Januari 07, 2015

SekaiLife Anime Review (Re: _Hamatora)

Yuk Selamat Tahun baru.... Kali ini SekaiLife bakalan bahas Anime, dan Anime itu adalah Re: Hamatora. Anime ini adalah season kedua dari Anime Hamatora karya Cafe Nowhere yang menceritakan tentang manusia yang menyebut diri mereka "minimum" dilahirkan dengan kekuatan super dan ingin diakui.

Sebenernya aku telat banget baru bahas ini. Tapi aku ingin coba apakah aku mampu buat review anime. Jadi yoroshiku....

Bila kalian sudah pernah melihat season pertama anime ini, kalian akan melihat adegan Nice ditembak dengan pistol oleh Art di atas kapal sesaat setelah Nice membunuh Moral. Padahal episode sebelumnya dijelaskan bahwa Art mati dibunuh oleh Moral. Di awal episode dari Re: Hamatora ini kita akan disajikan hari-hari tanpa adanya Nice di kelompok detektif Hamatora tapi di akhir episode 1 kita dikejutkan dengan hidupnya kembali Nice yang menyamar sebagai maskot shopping district. Lalu dalam season 2 juga kita akan dikenalkan dengan sebuah organisasi baru bernama "Freemum" yang menginginkan kekuasaanberada ditangan seluruh minimum, lalu akan ada konflik lebih serius antara Nice dan Art.

Dan juga ada bagian dimana flashback dilakukan untuk mendekatkan karakter dengan penonton.

Judul : Re: _Hamatora
Genre : Action, Comedy, Drama, Detective, Superpower.
Rating : 17+
Producer : TV Tokyo.

Mari kita mulai penilaian.

Secara cerita Anime ini menekankan bahwa setiap manusia sebenarnya dilahirkan dengan memiliki kekuatan, tidak harus super yang penting bisa membawa manusia hidup dengan damai. Dan hal itu dieksekusi dengan cara yang menarik. Banyaknya cerita Shounen Ai terselubung dalam Anime ini bisa untuk tontonan wanita dan itulah daya tarik dari Anime ini. Adegan komedi yang disajikan juga pas dan tidak dibuat-buat. Serta karakter yang dibuat tidak stereotype membuat kesan realistik untuk semua karakter.
Untuk gambar di season 2 ini dibuat benar-benar berbeda dari season 1. Bila kalian menganggap bahwa gambar season 1 itu sudah baik, coba pikir lagi. Pasalnya di season 2 ini gambar dibuat lebih realistik dan masuk akal. Tetapi eksekusi untuk adegan cepat terkadang membuat mata sedikit bingung harus lihat kemana.
Lalu musik di season 2 ini dieksekusi dengan bagus. Opening lagu ini membuat efek excited dengan bagaimana ya ceritanya?

Lagu untuk endingnya juga memberikan efek relaksasi setelah banyaknya aksi di dalam cerita. Tapi memang video endingnya membuat kita menarik nafas panjang setelah melihat aksi yang keren.
Untuk Seiyuu yang sudah bekerja dengan baik patut kita hargai. Lagi pula pemilihan pengisi suara sudah cocok dengan karakter dari Anime ini.

Jadi :
Cerita : 8
Gambar : 9
Musik : 10
Seiyuu : 9

High Recommended

November 14, 2013

I'm not a liar. I'm a chef

Hi SL-tomo. I think that title little confused you. In this time, i just want to tell you that i am a chef not a liar.
I know now you little annoyed but that's the fact i'm a chef.
Ok Let's begin.....


Some day, A was borrow B's book and now A was asked by B about the story of that book. Actually, A didn't read the book because he was play a game too much and forget about that.

If A is a Liar...

B: Hi A, how about that book?
A: What book?
B: The book which i borrowed to you another day before.
A: Oh, sorry i didn't read it.
B: Why?
A: I was very busy with homework.
B: Oh ok then.

If A is a Chef

B: Hi A, how about that book?
A: What book?
B: The book which i borrowed to you another day before.
A: Oh, that's book. I have read it two time since i borrow that.
B: Wow, and how about the story?
A: I Think that's wonderful.
B: Isn't it. I love the part that they say their love under the tree.
A: I wish my love story like them.
B: Me too.

Ok reader... Now you understand about chef and a liar.

Then... What type are you?
I'm a Chef....

