東 鉄) datang ke kelas ku. Sedikit cerita lagi dia
adalah pacar dari Morina Ika. Mereka jadian saat hari Valentine tahun ini.
Ahhh... aku tidak mau menceritakannya. Karena hal itu membuat kedai ku berubah
menjadi tempat makan yang romantis.
“Yah... ada apa ini ramai sekali?”
Tanya Ken dengan senyuman misteriusnya.
“Ini masalah Tian-sempai.” Jawab ku.
“Oh... Ika sudah memberi tahu ku
masalah itu.”
“Kau mesti tahu Akira.... Sebenarnya
orang yang mengajak Tian-sempai kencan adalah kakak sepupuku sendiri.” Jawab
Ken.
“APA........!!!!” Teriak kami semua.
“Hidaka Makoto (火高 馬琴) itulah namanya. Bisa dibilang dia
tampan. Dia juga lulusan sekolah ini 2 tahun yang lalu.” Jelas Ken.
“Tapi, Tian-sempai baru lulus tahun
lalu kan?!” Kata Morina.
Selagi kami membicarakan Tian-sempai.
Orang yang kami bicarakan bersin-bersin.
“Haduh... kena flu musim panas
nih....” Katanya.
Akhirnya kami sepakat untuk membantu
Tian-sempai dan Makoto-sempai dalam datenya yang kurang 2 hari lagi.
Sorenya, Tian-sempai datang ke kedai
ku dengan biasa saja.
“Ya.... sempai selamat datang....”
seru ku.
“Gimana?” tanya Morina.
“Apanya?” jawab Tian-sempai.
“Pastilah kita tanya masalah
persiapan kencan...” kata Ken yang tiba-tiba muncul di kursi pelanggan.
“Eh.... Ken... sejak kapan kau
disini?” tanyaku kebingungan.
Kelihatannya Ken tidak memperhatikan
ku dan tetap melanjutkan pembicaraannya, “Mungkin Ika bisa memberi mu sedikit
refrensi.”
“Ah.... sudah lah, masalah kencan
gitu jangan dibuat repot. Maaf sudah membuat kalian khawatir.” Kata
Tian-sempai.
Aiko keluar dari tempat mencuci
piring seraya berkata, “Sudah lah itu bukan masalah, kita semua kan sudah
seperti satu keluarga. Ken yang sudah tidak memiliki keluarga, Ika yang kabur
dari rumah, kami yang sudah tidak berorangtua dari kecil, Amii yang kesepian, dan
sempai yang jauh dari keluarga... Jadi kita disini bisa menjadi keluarga yang
unik.”
“Aku setuju dengan Aiko sempai, hanya
saja kenapa aku dibilang kesepian?” Kata Amii yang juga tiba-tiba muncul.
“He.... Dari mana kau masuk???” tanya
ku heran karena ini sudah kejadian kedua.
Tapi, sekali lagi Amii tidak
menghiraukan ku. Dan melanjutkan pembicaraan, “Jadi... intinya kami ingin
membantu Tian-sempai untuk memperlancar kencan besok lusa.
“Eh... Amii-chan... sebenarnya...”
Kata Tian-sempai ragu-ragu.
“APA................!!!!!!!” Teriak
kami lagi.
“Eh tunggu, rasanya kita pernah
teriak ini deh...?” Potong ku.
“Jadi kau dan Hidaka akan kencan
disini?!” Tanya ku.
“Habis.... mau dimana lagi, disini
kan aku sudah terbiasa. Lagian, Makoto-san juga bilang kalau aku yang akan
menentukan tempat kencannya. Terus gimana?” Jelas Tian-sempai.
“OK....... Sekarang kita lakukan
operasi kencan Sempai seperti Kencan Ika-chan!!” Teriak Aiko semangat.
“Eh... tunggu dulu Aiko, Maksud
mu....”
“Iya...”
“Apa ada cara lain...”
“Akira.... sudah lah ini kan juga
demi senior kita semua...” Kata Ken.
“Emm.... gimana ya. Tapi nanti kalian
tanggung jawab ya mengenbalikan seperti semula.” Kata ku.
“OK....” Teriak mereka semua.
“Hurth.....
(--,--) pada akhirnya aku yang kalah.” Kata ku dalam hati sambil tersenyum agak
berat.
Hanya selisih beberapa detik setelah
kami teriak. Hidaka Makoto menelpon Tian-sempai.
“Hallo...”
“Hallo Maihara....”
