November 08, 2011

Sehelai Melodi. Cerpen motivasi.


Sehelai Melodi
Pagi itu mungkin adalah pagi yang biasa bagi Kitamura. Ya, sarapan pagi dan berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah hanya bertemu pelajaran biasa yang membosankan dan membuat pikirannya penuh. Kehilangan kedua orang tua karena kecelakaan pesawat sepuluh tahun lalu membuatnya menjadi pemuda yang tidak pernah memiliki rasa semangat dalam hidupnya.
Setelah semua pelajaran selesai dan saatnya pulang, dia lebih suka membeli takoyaki di gang sebelah rumahnya sebelum pulang. Sebenarnya ada yang berpendapat tentang Kitamura Imori bahwa dia adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental atau dia adalah anak yang memiliki nilai negatif dalam hidupnya.
Meski demikian, banyak anak juga perempuan yang ternyata menyukai Kitamura. Karena menganggap Kitamura memiliki daya tarik tersendiri dari cara dia diam dengan membaca buku, mendengarkan MP3 dan memandang ke jendela di ruang kelas. Meski terlihatnya remeh, Kitamura memiliki nilai mata pelajaran yang lebih dari yang lainnya.
Suatu hari, Kitamura sedang mendengar MP3 dan memandang kearah jendela kelasnya. Dalam pikirannya hanya ada pertanyaan tanpa lanjutan. Dia hanya berfikir “Apa?”  Saat dia sedang termenung dengan MP3 yang ternyata tidak dibunyikannya, dia disapa oleh seorang murid yang satu kelas dengannya yaitu Shigami Tanada.
“Hai Imori, apa kau tidak bosan dengan rutinitasmu ini? Hanya diam saja dan tak ingin bergaul dengan yang lain. Apa kau tak suka dengan kami semua?”
“Aku hanya diam untuk menikmati suara dari semua elemen di dunia ini.”
“Elemen, Dunia? Apa maksud perkataanmu itu?”
Tanada pun pergi meninggalkan Kitamura sendirian lagi. Meski demikian, anak yang pintar bermain Selo ini masih penasaran dengan Kitamura dan perkataanya dengan mendengarkan elemen dunia. Bel masuk dari istirahat telah berbunyi, dan seluruh murid SMA Sakanami pun masuk untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
Sore itu setelah pulang sekolah. Tanada melihat Kitamura menuju lantai paling atas gedung sekolah. Karena penasaran, Tanada mengikuti Kitamura menuju Lnatai atas sambil membawa Selo kesayanganya. Sesampai di atas loteng, Tanada mengintip dari sela pintu apa yang sedang dilakukan oleh Kitamura.
Kitamura mengeluarkan sebuah kotak panjang yang isinya tongkat kondaktor. Ternyata kitamura menggerakkan tongkat itu seperti sedang memimpin orkestra.
“Hebat sekali gerakan tangannya seperti kondaktor Internasional rupanya.” Kata Tanada dalam hati.
Karena Tanada terlalu serius melihat Kitamura, Pintu yang dibuatnya bersandar mengintip terbuka, dan Tanada jatuh keluar dari pintu itu. Kitamura kaget dan menoleh dari mana asal suara itu. Tanada bangun dan berkata kepada Kitamura.
“Kau hebat juga memainkan benda itu.”
“Bukan urusan mu!”
“Mengapa kau hanya memainkan tongkat itu tanpa ada yang kau iringi?”
“Aku hanya memainkan apa yang ingin aku mainkan. Aku memainkan bunyi dari elemen di dunia ini.”
“Jadi kau benar-benar gila?!”
“Tidak.” Hentak Kitamura.
“Kau tahu,  mengapa aku mengikutimu selama ini?” Kata Tanada.
“Untuk apa?”
“Aku hanya ingin menunjukkan bahwa sebenarnya ada orang yang ingin peduli dengan mu.”
“Benarkah?”
“Aku tidak pernah berbohong dalam hidup ku.”
“Jadi, apa maumu?”
“Aku akan menantang mu membuat sehelai melodi untuk kami tim orkestra Sakanami minggu depan.”
“Baiklah.”
“Aku akan memberimu imbalan atas apa yang telah kau lakukan.” Kata Tanada sambil turun dan pulang.
Kitamura hanya diam dan memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setelah kejadian itu, kini sitiap hari Kitamura membuat Sehelai melodi yang bertajuk Sehelai Melodi juga. Setiap sebelum bel masuk sekolah dibunyikan, Kitamura memainkan tongkat kondaktor tanpa adanya musik pengiring. Kini, Kitamura memiliki Semangat hidup lagi terlihat dari senyum yang jarang sekali terlihat dari wajah Kitamura.
Seminggu berlalu, kebetulan hari itu adalah dua hari sebelum acara pentas seni menyambut festifal hari ulang tahun sekolah. Kitamura menuju ruang orkestra sekolah dan memberikan hasil karyanya yang setebal sepuluh lembar yang terdiri dari perkusi, flute, biola, gitar, selo, piano, trompet, dan saxofone.
“Kau berhasil kawan, baiklah untuk bayaran atas kegigihanmu dan senyummu, kami memutuskan untuk menjadikan mu kondaktor saat pagelaran seni besok lusa.” Kata Tanada.
“Senior Shigami memiliki ide bagus teman-teman.” Kata seorang anak dari kelompok orkestra.
Latihan hanya dua hari. Tapi, saat hari pertunjukan Kitamura dan tim orkestra yang hanya beranggota delapan orang saja karena tim orkestra tidak begitu dilirik oleh murid yang lain, bahkan para guru tidak begitu peduli dengan tim orkestra. Beberapa lagu telah mereka nyanyikan. Tapi, saat acara puncak Tanada berkata dengan mic di tangannya.
“Semuanya, terima kasih telah melihat tim orkestra SMA Sakanami. Kini, kami akan mempersembahkan karya terbaik dari Kitamura Imori. Silahkan kawan.”
Kitamura memulai memainkan lagunya yang berdurasi delapan menit. Alunan musik yang indah itu membuat beberapa penonton kagum atas musik yang mereka dengar. Setelah delapan menit yang terasa singkat itu, Kitamura selesai dan memberi hormat kepada para penonton. Setelah itu, para penonton pun bertepuk tangan dan memberikan pujian kepada tim orkestra SMA Sakanami dan kepada Kitamura selaku kondaktor orkestra itu.
Semenjak itu, Kitamura mengikuti kelompok musik orkestra dan tahun berikutnya tim orkestra memiliki banyak peminat dari murid baru di sekolah itu. Dan, tahun berikutnya lagi, Kitamura dan Tanada mendapatakan beasiswa kuliah jurusan musik di Swiss. Semenjak itu, Kitamura dapat mengerti bahwa hidup itu bisa dinikmati kalau kita niat.
By : Misbachuddin Akira Kesu3n

Translate is Here

Powered By google