Juni 02, 2013

Spirit of Mind Drama Special : Right Rattan

Kehidupan di kedai Takawa dimulai dengan membuka kedai. Akira sang pemilik kedai memulai liburan musim panasnya dengan berharap kedainya laris. Diawali paginya dengan menyapu depan kedai.
Akira : Musim panas, (Mengambil sapu dan menyapu) bikin males aja...
Aiko : (Keluar) Kak, sup sudah siap. Lalu aku apakan wortelnya.
Akira : Potong aja, supnya taruh di meja nanti aku racik.
Aiko : Liburan musim panas memang enaknya cari uang. Kakak semangat sekali.
Akira : Yah, sekolah emang bikin pusing. Tapi, liburan musim panas saatnya mencari uang (Melempar Sapu).
Aiko : Kak, sapunya... (menunjuk ke toko sebelah kedai).
Akira : Wah.... Kacanya pecah... (Shock). (Menuju toko sebelah dan minta maaf).
Aiko : Masih pagi kau sudah mengurangi pendapatan kita.
Akira : Sudahlah yang penting kalau ingin kaya harus semangat dan jangan lupa berdoa.
Aiko : Ehehe (tertawa kecil). Itu baru kakak ku.
Begitulah kehidupan pagi saudara kembar ini. Dan, menuju siang hari sudah lengkaplah kelompok penghuni kedai yang bisa dibilang sepi.
Tian : Akira itu memang orangnya seperti itu....
Akira : Apa, kau masih saja menolak untuk makan brokoli.
Tian : Aku benci benda hijau yang kriting ini.
Amii : Brokoli itu sehat, kaya vitamin dan mineral.
Tian : Amii juga, jangan memihak orang ini (menunjuk Akira).
Akira : Siapa yang kau sebut orang ini (Suara membesar).
Aiko : Sudahlah, jangan ribut.
Ika : Tapi, kalau dipikir-pikir kenapa Tian-senpai gak suka makan brokoli?
Ken : Pertanyaan yang bagus.
Tian : Ini hijau, kriting, baunya aneh, pahit, pokoknya aku gak suka.
Akira : Kalau gitu kenapa kau pesan makanan ini?
Tian : Soalnya, udangnya enak kentangnya lembut dan paprikanya menambah selera.
Akira : Kalau gitu, kau pasti berselera untuk memakan brokolinya...
Tian : Ditolak... (Memalingkan wajah dari Akira).
Aiko : Sudah-sudah lihatlah, kalian menagganggu Yuuko-san yang sedang membaca majalah (Menunjuk Yuuko yang duduk di kursi roda sambil melihat ke jendela).
Yuuko : Eh, ah... maaf..
Akira : Untuk apa kau minta maaf?
Yuuko : Soalnya, aku yang diam sendiri disini.
(Semua Tertawa)
Itulah kehidupan yang ada di kedai Takawa. Meski jarang ada pengunjung yang makan disini. Tapi, kehangatan mereka membuat kedai ini serasa istana yang dipenuhi kegembiraan.
4 jam berlalu setelah kedai dibuka. Siang hari biasanya banyak orang yang mengunjungi kompleks pertokoan untuk memenuhi kebutuhan mereka atau sekedar jalan-jalan di liburan musim panas. Aiko, Tian, dan Amii memutuskan untuk masuk kedalam rumah dan bercengkrama. Ika harus mengisi acara di suatu TV karena dia adalah artis. Lalu Yuuko harus pulang karena supirnya diminta untuk menjemputnya. Lalu, di kedai itu hanya tersisa Akira dan Ken.
Ken : (Membaca Koran) Akira, bagaimana kalau bulan depan kita ke gor di tengah kota. Sedang ada festival olahraga musim panas.
Akira : Mana-mana, aku lihat dulu korannya (Mengambil Koran dari Ken). “Pekan Olahraga Tokyo. Dilaksanakan di gor tengah kota. Puncak acara pertandingan Kendo Nasional Tingkat SMP.” Wah, ini pasti seru. Soalnya ada Kendo, olahraga yang kau ikuti di sekolah.
Ken : Makanya, ayo kita lihat.
Akira : Boleh-boleh, yang lain juga. Sekali-kali Yuuko dan Aiko melihat hal seperti ini.
(Seorang pelanggan membuka pintu kedai)
Akira : Yo, Selamat datang nak. Wah, kelihatannya habis pulang klub nih. Ayo pesan saja apa yang kau mau nanti aku buatkan versi spesialnya!
Anak : (Mendekat ke meja tembok dan duduk) Aku pesan ramen ukuran sedang dan minumnya es teh.
Akira : Roger komandan, akan aku buatkan. (Masuk ke dapur untuk membuat ramen)
Ken : (Mendekat ke anak itu). Kau ikut Kendo rupanya, wah keren sekali anak sekecil dirimu sudah bermain Kendo.
Anak : Benarkah, trimakasih. Apa anda bermain Kendo juga?
Ken : Aku ikut Kendo di sekolah. Yah, Kendo di SMA memang sulit.
Anak : Jadi kakak masih SMA. Kakak terlihat dewasa sekali.
Ken : Benarkah, wah bahaya kalau gitu. Nanti aku dikira om-om. Oya, kalau boleh tahu siapa namamu?
Anak : Eiji Ryushi kelas 2-B SMP Fukajin.
Ken : Misaki Ken kelas 3-1 SMA Sakanami.
Akira : (Keluar dari dapur sambil membawa semangkuk ramen dan segelas es teh). Akira Takawa kelas 3-1 SMA Sakanami juga.
Ken : Ahaha, Akira tidak ada yang tanya.
