Hi SL-tomo. I think that title little confused you. In this time, i just want to tell you that i am a chef not a liar.
I know now you little annoyed but that's the fact i'm a chef.
Ok Let's begin.....
Some day, A was borrow B's book and now A was asked by B about the story of that book. Actually, A didn't read the book because he was play a game too much and forget about that.
If A is a Liar...
B: Hi A, how about that book?
A: What book?
B: The book which i borrowed to you another day before.
A: Oh, sorry i didn't read it.
B: Why?
A: I was very busy with homework.
B: Oh ok then.
If A is a Chef
B: Hi A, how about that book?
A: What book?
B: The book which i borrowed to you another day before.
A: Oh, that's book. I have read it two time since i borrow that.
B: Wow, and how about the story?
A: I Think that's wonderful.
B: Isn't it. I love the part that they say their love under the tree.
A: I wish my love story like them.
B: Me too.
Ok reader... Now you understand about chef and a liar.
Then... What type are you?
I'm a Chef....
November 14, 2013
Juni 02, 2013
Spirit of Mind Drama Special : Right Rattan
Kehidupan
di kedai Takawa dimulai dengan membuka kedai. Akira sang pemilik kedai memulai
liburan musim panasnya dengan berharap kedainya laris. Diawali paginya dengan
menyapu depan kedai.
Akira : Musim panas, (Mengambil sapu dan menyapu)
bikin males aja...
Aiko : (Keluar) Kak, sup sudah siap. Lalu aku
apakan wortelnya.
Akira : Potong aja, supnya taruh di meja nanti aku
racik.
Aiko : Liburan musim panas memang enaknya cari
uang. Kakak semangat sekali.
Akira : Yah, sekolah emang bikin pusing. Tapi,
liburan musim panas saatnya mencari uang (Melempar Sapu).
Aiko : Kak, sapunya... (menunjuk ke toko sebelah
kedai).
Akira : Wah.... Kacanya pecah... (Shock). (Menuju
toko sebelah dan minta maaf).
Aiko : Masih pagi kau sudah mengurangi pendapatan
kita.
Akira : Sudahlah yang penting kalau ingin kaya
harus semangat dan jangan lupa berdoa.
Aiko : Ehehe (tertawa kecil). Itu baru kakak ku.
Begitulah kehidupan pagi
saudara kembar ini. Dan, menuju siang hari sudah lengkaplah kelompok penghuni
kedai yang bisa dibilang sepi.
Tian : Akira itu memang orangnya seperti itu....
Akira : Apa, kau masih saja menolak untuk makan
brokoli.
Tian : Aku benci benda hijau yang kriting ini.
Amii : Brokoli itu sehat, kaya vitamin dan
mineral.
Tian : Amii juga, jangan memihak orang ini
(menunjuk Akira).
Akira : Siapa yang kau sebut orang ini (Suara
membesar).
Aiko : Sudahlah, jangan ribut.
Ika : Tapi, kalau dipikir-pikir kenapa Tian-senpai
gak suka makan brokoli?
Ken : Pertanyaan yang bagus.
Tian : Ini hijau, kriting, baunya aneh, pahit,
pokoknya aku gak suka.
Akira : Kalau gitu kenapa kau pesan makanan ini?
Tian : Soalnya, udangnya
enak kentangnya lembut dan paprikanya menambah selera.
Akira : Kalau gitu, kau pasti berselera untuk
memakan brokolinya...
Tian : Ditolak... (Memalingkan wajah dari Akira).
Aiko : Sudah-sudah lihatlah, kalian menagganggu
Yuuko-san yang sedang membaca majalah (Menunjuk Yuuko yang duduk di kursi roda
sambil melihat ke jendela).
Yuuko : Eh, ah... maaf..
Akira : Untuk apa kau minta maaf?
Yuuko : Soalnya, aku yang diam sendiri disini.
(Semua Tertawa)
Itulah kehidupan yang
ada di kedai Takawa. Meski jarang ada pengunjung yang makan disini. Tapi,
kehangatan mereka membuat kedai ini serasa istana yang dipenuhi kegembiraan.
4 jam berlalu setelah
kedai dibuka. Siang hari biasanya banyak orang yang mengunjungi kompleks
pertokoan untuk memenuhi kebutuhan mereka atau sekedar jalan-jalan di liburan
musim panas. Aiko, Tian, dan Amii memutuskan untuk masuk kedalam rumah dan
bercengkrama. Ika harus mengisi acara di suatu TV karena dia adalah artis. Lalu
Yuuko harus pulang karena supirnya diminta untuk menjemputnya. Lalu, di kedai
itu hanya tersisa Akira dan Ken.
