Agustus 12, 2012

Chapter 6 : Summer Fasting Part 1 (夏 の 空腹時 Part 1)


Yah, seperti yang diceritakan sebelumnya. Hari ini adalah hari ke 8 di bulan Ramadhan dan hari ini 765-PRO semuanya melakukan liburan menuju pantai.
“Apa aku harus ikut? Ini panas....” Kata ku.
“Kalau panas ya minum saja...” Kata Paman.
“Haduh, aku akan dosa kalau minum sekarang.”
Aku dan Paman alias presiden dari 765-PRO sedang bersiap-siap untuk pergi berlibur selama 4 hari di pantai.
“Apa tempatnya seperti dulu?” Tanya ku.
“Memang uang kita banyak. Tapi, aku lebih suka kalau kita tetap sederhana.”
“Paman memang orang yang tidak bakat kaya....”
“Apa maksudmu?”
“Ya, lupakan saja.”
Tidak lama, Producer datang.
“Ah, Producer selamat pagi.”
“Selamat pagi, Akira, Chief.”
“Anak muda, kau kelihatan semangat sekali. Ada apa memang?” Tanya Paman.
“Begini, aku kemarin telah ditelepon oleh salah satu event organiser. Dan...”
“Dan...” Kata ku.
“Dan 2 minggu lagi kita akan melakukan konser di Kyoto.”
“Benarkah?” Tanya ku.
“Itu benar. Ryuugu Komachi, Hamatayuma, dan 765-PRO Allstar akan tampil.”
“Biayanya pasti besar.”
“Ya, seperti konser musim panas.” Kata Paman.
“Mungkin saja. Tunggu dulu...... Aaahhh..... tetap pada masa puasa...”
“Semangatlah Akira” Kata Producer.
“Baiklah...” Jawab ku melemas.
Kebetulan, hari ini aku mendapat sewa untuk mini bus dan cukup untuk membawa kita semua. Jadinya, hari ini kantor 765-PRO akan sepi karena ikut semua.
Tidak lama, Chihaya datang.
“Semuanya selamat pagi.” Sapa Chihaya.
“Ah, selamat pagi.” Jawab ku.
“Selamat pagi.” Jawab Producer dan Paman.
“Lha, Akira. Kau masuk saja dengan Chihaya didalam ada Kotori-san mungkin.” Kata Producer.
“Ah, baiklah.” Jawab ku.
Aku masuk ke kantor dan duduk di sofa.
“Ah, kenapa aku harus ikut?” Tanya ku.
“Itu permintaan presiden `kan...” Kata Kotori.
“Benar juga...”
“Tapi, kelihatannya puasa itu sulit, ya.” Kata Chihaya.
“Mungkin bagi orang awam. Tapi, sebenarnya puasa itu enak.” Kata ku.
Satu-persatu orang datang dan kami bersiap-siap untuk berangkat. Setelah sampai di stasiun.
“Ini stasiun aku ngamen biasanya ‘kan...” Kata ku.
“Memang ini yang dekat ‘kan.” Kata Ami.
“Lagi pula kenapa kau mengamen kalau sudah jadi Idol?” Lanjut Mami.
“Ok, sekarang ayo kita berangkat!” Kata Producer.
Kami berangkat dengan kereta. Ya, tahu lah gimana kereta wisata di Jepang. Aku duduk bersama Miki yang terus tertidur. Dan dihadapan ku ada Haruka dan Chihaya. Untungnya tidak ada yang menyadari kami karena keretanya memang sepi.
“Hah.... panas sekali...” Kata ku.
“Kau haus?” Tanya Haruka.
“Ah, tidak apa-apa aku harus menahannya.”
“Kelihatannya berpuasa dimusim panas itu sulit!?” Kata Chihaya.
“Memang, tapi enak juga....”
Di lain sisi, ada Ami dan Mami.
“Ara-ara.... Akikan duduk bersama Miki Miki....” Kata Mami.
“Wah, ini bahaya. Kasihan sekali Miki Miki.” Lanjut Ami.
“Benar sekali....” Jawab Ami.
“Sudah lah, kalian berdua ini...” Kata ku.
“Takane, kau kelihatan menikmati sekali...” Kata Hibiki.
“Ya, begitulah hidup harus dijalani.” Jawab Takane.