Akira : Itu kejam sekali, Ken. Baik, ini pesanan mu. Silahkan menikmati.
Eiji : (Makan dengan lahap).
Akira : (Bahagia). Akhirnya, aku bisa melihat seorang pelanggan makan makanan ku dengan lahap.
Eiji : Maksudnya, kedai ini tidak laku? Tapi, makanan disini enak sekali.
Akira : (Menangis bahagia). Nak, aku doakan kau menjadi orang yang beruntung hingga akhir hayat nanti.
Eiji : Ada apa dengannya?
Ken : Kau memuji makannya. Itulah yang dinanti seorang penjual makanan yaitu makannya dipuji.
Eiji : Takawa-san kelihatannya begitu senang. Baiklah, besok akan aku ajak teman-teman ku kesini! (Melanjutkan makan dengan lahap).
(Aiko, Amii, Tian keluar dari dalam rumah)
Amii : Ya, Ya.... ada apa ini kok ribut?!
Tian : Akira, kau menangis.
Aiko : Wah, kakak menangis... ada apa? Mana? Siapa?
Ken : Wah wah, kalian para wanita santai saja. Lihatlah, kita punya pelangan!
3 Wanita : Heh....!!!!
Eiji : Sebanarnya, ada berapa orang sih yang kerja disini?
Akira : Total ada 7 orang. Aku pemilik kedai ini.
Ken : Aku bekerja sambilan disini.
Tian : Maihara Tian semester 1 di Universitas Tokyo jurusan ekonomi. Aku juga bekerja sambilan disini.
Amii : Alicia Amii kelas 2-2 SMA Sakanami. Pekerja sambilan disini.
Aiko : Takawa Aiko kelas 3-1 SMA Sakanami. Adik pemilik kedai sekaligus pekerja sambilan disini.
Eiji : Jadi, totalnya ada 5. Lalu, 2 yang lain?
Aiko : Mereka baru saja pualng...
Eiji : (Menyelesaikan Makannya). Kakak, ini enak sekali...! Besok aku akan kesini lagi dengan teman-teman ku!
Akira : Ho ho ho... itu bagus. Kalau begitu, hari ini aku beri kau setengah harga. 400 yen untuk ramen dan gratis untuk minumannya!
Eiji : Wha.... Terimakasih. (Mengambil uang dari saku dan memberikannya ke Akira) Ini, ambil.
Akira : Yo, bagus nak. Semangat.
(Eiji keluar dari kedai).
Akira : Ha ha ha. Masa muda memang menyenangkan.
Amii : (Berbisik ke Tian) Hoi hoi... Lupa umur ya orang itu?
Tian : Benar, kelihatannya dia bukan awet muda. Tapi, awet tua.
Esok hari, pada jam yang sama.
Eiji : (Membuka pintu kedai dengan semangat) Kakak, aku membawa teman-teman ku!
Akira : Eh, 9 orang lain.
Aiko : Jadi totalnya 10 orang.
Amii : Woho, banyak orang rupanya. Ayo kerja keras hari ini!
Tian : (Masuk membawa nampan isi 10 mangkok ramen). Wah, aku memang hebat. 10 mangkok. Ika, bawa 10 jusnya.
Ika : Baik!
Akira : (Suara lemas) He... Senpai memang hebat, ya...
Ika : Itulah hebatnya Tian-senpai!
(Ika & Tian menyiapkan makanan)
(Semua anak masuk dengan semangat menyantap makanan).
Eiji : Gimana, aku sudah bilang kalau bakalan banyak orang kesini.
Akira : Bagus nak, kau melakukannya dengan sempurna. (Teriak) Semua mangkok 500 yen. Minumnya 200 yen.
Ika : He, harga pelajar.
Akira : Harga SMP tepatnya.
Ika : Apa hubungannya?
Akira : Entahlah yang penting mereka senang.
(Anak-anak makan dengan semangat)
Akira : (Mendekat ke Eiji). Eiji, kau masih SMP, kan?!
Eiji : Benar. Lalu kenapa?
Akira : Aku dengar bulan depan akan ada festival olahraga. Dan ada pertandingan Kendo tingkat nasional untuk SMP. Apa kau ikut?
Eiji : (Terdiam sebentar). Entahlah, kita lihat saja nanti. (Wajah memurung).
Akira : (Menepuk-nepuk punggung Eiji). Sudahlah, ayo nikmati makananmu sebelum mienya membubur. Ayo segera dimakan sana.
(Akira berjalan masuk dan berhenti di sebelah Aiko)
Akira : (Berbisik) Kau dengar dan lihat yang barusan?!
Aiko : Tapi, haruskah?
Akira : Sekali-kali menolong orang.
Aiko : Tapi, sudah 10 orang kakak tolong apa kurang?
Akira : Ayo buat jadi 11.
Ken : (Mendekat) Akira, kau pasti mau menolong anak itu!?
Akira : Aku merasakan hal yang tidak enak.
Aiko : Terserah kakak saja lah. Yang penting membuat orang lain bahagia itu juga hal yang baik.
Setelah mereka semua selesai makan dan membayar makan itu. Akira meminta agar Eiji tidak pulang terlebih dahulu. Eiji dibawa masuk ke rumah dan duduk di ruang tamu yang sidak berisi Ken, Amii, Aiko, Tian, Yuuko, dan Ika.
Eiji : (Duduk di sofa). Ada apa? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?
Ika : Tidak, kau tidak melakukan hal yang salah sedikit pun.
Eiji : Lalu, kenapa aku dibawa ke....
Yuuko : (Mendekat ke Eiji dan memberikan tangannya untuk berjabat tangan). Kenalkan, Yuuko Itsukai kelas 3-1 SMA Sakanami.
Eiji : Apa maksdunya ini? Aku semakin bingung....