Ken : (Membaca Koran) Akira, bagaimana kalau bulan
depan kita ke gor di tengah kota. Sedang ada festival olahraga musim panas.
Akira : Mana-mana, aku lihat dulu korannya
(Mengambil Koran dari Ken). “Pekan Olahraga Tokyo. Dilaksanakan di gor tengah
kota. Puncak acara pertandingan Kendo Nasional Tingkat SMP.” Wah, ini pasti
seru. Soalnya ada Kendo, olahraga yang kau ikuti di sekolah.
Ken : Makanya, ayo kita lihat.
Akira : Boleh-boleh, yang lain juga. Sekali-kali
Yuuko dan Aiko melihat hal seperti ini.
(Seorang pelanggan
membuka pintu kedai)
Akira : Yo, Selamat datang nak. Wah, kelihatannya
habis pulang klub nih. Ayo pesan saja apa yang kau mau nanti aku buatkan versi
spesialnya!
Anak : (Mendekat ke meja tembok dan duduk) Aku
pesan ramen ukuran sedang dan minumnya es teh.
Akira : Roger komandan, akan aku buatkan. (Masuk
ke dapur untuk membuat ramen)
Ken : (Mendekat ke anak itu). Kau ikut Kendo
rupanya, wah keren sekali anak sekecil dirimu sudah bermain Kendo.
Anak : Benarkah, trimakasih. Apa anda bermain
Kendo juga?
Ken : Aku ikut Kendo di sekolah. Yah, Kendo di SMA
memang sulit.
Anak : Jadi kakak masih SMA. Kakak terlihat dewasa
sekali.
Ken : Benarkah, wah bahaya
kalau gitu. Nanti aku dikira om-om. Oya, kalau boleh tahu siapa namamu?
Anak : Eiji Ryushi kelas 2-B SMP Fukajin.
Ken : Misaki Ken kelas 3-1 SMA Sakanami.
Akira : (Keluar dari dapur sambil membawa semangkuk
ramen dan segelas es teh). Akira Takawa kelas 3-1 SMA Sakanami juga.
Ken : Ahaha, Akira tidak ada yang tanya.
Akira : Itu kejam sekali, Ken. Baik, ini pesanan
mu. Silahkan menikmati.
Eiji : (Makan dengan lahap).
Akira : (Bahagia). Akhirnya, aku bisa melihat
seorang pelanggan makan makanan ku dengan lahap.
Eiji : Maksudnya, kedai ini tidak laku? Tapi,
makanan disini enak sekali.
Akira : (Menangis bahagia). Nak, aku doakan kau
menjadi orang yang beruntung hingga akhir hayat nanti.
Eiji : Ada apa dengannya?
Ken : Kau memuji makannya. Itulah yang dinanti
seorang penjual makanan yaitu makannya dipuji.
Eiji : Takawa-san kelihatannya begitu senang.
Baiklah, besok akan aku ajak teman-teman ku kesini! (Melanjutkan makan dengan
lahap).
(Aiko, Amii, Tian keluar
dari dalam rumah)
Amii : Ya, Ya.... ada apa ini kok ribut?!
Tian : Akira, kau menangis.
Aiko : Wah, kakak menangis... ada apa? Mana?
Siapa?
Ken : Wah wah, kalian para wanita santai saja.
Lihatlah, kita punya pelangan!
3 Wanita : Heh....!!!!
Eiji : Sebanarnya, ada berapa orang sih yang kerja
disini?
Akira : Total ada 7 orang. Aku pemilik kedai ini.
Ken : Aku bekerja sambilan disini.
Tian : Maihara Tian
semester 1 di Universitas Tokyo jurusan ekonomi. Aku juga bekerja sambilan
disini.
Amii : Alicia Amii kelas
2-2 SMA Sakanami. Pekerja sambilan disini.
Aiko : Takawa Aiko kelas
3-1 SMA Sakanami. Adik pemilik kedai sekaligus pekerja sambilan disini.
Eiji : Jadi, totalnya ada
5. Lalu, 2 yang lain?
Aiko : Mereka baru saja
pualng...
Eiji : (Menyelesaikan
Makannya). Kakak, ini enak sekali...! Besok aku akan kesini lagi dengan
teman-teman ku!
Akira : Ho ho ho... itu
bagus. Kalau begitu, hari ini aku beri kau setengah harga. 400 yen untuk ramen
dan gratis untuk minumannya!