“Eh.... Makoto-san.. Ada apa kok
menelpon ku?” Jawab Tian-sempai sedikit gugup.
“Masalah kencan kita, bisa tidak
kalau dilakukan besok. Karena ada yang ingin aku katakan secepatnya kepada mu.”
“Ah.... eh.... em.... gimana ya”
“Kalau kau tidak mau ya tidak
apa-apa...”
“Eh..... terserah kau saja”
“Ah.... tidak apa-apa tetap saja hari
Minggu besok.”
“Ah.... iya terserah kau saja”
“Jadi.... sampai jumpa hari Minggu.”
“Ah... iya sampai jumpa hari Minggu.”
Lalu telepon pun terputus.
Kami semua entah mengapa bisa menahan
nafas semua saat mendengar pembicaraan mereka berdua yang di lound speaker oleh
Tian-sempai.
“Jadi.... Besok harus bersih-bersih
tempat.” Kata ku...
“Ayo semangat!” Kata Amii.
“Yo....” Jawab kami semua.
Ting Tung
Besoknya, aku dan Aiko diserahi tugas
untuk memasak makanan khas Indonesia yang cocok untuk makan malam romantis. Aku
dan Aiko sedikit bingung dibagian ini. Karena apa makanan Indonesia yang enak
dan berkelas.
“Kakak... minuman yang bagus apa?”
Tanya Aiko.
“Minuman harus sesuai dengan makanan
pembuka, inti dan penutupnya. Tapi, aku bingung makanan apa?”
“Bagaimana kalau makanan pembukanya
Lumpia Khas Semarang.”
“Bener juga. Itu kan gak terlalu
berat. Jadi Aiko.... Minumnya awal kau beri saja yang sedikit kecut tapi jangan
terlalu kecut. Jadi kecut yang tawar saja.” Kata ku.
“Lalu, makanan inti?” Tanya Aiko.
“Aku masih punya bahan membuat
rendang.”
“Rendang?!”
“Kita buat Steak Rendang jadi rasa
Indonesia tapi tetap elegan.”
“Kalau gitu minumnya yang bisa
melarutkan minyak. Bagaimana kalau sari jahe yang hangat. Tapi nanti tetap
gelasnya aku buat elegan.”
“Aku setuju banget tuh... Sekarang
makanan penutupnya. Aku memikirkan makanan yang bisa membuat mereka berdua
menjadi satu ide.”
“Satu ide?”
“Jadi makanan itu bisa membuat mereka
merasakan hal yang sama. Yaitu sama-sama merasakan enak.”
“Bagaimana kalau Black Forrest?”
“Jangan deh Aiko itu tidak cocok
dengan makanan intinya. Gimana kalau buah yang dibuat satu tempat. Jadi saling
ambil-mengambilkan. Romantis kan...”
“Ha... setuju. Berarti sekarang kita
mulai bahan dasarnya.”
“Ok.”
Tung Tang
Amii dan Morina mengajak Tian-sempai
dan Aiko menuju rumah Morina untuk mencari baju yang cocok agar kencan pertama
Tian-sempai berjalan mulus.
“Selamat datang Ika-sama.” Kata
pelayan Morina.
“Sudah lah Maria, aku mengajak teman
ku untuk bermain di sini. Dan akan sedikit mengobrak-abrik ruang pakaian.”
“Ruang?” tanya Tian-sempai.
“Benar.... Ika-chan memiliki ruang
sendiri untuk koleksi bajunya.” Jelas Aiko.
“Habis mau gimana lagi. Yang memberi
pihak menejemen jadinya menumpuk semua.” Jawab Morina.
Mereka masuk menuju ruang pakaian
Morina.
Aku sendiri juga bingung. Keluarga
Morina adalah keluarga besar yang memiliki banyak sekali perusahaan dan saham
di dalam maupun luar negeri dengan jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu
kehidupan Morina Ika penerus Morina.Co sangat dipenuhi dengan kemewahan. Meski
demikian Morina sendiri tidak mau hidupnya dibuat seperti Putri Istana.
Akhirnya dia menjadi model yang cukup terkenal di Jepang. Tapi, akhirnya juga,
Morina memilih untuk menjadi model plus karyawan di Takawa Mise. Bingung
sekali.
Ok kembali ke cerita.
Mereka berjalan melalui rumah yang
megah bak istana di negeri dongeng. Ahaha... agak lebai sih tapi emang
kenyataanya seperti itu. Setelah sampai di ruang pakaian milik Morina.