Akira : Fufufu.... semakin pusing ya. Maaf-maaf, akan aku jelaskan semuanya.
Aiko : Lebih baik agak cepat ya, kak. Ini sudah sore sebentar lagi malam.
Akira : Ryushi Eiji. Aku sebenarnya tidak ingin menjudge mu. Tapi, kenapa saat aku mengetakan festival olahraga, kau termenung.
Ken : (Menepuk pundak Eiji). Ayolah, seorang pejuang Kendo harus semangat dan pantang lemas.
Eiji : Eh, maksudnya apa ini!? Aku tidak mengerti.
Aiko : Kakak, mungkin serahkan ini pada ku dan Tian-senpai.
Akira : Fuh, baiklah.
Aiko : Eiji-kun, apa kau baik-baik saja?
Eiji : Aku baik-baik saja lihat aku tidak sakit atau terluka sedikit pun.
Tian : Tapi, kau sedang sakit hati. Bahkan sakit hati itu sudah menjadi santapanmu selain ramen.
Akira : Apakah benar itu, Eiji?
Eiji : Hah, sakit hati?! Aku tidak apa-apa kok. Sumpah deh.
Ika : Lalu, kenapa kau merenung saat Akira-senpai menyebut masalah Turnamen Kendo bulan depan?
Eiji : Itu....
Aiko : Sudahlah kalian terlalu menekannya.
Yuuko : (Menaruh koran yang berisi iklan acara festival olahraga). Kalau kau tidak berani ikut, kami akan maklumi itu. Tapi, kalau ada yang akan menginjak sebuah tunas yang akan tumbuh, maka akan kami pindahkan kaki mereka agar tidak menginjaknya.
Aiko : Itu benar. Maka, apa yang ada dalam hatimu?
Eiji : (Mulai menangis). Sebenarnya... Aku sangat menyukai kendo, sangat suka. Aku mempelajari kendo dari awal masuk SMP dan kini aku sangat menyukainya. Tapi, Ayah selalu mengekangku untuk melanjutkan bisnis keluarga yang bodoh itu.
(Semua orang menghela nafas).
Eiji : Aku bingung kenapa. Sekarang aku selalu berbohong kepada ayah bahwa aku sedang ikut klub komputer. Memang aku mengikutinya, tapi aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk latihan kendo.
Akira : (Mendekati Eiji dan bertukar duduk dengan Tian). Nak, kau tahu. Aku dan Aiko sudah tidak memiliki orang tua tepat setelah kami dilahirkan. Jadi, memang kami tidak tahu bagaimana rasanya bertentangan dengan orang tua. Tapi, kau harus tahu... orang tua itu   selalu memikirkan anaknya.
Eiji : Tapi, ayah... ayah terlalu egois dan ibu tidak pernah membela ku. Dia hanya diam, diam, dan diam.... (Teriak) Apa-apaan ibu seperti itu!!!
Akira : (Menampar Eiji). JANGAN SEENAKNYA MENGATAI IBUMU SENDIRI!!!
(Semua orang menahan nafasnya karena kaget)
Eiji : (Terdiam Seketika).
Aiko : Wah, kakak ayo agak menjauh.
Akira : Maafkan aku, Eiji.
Eiji : Ini lebih baik... Ini lebih baik daripada harus hidup menanggung beban.
Akira : He? Kau lebih suka ditampar?
Eiji : Itu tandanya aku diperhatikan. Ada yang masih memperdulikan ku.
(Semua orang terdiam karena hal itu) (Ken berdiri dari kursi putar).
Ken : Baik, ini sudah beranjak malam. Ayo, saatnya kita antar adik kecil kita ini pulang.
Dan, lagi-lagi Akira membuat suatu proyek yang sedikit menyusahkan. Tapi, setidaknya ada orang yang dibantu. Itulah tujuan utama orang-orang yang bekerja di Kedai Takawa, membantu menyelesaikan masalah dengan menambah masalah atau begitulah.
Akira : Hoi, narator baca yang benar.
He, maafkan aku.... Memberi masalah pada masalah untuk menyelesaikan masalah. Begitukah?
Akira : Lha, itu baru benar (Masuk lagi).
     Heh... menyusahkan. Ok kembali ke cerita.
     Akira dan Aiko memutuskan untuk mengantar Eiji pulang sekaligus ingin kenalan. Sesampainya dirumah keluarga Ryushi, Akira dan Aiko dipersilahkan masuk oleh ibu Eiji.
Ibu : Kalian ini teman-teman Eiji. Maafkan kalau Eiji telah merepotkan kalian.
Aiko : Ah, tidak. Justru kami yang telah merepotkan Eiji-kun.
Akira : (Melihat-lihat sekitar dengan penuh penasaran).
Ibu : Anu... Apa ada yang salah?
Akira : Ah, tidak. Aku hanya penasaran alasan kenapa Eiji tidak diberi kesempatan untuk mengikuti dan menekuni Kendo?
Aiko : (Berbisik) Kakak, jangan langsung to the point. (Tertawa malu).
Akira : Sudahlah...
Ibu : Jadi, Eiji sudah menceritakannya pada kalian. Aku harap kalian bisa menghentikannya bermain Kendo.
Akira : Kenapa?
Ibu : Sebenarnya, aku sendiri ingin sekali anakku maju sesuai apa yang dia inginkan. Tapi, ayahnya terlalu memaksakan kehendak untuk meneruskan usaha keluarga.
Aiko : Kalau boleh tahu...
Ibu : Usaha itu adalah usaha penginapan yang berada di pantai 200 km dari sini.
Akira : Oh, pantai itu.
Aiko : Pantai mana?
Akira : Pantai yang tahun lalu kita kesana ingat. Yang waktu itu kelima jari kiri tercapit kepiting.