Eiji : Wha....
Terimakasih. (Mengambil uang dari saku dan memberikannya ke Akira) Ini, ambil.
Akira : Yo, bagus nak.
Semangat.
(Eiji keluar dari kedai).
Akira : Ha ha ha. Masa
muda memang menyenangkan.
Amii : (Berbisik ke Tian)
Hoi hoi... Lupa umur ya orang itu?
Tian : Benar, kelihatannya
dia bukan awet muda. Tapi, awet tua.
Esok
hari, pada jam yang sama.
Eiji : (Membuka pintu
kedai dengan semangat) Kakak, aku membawa teman-teman ku!
Akira : Eh, 9 orang lain.
Aiko : Jadi totalnya 10
orang.
Amii : Woho, banyak orang
rupanya. Ayo kerja keras hari ini!
Tian : (Masuk membawa
nampan isi 10 mangkok ramen). Wah, aku memang hebat. 10 mangkok. Ika, bawa 10
jusnya.
Ika : Baik!
Akira : (Suara lemas)
He... Senpai memang hebat, ya...
Ika : Itulah hebatnya
Tian-senpai!
(Ika & Tian menyiapkan
makanan)
(Semua anak masuk dengan
semangat menyantap makanan).
Eiji : Gimana, aku sudah
bilang kalau bakalan banyak orang kesini.
Akira : Bagus nak, kau melakukannya dengan
sempurna. (Teriak) Semua mangkok 500 yen. Minumnya 200 yen.
Ika : He, harga pelajar.
Akira : Harga SMP tepatnya.
Ika : Apa hubungannya?
Akira : Entahlah yang penting mereka senang.
(Anak-anak makan dengan semangat)
Akira : (Mendekat ke Eiji). Eiji, kau masih SMP,
kan?!
Eiji : Benar. Lalu kenapa?
Akira : Aku dengar bulan depan akan ada festival
olahraga. Dan ada pertandingan Kendo tingkat nasional untuk SMP. Apa kau ikut?
Eiji : (Terdiam sebentar). Entahlah, kita lihat
saja nanti. (Wajah memurung).
Akira : (Menepuk-nepuk punggung Eiji). Sudahlah,
ayo nikmati makananmu sebelum mienya membubur. Ayo segera dimakan sana.
(Akira berjalan masuk dan berhenti di sebelah
Aiko)
Akira : (Berbisik) Kau dengar dan lihat yang
barusan?!
Aiko : Tapi, haruskah?
Akira : Sekali-kali menolong orang.
Aiko : Tapi, sudah 10 orang kakak tolong apa
kurang?
Akira : Ayo buat jadi 11.
Ken : (Mendekat) Akira, kau pasti mau menolong
anak itu!?
Akira : Aku merasakan hal yang tidak enak.
Aiko : Terserah kakak saja lah. Yang penting
membuat orang lain bahagia itu juga hal yang baik.
Setelah mereka semua selesai makan dan membayar
makan itu. Akira meminta agar Eiji tidak pulang terlebih dahulu. Eiji dibawa
masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu yang sidak berisi Ken, Amii, Aiko, Tian,
Yuuko, dan Ika.
Eiji : (Duduk di sofa). Ada apa? Apa aku melakukan
sesuatu yang salah?
Ika : Tidak, kau tidak melakukan hal yang salah
sedikit pun.
Eiji : Lalu, kenapa aku dibawa ke....
Yuuko : (Mendekat ke Eiji dan memberikan tangannya
untuk berjabat tangan). Kenalkan, Yuuko Itsukai kelas 3-1 SMA Sakanami.
Eiji : Apa maksdunya ini?
Aku semakin bingung....
Akira : Fufufu.... semakin pusing ya. Maaf-maaf,
akan aku jelaskan semuanya.
Aiko : Lebih baik agak cepat ya, kak. Ini sudah
sore sebentar lagi malam.
Akira : Ryushi Eiji. Aku sebenarnya tidak ingin
menjudge mu. Tapi, kenapa saat aku mengetakan festival olahraga, kau
termenung.
Ken : (Menepuk pundak Eiji). Ayolah, seorang
pejuang Kendo harus semangat dan pantang lemas.
Eiji : Eh, maksudnya apa ini!? Aku tidak mengerti.
Aiko : Kakak, mungkin serahkan ini pada ku dan
Tian-senpai.
Akira : Fuh, baiklah.
Aiko : Eiji-kun, apa kau baik-baik saja?
Eiji : Aku baik-baik saja lihat aku tidak sakit
atau terluka sedikit pun.