“Silahkan masuk.” Jelas Maria.
“Wah....” kagum Amii.
“Ini seperti lemari raksasa dengan
berbagai pakaiannya.” Lanut Aiko.
“Ok sekarang kita mulai pencarian
pakaiannya!” Jelas Morina.
Tang Ting
Selagi mereka mencari pakaian. Para
lelaki yaitu Aku dan Ken sedang mencari dekorasi yang cocok untuk menghias
kedai.
“Oya Ken, menrut mu apakah dekorasi
saat Valentine kemarin?”
“Ah.... itu bagus, lagi pula kau
waktu itu mengalami patah tulang kan...”
“Ya, benar juga.”
Setelah membeli semua perlengkapan,
Ken mentraktir ku di sebuah kafe. Aku membeli secangkir kopi dan Ken membeli
secangkir teh.
“Apa kau tahu Hidaka-san itu orangnya
seperti apa?” tanya ku.
“Ya, bisa dibilang orangnya itu
pendiam, dan suka hal-hal yang cassual.”
“Jadi mungkin dekorasi ini cocok
untuknya.”
“Tapi, aku masih bingung kok bisa ya
Tian-sempai bertemu dengan Makoto?”
“Katanya sih, dari tempat kuliahnya.”
“Makoto-niisan, itu ambil jurusan
Arsitek, kan?”
“Ya, terus sempai sendiri mengambail
jurusan Hukum.”
“Mungkin nanti aku bisa tanya ke
Makoto-niisan.”
Dalam santai, tiba-tiba........
“Akira-sama.....! Ternyata kau di
sini...!!!” Lompat Amimura mencoba untuk memeluk ku.
“Eh.... Amimura... Ahhh.” Jawab ku
sembari menghindari pelukannya dengan tangan kiri ku.
“Ah.... Amimura-chan.” Kata Ken
ramah.
Amimura Reiko (網村 怜子). Amimura adalah murid kelas 1- 4 di
sekolah yang sama dengan kami semua Handai Private High School. Ayah Amimura
yaitu Amimura Kohou (網村 戸甫), ayah Amimura adalah seorang
pemilik beberapa perusahaan elektronik yang tersebar di Jepang, dan beberapa
negara di Asia Tenggara. Aku kenal dengan Amimura saat aku di kelas 1. Saat itu
dia kelas 2 SMP.
Dulu Amimura sempat hampir dirasuki
oleh Imagin, untungnya aku menghadang Amimura dengan tubuh ku dan Imagin itu
memasuki tubuh ku. Setelah Imagin itu keluar dan menjadi mahluk yang nyata, Aku
membawa Imagin itu menjauh dari Amimura dan membunuh Imagin itu. Sayangnya,
Amimura tahu kalau itu aku. Jadinya, dia harus bersusah payah untuk bisa satu
sekolah dengan ku. Katanya ingin berterima kasih.
Hedeh.... berat juga hidup ku.
“Akira-sama dan Ken-sempai ada apa di
sini?” Tanya Amimura.
“Ah... kami sedang santai habis
belanja.” Jawab Ken ramah.
“Ah.... Lepaskan aku... Kita bukan
Muhrim.” Teriak ku.
“Kalau begitu jadikan aku muhrim
mu... Tapi, bagaimana caranya?”
“Ah.... Lepas kan....”
Setelah berhasil melepaskan diri, aku
memilih untuk mengajak Ken pulang dan meninggalkan Amimura. Sayangnya, Amimura
tetap saja mengikuti ku hingga kedai dengan muka berbunga-bunga.
Jeng Jeng
“Wah, kakak sudah pulang.” Kata Aiko.
“Kami pulang.” Kata Ken.
“Selamat datang.” Jawab Aiko.
“Wah, Amimura kau ada di sini” Kata
Amii.
“Iya. Aku mengikuti Akira-sama yang
tersayang.”
“Ah.... Lepaskan aku.” Teriak ku.
Amimura terus memegangi tangan ku
meski aku sudah mencoba melawan dengan berbagai cara. Dan akhirnya.
“Aw..... sakit. A, Maihara-san....?
Kenapa kau disini?” Tanya Amimura.
“Pertanyaan ku kenapa kau masih di
sini.” Jawab Tian-sempai dengan muka dan suara yang cukup angker.
“Eh.... ya.... gini.... e...” Jawab
Amimura gugup, “Ok, aku pulang sekarang.”
“Ah... akhirnya dia pulang juga.”