Aiko : Ho... ingat aku sekarang.
Akira : Ingatnya pasti gara-gara kepiting.
Ibu : Memang, kalau liburan musim panas ini suami ku pasti sedang tidak ada di rumah dan mengurusi penginapan itu.
Akira : Kami tahu perasaan anda dan ayah Eiji. Kalian pasti menginginkan anak kalian untuk meneruskan usaha keluarga. Tapi, ingatlah masa depan Eiji masih luas didepan sana.
Aiko : Semua masa depan pasti cerah. Tidak ada yang suram meski dia seorang penjahat.
Akira : Karena hanya tuhan yang tahu masa depan kita yang masih suci.
Ibu : Sebenarnya aku sangat mendukung Eiji. Tapi....
Akira : Aku tahu. Jabatan anda disini adalah seorang istri yang tidak bisa melawan apa kata suami.
Aiko : Kakak...
Akira : Apa? Bukankah itu kenyataanya!? Aku tidak suka hal yang basa-basi.
Ibu : Apa yang dikatakan kakak mu itu benar.
Aiko : Jadi, apakah anda menyetujui bila Eiji mengikuti lomba kendo bulan depan.
Ibu : Baiklah, akan aku pikir terlebih dulu.
Akira : (Berdiri) Baiklah, besok silahkan datang ke kedai ku. Eiji tahu dimana itu.
     Akira dan Aiko bisa dibilang sudah melakukan kemajuan yang hebat dalam menangani masalah ini. Tapi....
(Pintu kedai dibuka keras)
Akira : Selamat datang. Apakah kau Ayahnya Eiji?
Ayah : Benar.... Dan aku ingin bertemu dengan orang yang bernama Takawa! SEKARANG!
Akira : Aku tepat didepan mu.
Ayah : Hem... (Memukul meja depan tempat Akira duduk) dasar pemuda tidak sopan. Kau bernani-beraninya masuk dalam urusan keluarga ku.
Akira : (Menguap) Bila kesini hanya untuk emosi dan tidak menyelesaikan masalah, aku lewat saja. Kalau kau punya penyelesaian ayo kita rundingkan bersama.
     (Semua orang keluar dari dalam karena dengar ribut-ribut)
Ken : Wah, kita kelihatannya terlambat.
Ika : Kaya sinetron aja...
Ayah : (Menarik kerah baju Akira). Apa maksud mu?!
Akira : Lho kan... Emosi.
Ayah : (Mendorong Akira)
Akira : Apa kau yakin kalau yang disiarkan radio itu lebih fakta dari yang ditayangkan TV?
Ayah : Apa maksudmu?
Akira : Kau adalah golongan radio yang pendengarnya hanya membayangkan. Aku tidak melarang kau untuk menyuruh anakmu melanjutkan penginapan milik keluarga. Tapi, cara mu salah dengan menghentikan bakat anak mu.
Ayah : Aku tidak melarangnya. Bakatnya adalah komputer, dan itu bagus untuk masa depan penginapan kami.
Akira : Heh... Dasar radio, hanya tahu suaranya tanpa mengetahui wajah penyiarnya.
Ayah : Apa-apaan kau anak kurang ajar. (Memukul Akira).
Ken : Lebih baik Akira tidak melawan pukulan itu.
Amii : Kenapa coba?
Tian : Karena Akira lebih muda, dan itu tidak sopan.
Amii : Tapi, kata-katanya tadi sudah jelas sekali kalau tidak sopan.
Ken : Bukan, lihatlah di luar ada Eiji dan Ibunya. Bila Akira melawan dengan fisik berarti sama saja dia memukul Ibu dan Eiji.
Aiko : Eiji dan Ibunya ada diluar. Aku harus segera meminta mereka masuk! (Berlari menuju Eiji dan Ibunya yang berada diluar).
Ibu : Kau.
Aiko : Sudahlah, ayo kita ke dalam.
     (Akira dan Ayah Eiji masih dalam pertengkaran yang serius)
Akira : Baiklah, sekarang mari kita dengar pilihan dari orang pertama dalam kasus ini. Eiji, katakan saja. Kami semua akan melindungi mu.
Eiji : Aku, eh... a....
     (Yuuko datang dari pintu depang dengan membawa pedang kendo dan melemparkannya ke Eiji).
Yuuko : Katakan.
Eiji : Ini, ini.
Ayah : Apa-apaan kalian ini!
Eiji : Ayah, sudahlah hentian ini semua. Akira-san hanya ingin membantu. Sudahlah jangan membuat ribut lagi.
Ayah : Tapi, apa masa depan mu bila kau menang Kendo dan apa untungnya kau ahli dalam kendo? Lalu siapa yang akan meneruskan usaha keluarga kita?
Ibu : (Berjalan penuh emosi ke ayah Eiji dan menamparnya). Sudahlah, kau hanya memikirkan tentang penginapan kecil itu saja setiap hari tanpa memperdulikan kami.
Ayah : Tapi, kalian sekarang bisa makan dan minum dan menikmati semua fasilitas dari hasil usaha keluarga kita itu!
Ibu : Lalu kenapa!? Yang kami butuhkan bukanlah uang. Kami hanya butuh kasih sayang dari seorang pemimpin rumah tangga. Kau hanya bekerja siang malam untuk hal yang tidak penting.
Ayah : Tidak penting kata mu! (Akan menampar Ibu Eiji tapi dihalangi Eiji dan yang tertampar adalah Eiji)
Ken : Wah, ini bakalan panjang ceritanya.
Ika : Oh tidak....
Yuuko : Golongan tua memang menyusahkan.