Tian : Tapi, kau sedang sakit hati. Bahkan sakit
hati itu sudah menjadi santapanmu selain ramen.
Akira : Apakah benar itu, Eiji?
Eiji : Hah, sakit hati?! Aku tidak apa-apa kok.
Sumpah deh.
Ika : Lalu, kenapa kau merenung saat Akira-senpai
menyebut masalah Turnamen Kendo bulan depan?
Eiji : Itu....
Aiko : Sudahlah kalian terlalu menekannya.
Yuuko : (Menaruh koran yang berisi iklan acara
festival olahraga). Kalau kau tidak berani ikut, kami akan maklumi itu. Tapi,
kalau ada yang akan menginjak sebuah tunas yang akan tumbuh, maka akan kami
pindahkan kaki mereka agar tidak menginjaknya.
Aiko : Itu benar. Maka, apa yang ada dalam hatimu?
Eiji : (Mulai menangis). Sebenarnya... Aku sangat
menyukai kendo, sangat suka. Aku mempelajari kendo dari awal masuk SMP dan kini
aku sangat menyukainya. Tapi, Ayah selalu mengekangku untuk melanjutkan bisnis
keluarga yang bodoh itu.
(Semua orang menghela nafas).
Eiji : Aku bingung kenapa. Sekarang aku selalu
berbohong kepada ayah bahwa aku sedang ikut klub komputer. Memang aku
mengikutinya, tapi aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk latihan kendo.
Akira : (Mendekati Eiji dan bertukar duduk dengan
Tian). Nak, kau tahu. Aku dan Aiko sudah tidak memiliki orang tua tepat setelah
kami dilahirkan. Jadi, memang kami tidak tahu bagaimana rasanya bertentangan
dengan orang tua. Tapi, kau harus tahu... orang tua itu selalu memikirkan anaknya.
Eiji : Tapi, ayah... ayah terlalu egois dan ibu
tidak pernah membela ku. Dia hanya diam, diam, dan diam.... (Teriak) Apa-apaan
ibu seperti itu!!!
Akira : (Menampar Eiji). JANGAN SEENAKNYA MENGATAI
IBUMU SENDIRI!!!
(Semua orang menahan nafasnya karena kaget)
Eiji : (Terdiam Seketika).
Aiko : Wah, kakak ayo agak menjauh.
Akira : Maafkan aku, Eiji.
Eiji : Ini lebih baik... Ini lebih baik daripada
harus hidup menanggung beban.
Akira : He? Kau lebih suka ditampar?
Eiji : Itu tandanya aku diperhatikan. Ada yang
masih memperdulikan ku.
(Semua orang terdiam karena hal itu) (Ken berdiri
dari kursi putar).
Ken : Baik, ini sudah beranjak malam. Ayo, saatnya
kita antar adik kecil kita ini pulang.
Dan, lagi-lagi Akira
membuat suatu proyek yang sedikit menyusahkan. Tapi, setidaknya ada orang yang
dibantu. Itulah tujuan utama orang-orang yang bekerja di Kedai Takawa, membantu
menyelesaikan masalah dengan menambah masalah atau begitulah.
Akira : Hoi, narator baca yang benar.
He,
maafkan aku.... Memberi masalah pada masalah untuk menyelesaikan masalah.
Begitukah?
Akira : Lha, itu baru
benar (Masuk lagi).
Heh... menyusahkan. Ok kembali ke cerita.
Akira dan Aiko memutuskan untuk mengantar Eiji pulang sekaligus
ingin kenalan. Sesampainya dirumah keluarga Ryushi, Akira dan Aiko
dipersilahkan masuk oleh ibu Eiji.
Ibu : Kalian ini
teman-teman Eiji. Maafkan kalau Eiji telah merepotkan kalian.
Aiko : Ah, tidak. Justru
kami yang telah merepotkan Eiji-kun.
Akira : (Melihat-lihat
sekitar dengan penuh penasaran).
Ibu : Anu... Apa ada yang
salah?
Akira : Ah, tidak. Aku
hanya penasaran alasan kenapa Eiji tidak diberi kesempatan untuk mengikuti dan
menekuni Kendo?
Aiko : (Berbisik) Kakak,
jangan langsung to the point. (Tertawa malu).
Akira : Sudahlah...
Ibu : Jadi, Eiji sudah
menceritakannya pada kalian. Aku harap kalian bisa menghentikannya bermain
Kendo.
Akira : Kenapa?