Iori, Yayoi, Yukiho, dan Makoto duduk bersama dan mereka saling bercerita dan tertawa bahagia kelihatannya.
“Hahaha.... Apa itu benar?” Kata Makoto.
“Hahaha, jelas saja kan...” Jawab Iori.
“Tapi, kelihatannya itu tidak mungkin..” Lanjut Yukiho.
“Haha... Lucu... hahaha..” Lanjut Yayoi.
“Kelihatannya mereka menikmati ini. Jadi jadwal yang padat juga merusak suasana...” Kata ku dalam hati.
Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami sudah hampir samapai ke stasiun berikutnya di dekat pantai.
“Akira-san bangun.... Pantai sudah dekat..!” Seru Haruka.
“Ah, ya, pantai festival? Apa maksud mu?” Kata ku sambil mengantuk.
“Hehe.... Akikan tidur bersama Miki Miki....” Kata Ami.
“Mencurigakan....” Lanjut Ami.
“Sudah lah...!” Kata ku.
“Ah, langsung bangun....” Kata Chihaya.
“Eh, benar juga...” Kata ku.
“Yay, sukses besar...” Kata Ami dan Mami.
Kami samapai di stasiun dan langsung menuju pantai.
“Hagh.... Pantai ini panas sekali.....” Kata ku dibawah payung.
Pantai memang panas untuk bulan puasa di musim panas.
Aku hanya melihat mereka bermain air dan pasir jadi seolah-olah mereka bukan seorang Idol. Tapi, tetap saja, fans tahu dimana kita.
“Kau pasti Akira-sama... pemain saxophone dari 765-PRO...”
“Ah, kalian.... siapa?”
“Wah... ini benar-benar Akira-sama...!” Seru fans ku.
“Wah, wah.... kalian tolong jangan mengganggunya....” Kata Producer.
“Huu.... dasar...”
Mereka pun pergi menjauh dari kami.
“Ah, terima kasih, Producer.” Kata ku.
“Ya, sama-sama. Tapi, apa kau tidak ingin jalan-jalan. Kalau bermalas-malasan saja nanti tuhan mu marah...”
“Iya sih, tapi.... ah baiklah...” kata ku.
Aku memilih untuk jalan-jalan menuju tebing di sekitar pantai. Sambil berjalan di sekitar tebing aku terus berfikir.
“Semua sudah memakai alat itu ya.... berarti efek battle field sudah tidak berpengaruh pada mereka. Aku harus hati-hati ini dengan serangan Genesis. Aku juga kini bisa menghubungi mereka sesuka ku. Wah, sulit juga tugas yang ini..”
Aku memutuskan untuk menghubungi Aiko.
“Hallo Assalamualaikum...”
“Walaikumsalam. Aiko, bagaimana keadaan kedai?”
“Ya, alhamdulillah baik-baik saja. Hanya saja.... tahun ini mungkin akan menjadi bulan puasa yang sepi karena tidak ada kakak.”
“Mungkin...”
“Tapi, kakak harus tetap berusaha... semangat demi tugas...”
“Ya, memang begitu.”
“Lagi pula, di dunia ini kakak akhirnya tahu bagaimana rasanya dipenjara `kan...”
“Itu bukan pengalaman yang bagus. Ok, jaga diri ya. Assalamualaikum..”
“Waalaikumsalam.”
Tidak lama, Inukai-sensei menghubungi ku....
“Akira, bahaya.... Tempat dimana kau berdiri sekarang dekat sekali dengan jalur Neuroi dari Strike Witches-sekai.”
“Ha.... jangan bulan ini....”
“Arahnya sekitar 70 derajat ke arah selatan dari tempatmu berdiri...”
“Ok, aku kesana... Tapi, efek battle field....”
“Aku tahu itu... jadi hati-hati...”
Telepon terputus.
“Battle field...”
Battle field effect sudah aktif. Tapi, kelihatannya ada yang tahu kalau aku disini. Dan orang itu adalah Makoto dan Yukiho.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Makoto.
“He.... Hah... mengejutkan ku saja. Apa ada yang membawa arloji atau HP?” Tanya ku.
“Ya, kebetulan.... he...” Kata Makoto.
“Kenapa?” Tanya Yukiho.
“Waktunya berhenti....”
“Mungkin jam mu rusak...” Kata Yukiho.