Aiko : Eiji-kun!
Akira : Eiji!
Ibu : Eiji... (Terduduk menyelamatkan anaknya agar tidak terbentur)
Amii : Hei kau orang tua yang disana. Beraninya sama istri dan anak sendiri! (Amii berjalan menuju Ayah Eiji dan memandang langsung). Kau hanya bagaikan kecoa yang kotor, busuk... ah tidak bahkan kau lebih busuk lagi.
Tian : (Menuju Amii dan berusaha meredamkan amarahnya). Sudah Amii, kita jangan ikut campur dulu.
Akria : (Bangkit dari duduknya). Wah, wah, wah. Kelihatannya sudah mulai kelewatan orang tua yang satu ini. Dasar orang berpandangan sempit, sekarang lihat apa yang telah kau lakukan pada darah daging mu sendiri!
Ayah : (Terdiam tidak bisa berkata-kata)
Akira : He, Jawab.... AYO JAWAB!
Ayah : Apa.... apa yang sudah aku lakukan?!
Akira : Huf... Menyusahkan. Bulan depan ada olimpiade Kendo tingkat SMP Se-Jepang. Bila menang, Eiji akan diterima di SMA manapun bahkan SMA Sakanami yang bergrade tinggi.
Ayah : SMA Sakanami. Ya, SMA Sakanami....
Eiji : Ayah, terima kasih.
Ayah : Heh....
Eiji : Terima kasih sudah mau menampar ku. Selama ini kukira hanya Akira-san saja yang mau melakukannya. Ternyata aku salah, Ayah lebih hebat dalam masalah ini (Tersenyum sambil menangis bahagia).
Akira : Kini kau sudah paham, Ryushi-san.
Ayah : (Menangis) Baiklah, baiklah.... Nak, lakukan apa yang kau mau. Jadilah Atlet Kendo nasional. Buat aku bangga!
Eiji : Ayah...
     (Ketiga orang itu menangis)
Ika : Akhirnya kisah ini berakhir sampai sini.
Ken : Mungkin kau kira begitu. Tapi, sebenarnya kisah ini masih panjang.
Tian : Maksud mu untuk pembuatan cerita ini atau ini sudah epilog.
Ken : Bukan, ini adalah awal baru dari cerita ini. Narator, ayo lanjutkan!
     Akhirnya, Ayah Eiji sepakat untuk membiarkan Eiji mengikuti kejuaraan Kendo. 1 minggu kemudian Akira mendapatkan sebuah surat yang berisi surat pemberian ijin kepada seluruh orang yang ada di kedai untuk bisa melihat Eiji latihan.
Akira : (Mendorng kursi roda Yuuko). Kelihatannya aku masih penasaran dengan kejadian waktu itu.
Ken : Sudahlah... Lihat, itu SMP Fukajin.
Akira : SMP ini normal sekali ya.
Tian : Kau membandingkan SMP ini dengan SMA kita. Jelas saja berbeda.
Akira : SMA kita...!? Bukannya situ sudah gak sekolah ya... khu khu khu...
Tian : Ah, sudahlah diam sana.
     (Semua tertawa)
     Di depan pintu gerbang Eiji sudah menunggu 7 orang itu. Mereka bergerak menuju ruang klub kendo yang berada di timur gedung utama sekolah. Didalam sana, Akira dan yang lain melihat siswa siswi SMP Fukujin berlatih Kendo dengan semangat.
     Seorang pria menyapa Eiji dengan suara yang keras dan semangat.
Pria : Selamat siang Eiji. Syukurlah, pemain terbaik klub kendo Fukajin bisa ikut lomba bulan depan. Lho, siapa mereka?
Eiji : Mereka teman-teman ku. Perkenalkan ini Akira-san.
Akira : Salam kenal...
Eiji : Yang di kursi roda ini adalah Yuuko-san.
Yuuko : Salam kenal.
Eiji : Ini Aiko-san, Ken-san, Amii-san, Tian-san, dan Ika-san.
Aiko : Salam kenal.
Ken : Senang bertemu anda.
Amii : Salam kenal.
Tian : Salam kenal.
Ika : Senang bertenu anda.
Pria : Yah, salam kenal. Aku Matsumoto Ren. Panggil saja aku Ren. Baiklah Eiji, kita latihan sekarang. YO....
Eiji : YO... (Berlari menuju kawan-kawannya).
Ren : Kalau kalian ingin duduk silahkan. Anggap saja kalian tamu kehormatan disini.
Aiko : Tidak usah repot-repot.
     Mereka melihat latihan anak-anak SMP yang masih polos dan penuh semangat itu. Pandangan Yuuko tidak bisa lepas dari Eiji yang sangat bersemangat dalam latihan.
Amii : Wah, masa SMP kuakui sebagai masa yang membara-bara ya.
Tian : Setuju.
Ika : Tapi, kalau terlalu semangat. Nanti SMAnya bisa malu.
Aiko : Bisa ya...?
Ren : Bagus, sekarang kita istirahat dulu! Selagi itu, kalian akan aku beri pertandingan antara aku dan tamu kita.
     (Anak-anak itu saling menebak apa yang akan terjadi).
Ren : Baiklah, tidak ada basa basi lagi. Akira-san dan Ken-san akan bertanding melawan ku!
Akira : Heh, kita?
Ken : Dari awal perasaan ku sudah tidak enak.
     Akira dan Ken pun menerima tantangan itu. Pertama-tama Akira yang melawan Ren-sensei terlebih dulu.
Akira : Aku biasa menggunakan alat seperti ini. Ayo silahkan maju.
Ren : Aku tidak akan sungkan memukul mu dengan ini.
Ken : Siap, mulai..!
     (Akira dan Ren saling pukul dan dimenangkan oleh Ren)