Ibu : Sebenarnya, aku
sendiri ingin sekali anakku maju sesuai apa yang dia inginkan. Tapi, ayahnya
terlalu memaksakan kehendak untuk meneruskan usaha keluarga.
Aiko : Kalau boleh tahu...
Ibu : Usaha itu adalah
usaha penginapan yang berada di pantai 200 km dari sini.
Akira : Oh, pantai itu.
Aiko : Pantai mana?
Akira : Pantai yang tahun
lalu kita kesana ingat. Yang waktu itu kelima jari kiri tercapit kepiting.
Aiko : Ho... ingat aku
sekarang.
Akira : Ingatnya pasti
gara-gara kepiting.
Ibu : Memang, kalau
liburan musim panas ini suami ku pasti sedang tidak ada di rumah dan mengurusi
penginapan itu.
Akira : Kami tahu perasaan
anda dan ayah Eiji. Kalian pasti menginginkan anak kalian untuk meneruskan
usaha keluarga. Tapi, ingatlah masa depan Eiji masih luas didepan sana.
Aiko : Semua masa depan
pasti cerah. Tidak ada yang suram meski dia seorang penjahat.
Akira : Karena hanya tuhan
yang tahu masa depan kita yang masih suci.
Ibu : Sebenarnya aku
sangat mendukung Eiji. Tapi....
Akira : Aku tahu. Jabatan
anda disini adalah seorang istri yang tidak bisa melawan apa kata suami.
Aiko : Kakak...
Akira : Apa? Bukankah itu
kenyataanya!? Aku tidak suka hal yang basa-basi.
Ibu : Apa yang dikatakan
kakak mu itu benar.
Aiko : Jadi, apakah anda
menyetujui bila Eiji mengikuti lomba kendo bulan depan.
Ibu : Baiklah, akan aku
pikir terlebih dulu.
Akira : (Berdiri) Baiklah,
besok silahkan datang ke kedai ku. Eiji tahu dimana itu.
Akira dan Aiko bisa dibilang sudah melakukan kemajuan yang hebat
dalam menangani masalah ini. Tapi....
(Pintu kedai dibuka keras)
Akira : Selamat datang.
Apakah kau Ayahnya Eiji?
Ayah : Benar.... Dan aku
ingin bertemu dengan orang yang bernama Takawa! SEKARANG!
Akira : Aku tepat didepan
mu.
Ayah : Hem... (Memukul
meja depan tempat Akira duduk) dasar pemuda tidak sopan. Kau bernani-beraninya
masuk dalam urusan keluarga ku.
Akira : (Menguap) Bila
kesini hanya untuk emosi dan tidak menyelesaikan masalah, aku lewat saja. Kalau
kau punya penyelesaian ayo kita rundingkan bersama.
(Semua orang keluar dari dalam karena dengar ribut-ribut)
Ken : Wah, kita
kelihatannya terlambat.
Ika : Kaya sinetron aja...
Ayah : (Menarik kerah baju
Akira). Apa maksud mu?!
Akira : Lho kan... Emosi.
Ayah : (Mendorong Akira)
Akira : Apa kau yakin
kalau yang disiarkan radio itu lebih fakta dari yang ditayangkan TV?
Ayah : Apa maksudmu?
Akira : Kau adalah
golongan radio yang pendengarnya hanya membayangkan. Aku tidak melarang kau
untuk menyuruh anakmu melanjutkan penginapan milik keluarga. Tapi, cara mu
salah dengan menghentikan bakat anak mu.
Ayah : Aku tidak
melarangnya. Bakatnya adalah komputer, dan itu bagus untuk masa depan
penginapan kami.
Akira : Heh... Dasar
radio, hanya tahu suaranya tanpa mengetahui wajah penyiarnya.
Ayah : Apa-apaan kau anak
kurang ajar. (Memukul Akira).
Ken : Lebih baik Akira
tidak melawan pukulan itu.
Amii : Kenapa coba?
Tian : Karena Akira lebih
muda, dan itu tidak sopan.
Amii : Tapi, kata-katanya
tadi sudah jelas sekali kalau tidak sopan.
Ken : Bukan, lihatlah di
luar ada Eiji dan Ibunya. Bila Akira melawan dengan fisik berarti sama saja dia
memukul Ibu dan Eiji.
Aiko : Eiji dan Ibunya ada
diluar. Aku harus segera meminta mereka masuk! (Berlari menuju Eiji dan Ibunya
yang berada diluar).
Ibu : Kau.
Aiko : Sudahlah, ayo kita
ke dalam.