Jawab ku.
Setelah Amimura pulang, kami mulai
berbincang-bincang dan merundingkan masalah kencan Tian-sempai.
Dung Dung
1 hari sebelum kencan.
Bisa dibilang semua persiapan sudah
Ok. Tapi, ada satu masalah. Masalah itu adalah....
“Sempai apa kalian tahu, Tian-sempai
kena demam...” Kata Amii sambil ngos-ngosan karena lari dari rumah.
“Apa.....” Teriak ku.
“Kakak... bagaimana ini?”
“Ha.... tenang saja. Kalian mesti
tahu kalau Tian-sempai memiliki ability untuk sembuh dalam waktu 10 jam.” Kata
ku tenang.
“Kok kakak bisa tahu?”
“Sudah lah... tidak usah panik...”
Ternyata, benar apa kata ku. Pukul
16.00 atau tepatnya 10 jam setelah Amii panik, Tian-sempai sembuh dari
demamnya.
Lalu, Tian-sempai mengunjungi kedai.
“O... Selamat datang Sempai..!” Kata
ku.
Kebetulan, tim dalam operasi Kencan
Tian-sempai sedang berkumpul semua sejak pulang sekolah tadi.
“Ok kebetulan ada Tian-sempai di
sini. Aku akan mengajukan pertanyaan.” Kata Morina.
“Iya, apa itu?”
“Hem... Besok kencannya dimana
memangnya?” Tanya ku sebelum Morina tanya.
“He... Akira-sempai biarkan aku yang
tanya..!” Teriak Morina.
“Ya, katanya dia akan mengajak ku ke
menara Tokyo.”
“Lalu kalian kesini jam berapa?”
Tanya Aiko.
“Haduh... Aiko-sempai juga.”
“Ya kelihatannya setelah matahari
terbenam. Jadi nanti aku mau minta izin sholat Magrib di sini...”
“Ok kalau begitu ayo mulai
dekorasi... Semangat..” Teriak Amii.
“Yo...” Lanjut kami semua.
Jeng Jeng Jeng
Awal liburan musim panas, itu berarti
hari ini adalah KENCAN PERTAMA TIAN-SEMPAI......
“Aiko, ayo sekarang kita beli bahan
yang masuk daftar cepat busuk.”
“Ok kakak.”
Eits... maksud bahan cepat busuk
disini adalah bahan makanan yang akan busuk kalau disimpan kelamaan.
Untuk hari ini, Morina meminta Tian-sempai
untuk menginap di rumahnya dan akan memberi Tian-sempai makeup.
“Kalau wajah sempai sudah putih ya,
jadi makeupnya tipis saja.”
“Kau yakin ini tidak apa-apa?”
“Sudahlah sempai...”
Niatnya, Amii akan menjadi mata-mata
mereka biar kita bisa siap-siap.
“Ah... Aku akan memata-matai mereka.
Takut-takut kalau Hidaka-kun aneh-aneh...”
Ken membantu aku dan Aiko memasak.
Untungnya kami bertiga mendapat bantuan dari Amimura. Meski bantuan, tapi juga
sesekali dia.
“Wa.... Akira-sama keren sekali kalau
memasak...”
“Ah..... Lepaskan aku ini harus
matang jadi jangan mengganggu. Bantu Aiko sana...”
Sebelum Amii, Tian-sempai dan Morina
berangkat, Morina memfoto Tian-sempai dan di kirim ke nomor ku.
“Ah... ada MMS dari Morina.”
Kami melihat bajiu yang digunakan
oleh Tian-sempai.
“Jadinya, pakai yang itu.” Kata Aiko.
Baju yang dipakai adalah baju lengan
panjang motif bunga warna biru muda dan rok tiga per empat warna krim. Dengan
rambut yang dibiarkan terurai.
“Haha... benar-benar bukan
Tian-sempai yang selalu mengikat rambutnya.” Kata ku.
“Kau benar Akira.” Jawab Ken.
Ok, sekarang mari kita fokuskan ke
Amii, Tian-sempai dan Hidaka-san.
Setelah diantar oleh Morina, Amii
mencari tempat sembunyi dan Tian-sempai menunggu Hidaka-san. Ada 15 menit
menunggu, akhirnya datang juga tuh orang.
“Maakan aku terlambat.”
“Ah... ya... tidak apa-apa.”
“Wah wah wah....” Kata Amii sembari
memotret Hidaka-san dan di MMS ke aku.
Di kedai.