Akira : Heh, aku kalah.... memang aku hanya bisa memasak.
Ren : Baiklah, sekarang saatnya Ken-san.
     (Ken ke arena)
Akira : Siap, mulai...!
     (Ken dan Ren memulai pertandingan. Dan yang menang sekali lagi Ren)
Ken : (Terengah-engah) Anda hebat....
Eiji : Ren-sensei yang terbaik!!!!
     (Semua anak bersorak untuk Ren)
     Yah, selingan boleh lah. Dan, 1 bulan berlalu begitu cepat. Hasil latihan Eiji dan konfilk 1 bulan lalu akan dibakar dalam semangat festival olahraga kali ini. Sambil berjalan-jalan, 7 orang dari kedai melihat-lihat festival olahraga yang diadalan 1 tahun sekali ini.
Aiko : Wah, rame ya...
Ika : Bagaikan penonton yang antri pertunjukan Moccha-chan saja.
Akira : Tapi, apakah akan sebanyak ini?
Ika : Akira-senpai kejam...
     (Tertawa semua)
Amii : Oya, kapan pertandingan Eiji akan berlangsung?
Yuuko : Sekitar jam 12 bila dilihat dari catatan yang dibagikan panitia tadi.
Tian : Masih lama sih. Tapi, Akira...
Akira : Ya...!?
Tian : Kau benar-benar membuat bendera itu.
Akira : Yah, kau tahu lah. Aku sedikit terbakar emosi dan semangat pada khasus ini.
Tian : Khasus?! Kau kira ini kepolisian apa?!
     Mereka lalu bertemu dengan orang tua Eiji yang sudah berada di dekat pintu masuk gor.
Ibu : Ah, Takawa dan temannya.
Aiko : Ibunya Eiji, selamat pagi. Kita bertemu lagi disini rupanya.
Ibu : Aiko-chan, aku juga senang bertemu kalian.
Akira : Heh, paman kita bertemu lagi. Dan, sepertinya sudah membuat spanduk yang besar untuk mendukung anaknya.
Ayah : Tentu saja, aku harus mendukung anak ku. Dan juga, kau membuat bendera untuk mendukung Eiji. Ayo kita dukung Eiji bersama.
Akira : Teman-teman ayo kita dukung Eiji.
(Semua Teriak)
     Pukul 12 pun tak terasa. Gor pun penuh dengan penonton. Kami adalah pengantar dan keluarga jadinya mendapat tempat duduk yang agak dekat dengan arena pertandingan.
Yuuko : (Menarik-narik baju Aiko).
Aiko : Ada apa?
Yuuko : Gunakan ini. (Memberikan sebuah ikat kepala yang bertuliskan “BERJUANGLAH EIJI”)
Aiko : Wah, ini buatan Yuuko-san. Bagusnya. Semuanya, ayo gunakan ikat kepala ini!
Ken : He... Akira, pacar mu pintar juga dalam membuat hal yang seperti ini.
Akira : Tentu saja, bakatnya seorang desainer.
     Mereka semua memakai ikat kepala itu termasuk aku. Terima kasih Yuuko-san (Melambai ke Yuuko).
Yuuko : (Melambai) Sama-sama.
     Oke, ayo kita lanjut. Pertandingan Eiji dimulai pada pukul 12.30, dan pertandingan hari ini akan selesai sampai final. Eiji telah menang 4 ronde sebelumnya mengalahkan 4 penantang. Kini, Eiji menuju final. Dan, akan melawan seorang pemain dari SMP Dakuri yang merupakan musuh bebuyutan SMP Fukajin di pertandingan Kendo.
     Aku tidak peduli, yang penting disini adalah berjuang mendukung Eiji.... AYO EIJI-KUN, KAU PASTI BISA AYO MENANGKAN....!!!
Akira : Narator kita berisik sekali.
Ken : Hahaha... sudahlah.
Ayah : Takawa, apa yang kau lakukan. Jangan diam saja. Lihatlah Eiji sudah masuk lapangan.
     (Semuanya berteriak mendukung Eiji)
     Dukungan terus bergema di stadion. Bahkan orang yang bukan dari SMP Fukajin mendukung Eiji.
Wasit : Siap. Mulai.
Akira : (Mengibar-ngibarkan bendera).
Aiko, Amii, Tian, Ika : (Teriak-teriak mendukung Eiji).
Ayah & Ibu : (Memegang spanduk).
Ken & Yuuko : (Melihat pertandingan dengan serius).
     Dan, akhirnya....
Eiji : MEN (Memukul dari atas), MEN (Dilakukan lagi), MEN (Dilakukan lagi dan kena).
     (Wasit menghentikan pertandingan yang dimenangkan oleh Eiji)
MC : Dan, pemenang dari kejuaraan Kendo tingkat SMP se-Jepang adalah SMP Fukajin...!
(Semua Teriak gembira)
Ibu : (Menangis bahagia)
Ayah : Anak kita berhasil. HOA.... (Teriak) Itu baru anak ku!
Akira : Eiji berhasil!!!!
Ken : Yes, akhirnya Eiji sukses.
     Dan, kemenangan Eiji itu dirayakan di kedai dengan masakan spesial buatan Akira. Aku dikasih gak ya?
Akira : Hoi, narator. Ayo sini, kita makan-makan.
Aiko : Terima kasih sudah membimbing cerita dari awal hingga akhir.
     Terima kasih (Menagis bahagia).
1 Bulan berikutnya lagi.
Sekolah sudah masuk. Dan kini, Akira dan kawan-kawan harus melanjutkan sekolahnya.
Akira : (Berjalan menuju sekolah) Liburan musim panas berakhir juga rupanya.
Aiko : Syukurlah, liburan musim panas kita habiskan dengan menolong orang.
Akira : Yah, syukur lah.