(Akira dan Ayah Eiji masih dalam pertengkaran yang serius)
Akira : Baiklah, sekarang
mari kita dengar pilihan dari orang pertama dalam kasus ini. Eiji, katakan
saja. Kami semua akan melindungi mu.
Eiji : Aku, eh... a....
(Yuuko datang dari pintu depang dengan membawa pedang kendo dan
melemparkannya ke Eiji).
Yuuko : Katakan.
Eiji : Ini, ini.
Ayah : Apa-apaan kalian
ini!
Eiji : Ayah, sudahlah
hentian ini semua. Akira-san hanya ingin membantu. Sudahlah jangan membuat
ribut lagi.
Ayah : Tapi, apa masa
depan mu bila kau menang Kendo dan apa untungnya kau ahli dalam kendo? Lalu
siapa yang akan meneruskan usaha keluarga kita?
Ibu : (Berjalan penuh
emosi ke ayah Eiji dan menamparnya). Sudahlah, kau hanya memikirkan tentang
penginapan kecil itu saja setiap hari tanpa memperdulikan kami.
Ayah : Tapi, kalian
sekarang bisa makan dan minum dan menikmati semua fasilitas dari hasil usaha
keluarga kita itu!
Ibu : Lalu kenapa!? Yang
kami butuhkan bukanlah uang. Kami hanya butuh kasih sayang dari seorang
pemimpin rumah tangga. Kau hanya bekerja siang malam untuk hal yang tidak
penting.
Ayah : Tidak penting kata
mu! (Akan menampar Ibu Eiji tapi dihalangi Eiji dan yang tertampar adalah Eiji)
Ken : Wah, ini bakalan
panjang ceritanya.
Ika : Oh tidak....
Yuuko : Golongan tua
memang menyusahkan.
Aiko : Eiji-kun!
Akira : Eiji!
Ibu : Eiji... (Terduduk
menyelamatkan anaknya agar tidak terbentur)
Amii : Hei kau orang tua
yang disana. Beraninya sama istri dan anak sendiri! (Amii berjalan menuju Ayah
Eiji dan memandang langsung). Kau hanya bagaikan kecoa yang kotor, busuk... ah
tidak bahkan kau lebih busuk lagi.
Tian : (Menuju Amii dan
berusaha meredamkan amarahnya). Sudah Amii, kita jangan ikut campur dulu.
Akria : (Bangkit dari
duduknya). Wah, wah, wah. Kelihatannya sudah mulai kelewatan orang tua yang
satu ini. Dasar orang berpandangan sempit, sekarang lihat apa yang telah kau
lakukan pada darah daging mu sendiri!
Ayah : (Terdiam tidak bisa
berkata-kata)
Akira : He, Jawab.... AYO
JAWAB!
Ayah : Apa.... apa yang
sudah aku lakukan?!
Akira : Huf... Menyusahkan.
Bulan depan ada olimpiade Kendo tingkat SMP Se-Jepang. Bila menang, Eiji akan
diterima di SMA manapun bahkan SMA Sakanami yang bergrade tinggi.
Ayah : SMA Sakanami. Ya,
SMA Sakanami....
Eiji : Ayah, terima kasih.
Ayah : Heh....
Eiji : Terima kasih sudah
mau menampar ku. Selama ini kukira hanya Akira-san saja yang mau melakukannya.
Ternyata aku salah, Ayah lebih hebat dalam masalah ini (Tersenyum sambil
menangis bahagia).
Akira : Kini kau sudah
paham, Ryushi-san.
Ayah : (Menangis) Baiklah,
baiklah.... Nak, lakukan apa yang kau mau. Jadilah Atlet Kendo nasional. Buat
aku bangga!
Eiji : Ayah...
(Ketiga orang itu menangis)
Ika : Akhirnya kisah ini
berakhir sampai sini.
Ken : Mungkin kau kira
begitu. Tapi, sebenarnya kisah ini masih panjang.
Tian : Maksud mu untuk
pembuatan cerita ini atau ini sudah epilog.
Ken : Bukan, ini adalah
awal baru dari cerita ini. Narator, ayo lanjutkan!
Akhirnya, Ayah Eiji sepakat untuk membiarkan Eiji mengikuti
kejuaraan Kendo. 1 minggu kemudian Akira mendapatkan sebuah surat yang berisi
surat pemberian ijin kepada seluruh orang yang ada di kedai untuk bisa melihat
Eiji latihan.
Akira : (Mendorng kursi
roda Yuuko). Kelihatannya aku masih penasaran dengan kejadian waktu itu.
Ken : Sudahlah... Lihat,
itu SMP Fukajin.