“Wah ini MMS dari Amii. Ho... tampan
juga si Hidaka-san ini.”
Kembali lagi ke jalanan.
“Ok, ayo kita mulai jalan.” Kata
Hidaka.
“Ah... ya.. e... ayo..”
Mereka pun berjalan menuju Tokyo
Tower.
“Aku harus mengikuti mereka tanpa
ketahuan.” Kata Amii.
Sesampainya di Tokyo Tower. Mereka
masuk dan berjalan-jalan. Ya, tetap tak lupa Amii mengikuti mereka.
Tian-sempai dan Hidaka-san dukuk di
sebuah bangku panjang dan Amii duduk di belakang bangku panjang yang saling
menempel dan membelakangi . Amii pun mendengarkan percakapan mereka.
“Maihara...”
“Iya...”
“Bagaimana, apa kau menyukainya?”
“Ya, begitulah.”
“Aku ingin mengatakan sesuatu pada
mu.”
“E... ya silahkan.”
“Aku besok harus meninggalkan Jepang
dan pergi menuju Perancis untuk melanjutkan kuliah ku.”
“A... jadi besok..”
“Ya, maka dari itu aku akan membuat
kenangan yang tak terlupakan bersama mu.”
“A... ya...” Kata Tian-sempai yang
masih gugup ditambah dengan mukanya yang memerah.
Hidaka Makoto mendapatkan beasiswa
karena prestasi. Yaitu beasiswa Arsitek ke Perancis.
“Lalu, kau mau apa?”
“Aku ingin date ini tidak
terlupakan.”
“Baiklah, kalau itu maumu. Tapi, aku
akan mengajakmu makan malam di restoran teman ku.”
“Ok, aku akan mengikutimu.”
Mereka berdua pun turun bercengkrama
biasa seperti layaknya, pasangan.
“Keren juga mereka hihihi...” Kata
Amii dalam hati.
Sedikit, siang..... Tian-sempai dan
Hidaka-san pergi ke komplek pertokoan, sembari bereblanja bersama.
“Meski aku capek. Tapi, harus tetap
mengawasi mereka.”
Sudah sore, Mereka pun kembali ke
Tokyo Tower untuk melihat matahari terbenam.
“Wah... indahnya.” Kata Tian-sempai.
“Ya, aku tidak akan melupakan ini. Jadi,
kita akan makan di tempat teman mu itu. Dimana?”
“Oh, ah... ya aku hampir lupa. Dekat
kok dari sini.”
“Ya sudah ayo kita kesana.”
Mereka pun pergi dari Tokyo Tower dan
menuju Kedai ku.
“Ok.... ini saatnya. SMS
Akira-sempai.”
Di kedai....
Aku sudah panik karena SMS Amii tadi.
Amii dijemput oleh supir Morina dan sudah sampai kedai.
“Good Work Amii-chan...” Kata Aiko
ramah.
“Terima kasih. Tapi, mereka sudah 100
meter lagi.”
“Ok, semua siap.”
Mereka sampai di kedai.
“Kedai ini kenapa sepi sekali dan
hanya ada satu meja disana.” Kata Tian-sempai dalam hati.
“Ok, Morina saatnya kau keluar.”
Morina menghampiri mereka.
“Selamat datang di Takawa-Mise.
Kalian pasti Maihara-sama dan
Hidaka-sama.”
“Ya, benar...”
“Kalian bisa duduk di sini...”
“A.... dimana pengunjung yang lain.”
“Semua kedai ini di pesan oleh
Maihara-sama. Jadi tidak ada pengunjung selain kalian berdua.”
“Ah.. sudah lah.” Kata Tian-sempai.
“Kami akan mengambilkan makanan
pembuka.” Morina pun bertepuk.
“Ah... itu tandanya, Aiko ayo
keluar.” Kata ku.
Aku memberikan makanan ke Hidaka-san
dan Aiko ke Tian-sempai.
“Ini?” Tanya Hidaka-san.
“Ini adalah Lumpia khas Semarang. Ini
makanan Indonesia.”
“Indonesia ya...”
“Silahkan makan.”
Kami bertiga pun pergi menuju dapur.
“Bagaimana?”
“Ya begirulah.” Kata ku.
“Sial.... ini makanan enak banget...”
Kata Tian-sempai dalam hati.
“Makanan ini enak juga ya, Maihara..”
Kata Hidaka-san.
“Ah... ya..”
“Jadi ini ya rasanya makanan khas
negara mu.”