“Bukan... intinya kalau sekarang waktu berhenti peringatkan semua untuk pergi dari pantai menuju arah utara...” Kata ku.
“Kenapa?” Tanya Yukiho.
“Sudah lah.... lakukan atau kalian dalam bahaya...”
“Ya, baiklah....” Kata mereka semua setelah melihat wajah ku yang kelihatannya serius.
Setelah aku yakin mereka tidak melihat ku.
“Youso Kaze....!”
Sayap keluar dan aku terbang menuju 70 derajat arah selatan.
“Astaghfirllah... besar sekali...” kata ku.
Dan, ternyata Neuroi itu tahu keberadaan ku dan menyerang tepat kearah ku.
“Adada.... kau pintar juga untuk mahluk tanpa otak.” Kata ku.
Aku berganti elemen ke Youso Mizu karena pertempuran kita di atas laut.
“Sial, aku tidak bisa melihat titik lemahnya. Summon Gear, Strike Witches, Sakamoto Mio!”
Kata ku untuk mensummon Sakamoto Mio dari Strike Witches-sekai. Yang kita tahu selama ini.... dia punya kemampuan untuk melihat titik lemah Neuroi.
“Kau memanggil ku?”
“Sudah pasti...”
“Dimana Neuroi itu?”
“Tepat dibawah mu...”
“Wha...” Teriaknya sembari menghindari serangan Neuroi itu.
“Lincah juga untuk Neuroi yang besar.”
Mio tetap mencari titik lemah Neuroi itu tapi tetap tidak berguna. Dan tekanan air yang aku keluarkan tetap tidak berguna.
“Ya Allah.... puasa ini akan menjadi bulan yang sulit....” Kata ku.
“Sudah ketemu.... ada di bagian tengah tubuhnya. Tapi, itu bagian yang paling tebal. Sekitar 7-8 ledakan di tempat yang sama agar terjadi lubang. Lagi pula ledakan itu harus cepat.”
“Itu sulit. Tapi bisa gunakan ilmu fisika.”
“Apa?”
“Pemuaian yang jelas.”
Aku menggunakan Youso Mizu lagi dan membekukan titik itu. Lalu aku gunakan Youso Hi untuk meledakkannya.
“Ah... sedikit lagi... ini harus cepat...”
Langkah yang sama kuulangi sekali lagi. Tapi, Neuroi itu mulai menyerang bawah. Ku lihat dibawah masih ada Producer.
“Bahaya....!” Kata ku lalu aku turun dengan cepat mendahului serangan itu untuk menyelamatkan Producer.
“Takawa, itu bahaya..! Aduh....” Seru Mio.
“Producer awas..!” Teriak ku.
“Akira... eh...” Kata Producer.
Untung saja aku masih bisa menyelamatkan Producer meski kaki ku sedikit terkena serangan itu.
“Apa itu tadi?” Tanya Producer.
“Bukannya Yukiho menyuruh mu untuk pergi dari sini?”
“Memang, tapi kami mengkhawatirkan mu.”
Aku mencoba untuk menyambungkan saluran kepada yang lain.
“Semuanya dengarkan aku. Sebisa mungkin kalian menghindar dari pergerakan yang tiba-tiba.... ini perintah... Producer bersama ku aku harap kalian mau bersabar.” Kata ku.
Ternyata, suasana di tempat penginapan menjadi panik karena berita ku tadi.
“Apa....?! ini bahaya...” Kata Chihaya.
“Jadi ini yang dimaksud Akira-san tadi...” Kata Makoto.
“Semuanya, ayo ikuti kata-kata Akira-san. Dan kita harus berdoa semoga semua baik-baik saja.” Kata Haruka memberi semangat.
“Sebenarnya, Akira itu siapa, ya?” tanya Ritsuko.
“Aku sendiri juga tidak tahu.” Jawab Kotori.
“Tapi, dia orangya menarik. Meski membahayakan.... tapi dia orang yang menarik.” Kata Paman.
Kembali ke pertempuran.
Kaki ku terasa sakit hingga ku nyaris tidak bisa berdiri.
“Ah, sial.... Summon, High School DXD, Asia, Aiko keluarlah...”
Asia dari High School DXD keluar dan mengobati diri ku.
“Akira... sebenarnya kau siapa?”