Akira : SMP ini normal
sekali ya.
Tian : Kau membandingkan
SMP ini dengan SMA kita. Jelas saja berbeda.
Akira : SMA kita...!?
Bukannya situ sudah gak sekolah ya... khu khu khu...
Tian : Ah, sudahlah diam
sana.
(Semua tertawa)
Di depan pintu gerbang Eiji sudah menunggu 7 orang itu. Mereka
bergerak menuju ruang klub kendo yang berada di timur gedung utama sekolah.
Didalam sana, Akira dan yang lain melihat siswa siswi SMP Fukujin berlatih
Kendo dengan semangat.
Seorang pria menyapa Eiji dengan suara yang keras dan semangat.
Pria : Selamat siang Eiji.
Syukurlah, pemain terbaik klub kendo Fukajin bisa ikut lomba bulan depan. Lho,
siapa mereka?
Eiji : Mereka teman-teman
ku. Perkenalkan ini Akira-san.
Akira : Salam kenal...
Eiji : Yang di kursi roda
ini adalah Yuuko-san.
Yuuko : Salam kenal.
Eiji : Ini Aiko-san,
Ken-san, Amii-san, Tian-san, dan Ika-san.
Aiko : Salam kenal.
Ken : Senang bertemu anda.
Amii : Salam kenal.
Tian : Salam kenal.
Ika : Senang bertenu anda.
Pria : Yah, salam kenal.
Aku Matsumoto Ren. Panggil saja aku Ren. Baiklah Eiji, kita latihan sekarang.
YO....
Eiji : YO... (Berlari
menuju kawan-kawannya).
Ren : Kalau kalian ingin
duduk silahkan. Anggap saja kalian tamu kehormatan disini.
Aiko : Tidak usah
repot-repot.
Mereka melihat latihan anak-anak SMP yang masih polos dan penuh
semangat itu. Pandangan Yuuko tidak bisa lepas dari Eiji yang sangat
bersemangat dalam latihan.
Amii : Wah, masa SMP
kuakui sebagai masa yang membara-bara ya.
Tian : Setuju.
Ika : Tapi, kalau terlalu
semangat. Nanti SMAnya bisa malu.
Aiko : Bisa ya...?
Ren : Bagus, sekarang kita
istirahat dulu! Selagi itu, kalian akan aku beri pertandingan antara aku dan
tamu kita.
(Anak-anak itu saling menebak apa yang akan terjadi).
Ren : Baiklah, tidak ada
basa basi lagi. Akira-san dan Ken-san akan bertanding melawan ku!
Akira : Heh, kita?
Ken : Dari awal perasaan
ku sudah tidak enak.
Akira dan Ken pun menerima tantangan itu. Pertama-tama Akira
yang melawan Ren-sensei terlebih dulu.
Akira : Aku biasa
menggunakan alat seperti ini. Ayo silahkan maju.
Ren : Aku tidak akan
sungkan memukul mu dengan ini.
Ken : Siap, mulai..!
(Akira dan Ren saling pukul dan dimenangkan oleh Ren)
Akira : Heh, aku kalah....
memang aku hanya bisa memasak.
Ren : Baiklah, sekarang
saatnya Ken-san.
(Ken ke arena)
Akira : Siap, mulai...!
(Ken dan Ren memulai pertandingan. Dan yang menang sekali lagi
Ren)
Ken : (Terengah-engah)
Anda hebat....
Eiji : Ren-sensei yang
terbaik!!!!
(Semua anak bersorak untuk Ren)
Yah, selingan boleh lah. Dan, 1 bulan berlalu begitu cepat.
Hasil latihan Eiji dan konfilk 1 bulan lalu akan dibakar dalam semangat
festival olahraga kali ini. Sambil berjalan-jalan, 7 orang dari kedai
melihat-lihat festival olahraga yang diadalan 1 tahun sekali ini.
Aiko : Wah, rame ya...
Ika : Bagaikan penonton
yang antri pertunjukan Moccha-chan saja.
Akira : Tapi, apakah akan
sebanyak ini?
Ika : Akira-senpai
kejam...
(Tertawa semua)
Amii : Oya, kapan
pertandingan Eiji akan berlangsung?
Yuuko : Sekitar jam 12
bila dilihat dari catatan yang dibagikan panitia tadi.
Tian : Masih lama sih.
Tapi, Akira...
Akira : Ya...!?
Tian : Kau benar-benar
membuat bendera itu.
Akira : Yah, kau tahu lah.
Aku sedikit terbakar emosi dan semangat pada khasus ini.