“Tenang saja ada banyak makanan khas
Indonesia yang enak-enak.”
“Begitu kah... kalau begitu. Pelayan”
“Anda memanggil saya lagi. Apa yang
bisa saya bantu?”
“Tolong ambilkan makanan Intinya.”
Kata Hidaka-san.
“Baik lah.”
“Apa tidak apa-apa, Ika-chan?”
“Malam ini saya adalah pelayan jadi
jangan memanggil nama saya.” Kata Morina sambil mengedipkan mata ke
Tian-sempai.
Morina bertepuk lagi dan kini Ken dan
Amii yang menghidangkan makanan Inti.
“Steak?”
“Benar tuan, ini adalah steak yang
dibakar dengan bumbu rendang khas Padang. Silahkan dicoba.” Jelas Ken.
“Ah... ya terima kasih” Kata
Hidaka-san.
Setelah mereka menuju dapur.
“Sepertinya aku kenal dengan
laki-laki yang membawa makanan tadi.” Kata Hidaka-san
“Ah... begitu kah?!”
“Ya sepertinya itu tadi Ken-kun. Lalu
pelayan tadi seperti artis Mocca-chan..”
“Ah... mungkin itu cuman mirip saja.”
Setelah makanan inti selesai. Ini
saat yang aku tunggu-tunggu.
“Sekarang, silahkan menikmati makanan
penutup kami.”
“Ah, ya terima kasih.”
Morina bertepuk lagi dan kali ini aku
dan Aiko yang maju.
“Pelanggan yang terhormat, silahkan
menikmati makanan penutup kami.”
“Hanya satu piring?” Tanya Hidaka-san
“Hanya satu piring...!” Teriak
Tian-sempai dalam hati.
“Benar. Silahkan dicicipi buah yang
diimport langsung dari Indonesia. Negera yang subur...” Kata ku.
Kami
kembali ke dapur dan melihat Tian-sempai dan Hidaka-san.
Mereka
terlihat hanya diam saja. Sampai buah apel yang terakhir.
“Ah..
silahkan kau saja.”
“Tidak
usah, perempuan harus didahulukan..”
“Baiklah
akan aku potong menjadi dua.”
Tian-sempai
pun memoting potongan apel itu menjadi dua dan menyuapkannya ke Hidaka-san.
“Aha... ini
saat yang aku tunggu-tunggu.” Kata ku dalam hati.
“Hidaka kau
mau?”
“Ah...
terima kasih... AAAA” Hidaka-san pun memakan potongan apel itu.
“Maihara....
terima kasih..”
“Ah.. ya
untuk apa?”
“Kau telah
memberikan hari terindah untuk ku di hari terakhir ku di Jepang. Sekali lagi
terima kasih.”
“sama-sama”
Jawab Tian-sempai dengan wajah senang bercampur malu.
“Baiklah
ayo kita pulang sekarang.”
“Baiklah..”
“Terima kasih
atas kunjungannya di Takawa-mise.” Kata kami semua.
Mereka
berdua pun pulang. Dan, saat di persimpangan mereka harus berpisah.
“Baiklah,
sekali lagi terima kasih. Sekalian aku ingin berpamitan dengan mu.”
“Ah iya
besok hati-hati di jalan ya..”
“Ok, terima
kasih
Mereka
berpisah di persimpangan itu. Dan akhirnya.....
Tap tap tap
tap tap
“Semuanya....
Terima Kasih Banyak....” Kata Tian-sempai setelah berlari munuju kedai.
“Sama-sama”
Kata kami semua.
“Tapi,
cepat sekali tempat ini menjadi seperti semula?”
“Ya, itu
rahasia kami semua...” Kata Ken.
Drdrdrdrdrdrdrdr
Esok
harinya.... Kembali seperti biasa dan Tian-sempai memberi ku SMS kalau
Hidaka-san sudah berangkat menuju Perancis.
“Jadi pada
akhirnya begini...” Kata ku.
“Tapi, Tian-sempai benar-bear menikmati kencannya kemarin ya, kakak.”
“Pasti lah...”
“Kalau kakak besok Kencannya bagaimana ya? Terus, kencan dengan siapa?” Tanya
Aiko.
Tiba-tiba Amimura muncul dari belakakng ku.
“Pastinya dengan ku Aiko-sempai...”
“Amimura kenapa kau disini...”
Ya begitulah.... pada akhirnya semua berjalan lancar.
おわり。。。。
Tidak ada komentar:
Posting Komentar