“Siapa pun aku. Yang pasti itu akan membuat mu tidak percaya. Jadi, sekarang diam saja disini dan jangan kemana-mana.
Aiko juga keluar.
“Kakak.... tidak apa-apa?”
“Kau bisa melihatnya sendiri...”
“Akira-san jangan memaksakan diri..” Kata Asia.
“Kakak? Jangan-jangan dia...”
“Benar... dia sodara kembar perempuan ku.”
“Kakak, aku akan membantu Mio-san.”
“Lakukan...”
Aiko lalu membantu Mio yang ada di atas. Dan Asia tetap memulihkan kaki ku.
“Akira, aku masih tidak mengerti siapa dirimu.”
“Aku janji. Kalau aku masih hidup, akan aku ceritakan apa yang terjadi sebenarnya.”
“Baiklah, sudah seleai.”
“Terima kasih Asia-san sekarang kembalilah.”
Asia kembali dan aku menggunakan Youso Ongaku.
“Akan aku getarkan dia. Producer, tetap disini ya...” Kata ku.
Aku kembali ke tempat bertarung.
“Awas kau mahluk hitam merah yang tidak berguna....”
Aku langsung memainkan musik yang cukup membengkakkan telinga.
“Jadi dia menggunakan cara lain...” Kata Mio.
“Kakak hebat...”
Musik yang cukup keras itu rupanya merusak tubuh Neuroi itu. Hingga akhirnya...
“Aiko... Tembak benda itu..!” Teriak ku.
Aiko lalu menembahnya dengan Youso Hi dan berhasil menghancurkan benda itu.
“Ma, tugas ku disini sudah selesai... baiklah saatnya pulang.” Kata Mio dan dia menghilang.
Aiko lalu aku tarik kembali dan kembali ke dunia asal. Aku lalu kembali menuju Producer dan membuatnya pingsan dengan memukul kepala bagian belakangnya.
“Maafkan aku  Producer.” Kata ku.
Aku lalu membawa Producer menuju penginapan kami. Sesampainya disana kebetulan efek Battle Field sudah aku buang.
“Akira, Producer...” Kata semuanya.
“Kami pulang...” Kata ku.
“Apa yang terjadi?” Tanya Kotori.
“Maafkan aku Kotori-san. Aku tidak bisa memberitahu mu.”
“Lalu kenapa Producer pingsan?” Tanya Ritsuko.
“Itu bisa dibilang penyelamatan (maksudnya penyelamatan rahasia diri ku).”
“Penyelamatan...” Kata mereka semua kebingungan.
Producer aku bawa ke kamarnya dan sorenya dia bangun.
“Ah, apa yang terjadi?”
“Wah, Selamat Sore Producer...”
“Akira.... apa yang terjadi?”
“Kau pingsan karena panas di pantai tadi...”
“Ah, jadi..... tadi hanya mimpi...”
“Mimpi...?!”
“Ya, aku bermimpi kau melawan sebuah pesawat besar sekali. Pesawat itu berwarna merah dan hitam. Kau bisa terbang, kau memeiliki sayap. Kau juga memaggil seorang wanita bertutup mata sebelah dan seorang wanita yang kau kata itu adik kembar mu.”
“Wah, itu mimpi yang bagus. Bagus itu kalau dibuat cerita.”
“Aku serius!”
“Ya, maaf maaf. Oya, apa kau tidak ingin ke pantai? Semuanya ada disana sekarang untuk melihat matahari terbenam.”
“Baiklah, aku akan pergi. Lalu, bagaimana dengan mu?”
“Aku akan menyiapkan buka puasa.”
“Baiklah aku akan pergi...”
Producer pergi menuju pantai. Tapi, aku tetap disini untuk mempersiapkan makan malam semua dan juga buka puasa ku.
Aku menuju dapur.
“Ah, kau dari 765-PRO. Ada yang bisa aku bantu?” Tanya bibi pemilih rumah.
“Apa aku bisa membantu memasak untuk yang lain?”
“Ah, silahkan.... bila itu tidak merepotkan mu.”
“Pasti tidak. Aku hanya ingin anda membantu ku saat mencicipi makanan dan juga menghitung waktu ku.”
“Waktu?”
“30 menit dan semua selesai.”
“Apa kau yakin?”
“Tenang saja bibi. Aku biasanya juga 20 menit.”