Tian : Khasus?! Kau kira
ini kepolisian apa?!
Mereka lalu bertemu dengan orang tua Eiji yang sudah berada di
dekat pintu masuk gor.
Ibu : Ah, Takawa dan
temannya.
Aiko : Ibunya Eiji,
selamat pagi. Kita bertemu lagi disini rupanya.
Ibu : Aiko-chan, aku juga
senang bertemu kalian.
Akira : Heh, paman kita
bertemu lagi. Dan, sepertinya sudah membuat spanduk yang besar untuk mendukung
anaknya.
Ayah : Tentu saja, aku
harus mendukung anak ku. Dan juga, kau membuat bendera untuk mendukung Eiji. Ayo
kita dukung Eiji bersama.
Akira : Teman-teman ayo
kita dukung Eiji.
(Semua Teriak)
Pukul 12 pun tak terasa. Gor pun penuh dengan penonton. Kami
adalah pengantar dan keluarga jadinya mendapat tempat duduk yang agak dekat
dengan arena pertandingan.
Yuuko : (Menarik-narik
baju Aiko).
Aiko : Ada apa?
Yuuko : Gunakan ini.
(Memberikan sebuah ikat kepala yang bertuliskan “BERJUANGLAH EIJI”)
Aiko : Wah, ini buatan
Yuuko-san. Bagusnya. Semuanya, ayo gunakan ikat kepala ini!
Ken : He... Akira, pacar
mu pintar juga dalam membuat hal yang seperti ini.
Akira : Tentu saja,
bakatnya seorang desainer.
Mereka semua memakai ikat kepala itu termasuk aku. Terima kasih
Yuuko-san (Melambai ke Yuuko).
Yuuko : (Melambai)
Sama-sama.
Oke, ayo kita lanjut. Pertandingan Eiji dimulai pada pukul
12.30, dan pertandingan hari ini akan selesai sampai final. Eiji telah menang 4
ronde sebelumnya mengalahkan 4 penantang. Kini, Eiji menuju final. Dan, akan
melawan seorang pemain dari SMP Dakuri yang merupakan musuh bebuyutan SMP Fukajin
di pertandingan Kendo.
Aku tidak peduli, yang penting disini adalah berjuang mendukung
Eiji.... AYO EIJI-KUN, KAU PASTI BISA AYO MENANGKAN....!!!
Akira : Narator kita
berisik sekali.
Ken : Hahaha... sudahlah.
Ayah : Takawa, apa yang
kau lakukan. Jangan diam saja. Lihatlah Eiji sudah masuk lapangan.
(Semuanya berteriak mendukung Eiji)
Dukungan terus bergema di stadion. Bahkan orang yang bukan dari
SMP Fukajin mendukung Eiji.
Wasit : Siap. Mulai.
Akira :
(Mengibar-ngibarkan bendera).
Aiko, Amii, Tian, Ika :
(Teriak-teriak mendukung Eiji).
Ayah & Ibu : (Memegang
spanduk).
Ken & Yuuko : (Melihat
pertandingan dengan serius).
Dan, akhirnya....
Eiji : MEN (Memukul dari
atas), MEN (Dilakukan lagi), MEN (Dilakukan lagi dan kena).
(Wasit menghentikan pertandingan yang dimenangkan oleh Eiji)
MC : Dan, pemenang dari
kejuaraan Kendo tingkat SMP se-Jepang adalah SMP Fukajin...!
(Semua Teriak gembira)
Ibu : (Menangis bahagia)
Ayah : Anak kita berhasil.
HOA.... (Teriak) Itu baru anak ku!
Akira : Eiji berhasil!!!!
Ken : Yes, akhirnya Eiji
sukses.
Dan, kemenangan Eiji itu dirayakan di kedai dengan masakan
spesial buatan Akira. Aku dikasih gak ya?
Akira : Hoi, narator. Ayo
sini, kita makan-makan.
Aiko : Terima kasih sudah
membimbing cerita dari awal hingga akhir.
Terima kasih (Menagis bahagia).
1 Bulan berikutnya lagi.
Sekolah sudah masuk. Dan
kini, Akira dan kawan-kawan harus melanjutkan sekolahnya.
Akira : (Berjalan menuju
sekolah) Liburan musim panas berakhir juga rupanya.
Aiko : Syukurlah, liburan
musim panas kita habiskan dengan menolong orang.
Akira : Yah, syukur lah.
Dan semua hidup dalam
rutinitasnya yang penuh warna.
Langganan:
Postingan (Atom)