“Baiklah. Sampai jarum panjang di angka 9.”
“Bismillah.... Ayo mulai...”
Aku memutuskan untuk membuat nasi Soto dengan daging dan kunir yang aku bawa sendiri dari dunia ku.
“Apa kau tidak ingin menggunakan daging di kulkas?”
“Ah, tidak apa-apa. Ini cukup untuk semuanya. 4 Kg apa tidak cukup?”
“Aku tidak tahu...” Kata Bibi pemilik rumah bingung.
“Ah, ya anda bukan Aiko... maaf...”
“Ah, tidak apa-apa...”
Soto sedag dimasak. Masalahnya adalah aku lupa membawa santan untuk membuat kolak.
“Bibi, apakah bibi punya kelapa? Atau santan?”
“Kalau kelapa ada. Tapi, santan??”
“Baiklah tidak apa-apa.”
Aku menuju belakang. Memecahkan kelapa dan aku ambil dagingnya untuk ku buat santan.
“Tidak perlu kental-kental.”
“Wah, kau memang pria yang pintar memasak. Apa kau memiliki kedai?”
“Di tempat asal ku memang aku memiliki kedai.”
“Pantas saja....”
20 menit berlalu dan aku tinggal menunggu Sotonya matang, nasinya matang, kolak .
“Sekarang aku akan menyiapkan tempat untuk makan.”
“Baiklah, kau bisa menggunakan tempat makan utama.”
“Ah, terima kasih.”
Aku berlari menuju ruang utama.
“Sial, buka puasa dan semuanya akan datang 10 menit lagi.”
Untungnya Bibi pemilik rumah membantu ku. Dan, tepat saat semuanya datang dan waktu buka puasa tiba semua sudah selesai.
“Ah- hah- hah.... lelah sekali.” Kata ku.
“Kau memang orang yang hebat.”
“Terimakasih bibi.”
Mereka semua aku sambut.
“Ok, semuanya selamat datang. Sekarang ayo kita makan.”
“Ada apa, Akira?” Tanya Producer.
“Sudahlah...”
Aku menggiring mereka menuju ruang makan utama.
“Wah, ini.... makan malam...” Kata Haruka.
“Ayo serang...!” Seru Hibiki.
Mereka semua duduk di tempat masing-masing. Setelah duduk, mereka bingung.
“Ini makanan apa?” Tanya Mami.
“Warnanya kuning...” Lanjut Ami.
“Isinya daging...” Kata Hibiki.
“Tapi, baunya sedap.” Kata Makoto.
“Minumnya juga berisi labu. Dan pisang...” Kata Yukiho.
“Sudahlah.... sekarang saatnya kita makan.” Kata ku.
“SELAMAT MAKAN!” Kata mereka semua.
“Wah, ini enak...” Kata Hibiki.
“Aku serasa hidup kembali...” Lanjut Haruka.
“Akira-kun, tak ku sangka kau bisa memasak seenak ini.” Kata Paman.
“Ya, terimakasih.”
“Tapi, aku tidak bisa mengira kalau Akira bisa memasak.” Kata Ritsuko.
“Haha.... itu menyakitkan sedikit.” Kata ku.
Aku senang karena mereka semua menyukai masakan ku.
“Ah, aku tadi melihat poster di dekat pantai. Di dekat sini katanya sedang ada festival musim panas.” Kata Producer.
“Ah, itu benar...” Kata Bibi pemilik rumah.
“He.... menarik juga.... ayo nanti kita kesana.” Kata ku.
“Kalian para gadis apa tidak ingin ikut lomba putri yukata disana?” Tanya Bibi pemilik rumah.
“Putri Yukata?” Tanya Miki.
“Itu seperti kontes kecantikan dengan memakai Yukata.” Jawab Chihaya.
“Kalau kalian mau ikut bisa menggunakan Yukata milik ku. Jumlahnya banyak, silahkan pilih.”
Aku melirik ke arah Ritsuko. Kelihatannya dia memiliki suatu rencana.
“Semuanya yang perempuan ayo kemari!” Kata Ritsuko.
Aku, Producer, dan Paman hanya diam dan kebingungan dengan apa yang sedang mereka bicarakan.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Next Chapter : Summer Fasting Part 2 ( 空腹時 Part 2).

Translate is Here

Powered By google