Dan semua hidup dalam rutinitasnya yang penuh warna.

Agustus 12, 2012

Chapter 6 : Summer Fasting Part 1 (夏 の 空腹時 Part 1)


Yah, seperti yang diceritakan sebelumnya. Hari ini adalah hari ke 8 di bulan Ramadhan dan hari ini 765-PRO semuanya melakukan liburan menuju pantai.
“Apa aku harus ikut? Ini panas....” Kata ku.
“Kalau panas ya minum saja...” Kata Paman.
“Haduh, aku akan dosa kalau minum sekarang.”
Aku dan Paman alias presiden dari 765-PRO sedang bersiap-siap untuk pergi berlibur selama 4 hari di pantai.
“Apa tempatnya seperti dulu?” Tanya ku.
“Memang uang kita banyak. Tapi, aku lebih suka kalau kita tetap sederhana.”
“Paman memang orang yang tidak bakat kaya....”
“Apa maksudmu?”
“Ya, lupakan saja.”
Tidak lama, Producer datang.
“Ah, Producer selamat pagi.”
“Selamat pagi, Akira, Chief.”
“Anak muda, kau kelihatan semangat sekali. Ada apa memang?” Tanya Paman.
“Begini, aku kemarin telah ditelepon oleh salah satu event organiser. Dan...”
“Dan...” Kata ku.
“Dan 2 minggu lagi kita akan melakukan konser di Kyoto.”
“Benarkah?” Tanya ku.
“Itu benar. Ryuugu Komachi, Hamatayuma, dan 765-PRO Allstar akan tampil.”
“Biayanya pasti besar.”
“Ya, seperti konser musim panas.” Kata Paman.
“Mungkin saja. Tunggu dulu...... Aaahhh..... tetap pada masa puasa...”
“Semangatlah Akira” Kata Producer.
“Baiklah...” Jawab ku melemas.
Kebetulan, hari ini aku mendapat sewa untuk mini bus dan cukup untuk membawa kita semua. Jadinya, hari ini kantor 765-PRO akan sepi karena ikut semua.
Tidak lama, Chihaya datang.
“Semuanya selamat pagi.” Sapa Chihaya.
“Ah, selamat pagi.” Jawab ku.
“Selamat pagi.” Jawab Producer dan Paman.
“Lha, Akira. Kau masuk saja dengan Chihaya didalam ada Kotori-san mungkin.” Kata Producer.
“Ah, baiklah.” Jawab ku.
Aku masuk ke kantor dan duduk di sofa.
“Ah, kenapa aku harus ikut?” Tanya ku.
“Itu permintaan presiden `kan...” Kata Kotori.
“Benar juga...”
“Tapi, kelihatannya puasa itu sulit, ya.” Kata Chihaya.
“Mungkin bagi orang awam. Tapi, sebenarnya puasa itu enak.” Kata ku.
Satu-persatu orang datang dan kami bersiap-siap untuk berangkat. Setelah sampai di stasiun.
“Ini stasiun aku ngamen biasanya ‘kan...” Kata ku.
“Memang ini yang dekat ‘kan.” Kata Ami.
“Lagi pula kenapa kau mengamen kalau sudah jadi Idol?” Lanjut Mami.
“Ok, sekarang ayo kita berangkat!” Kata Producer.
Kami berangkat dengan kereta. Ya, tahu lah gimana kereta wisata di Jepang. Aku duduk bersama Miki yang terus tertidur. Dan dihadapan ku ada Haruka dan Chihaya. Untungnya tidak ada yang menyadari kami karena keretanya memang sepi.
“Hah.... panas sekali...” Kata ku.
“Kau haus?” Tanya Haruka.
“Ah, tidak apa-apa aku harus menahannya.”
“Kelihatannya berpuasa dimusim panas itu sulit!?” Kata Chihaya.
“Memang, tapi enak juga....”
Di lain sisi, ada Ami dan Mami.
“Ara-ara.... Akikan duduk bersama Miki Miki....” Kata Mami.
“Wah, ini bahaya. Kasihan sekali Miki Miki.” Lanjut Ami.
“Benar sekali....” Jawab Ami.
“Sudah lah, kalian berdua ini...” Kata ku.
“Takane, kau kelihatan menikmati sekali...” Kata Hibiki.
“Ya, begitulah hidup harus dijalani.” Jawab Takane.
Iori, Yayoi, Yukiho, dan Makoto duduk bersama dan mereka saling bercerita dan tertawa bahagia kelihatannya.
“Hahaha.... Apa itu benar?” Kata Makoto.
“Hahaha, jelas saja kan...” Jawab Iori.
“Tapi, kelihatannya itu tidak mungkin..” Lanjut Yukiho.
“Haha... Lucu... hahaha..” Lanjut Yayoi.
“Kelihatannya mereka menikmati ini. Jadi jadwal yang padat juga merusak suasana...” Kata ku dalam hati.
Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami sudah hampir samapai ke stasiun berikutnya di dekat pantai.
“Akira-san bangun.... Pantai sudah dekat..!” Seru Haruka.
“Ah, ya, pantai festival? Apa maksud mu?” Kata ku sambil mengantuk.
“Hehe.... Akikan tidur bersama Miki Miki....” Kata Ami.
“Mencurigakan....” Lanjut Ami.
“Sudah lah...!” Kata ku.
“Ah, langsung bangun....” Kata Chihaya.
“Eh, benar juga...” Kata ku.
“Yay, sukses besar...” Kata Ami dan Mami.
Kami samapai di stasiun dan langsung menuju pantai.
“Hagh.... Pantai ini panas sekali.....” Kata ku dibawah payung.
Pantai memang panas untuk bulan puasa di musim panas.
Aku hanya melihat mereka bermain air dan pasir jadi seolah-olah mereka bukan seorang Idol. Tapi, tetap saja, fans tahu dimana kita.
“Kau pasti Akira-sama... pemain saxophone dari 765-PRO...”
“Ah, kalian.... siapa?”
“Wah... ini benar-benar Akira-sama...!” Seru fans ku.
“Wah, wah.... kalian tolong jangan mengganggunya....” Kata Producer.
“Huu.... dasar...”
Mereka pun pergi menjauh dari kami.
“Ah, terima kasih, Producer.” Kata ku.
“Ya, sama-sama. Tapi, apa kau tidak ingin jalan-jalan. Kalau bermalas-malasan saja nanti tuhan mu marah...”
“Iya sih, tapi.... ah baiklah...” kata ku.
Aku memilih untuk jalan-jalan menuju tebing di sekitar pantai. Sambil berjalan di sekitar tebing aku terus berfikir.
“Semua sudah memakai alat itu ya.... berarti efek battle field sudah tidak berpengaruh pada mereka. Aku harus hati-hati ini dengan serangan Genesis. Aku juga kini bisa menghubungi mereka sesuka ku. Wah, sulit juga tugas yang ini..”
Aku memutuskan untuk menghubungi Aiko.
“Hallo Assalamualaikum...”
“Walaikumsalam. Aiko, bagaimana keadaan kedai?”
“Ya, alhamdulillah baik-baik saja. Hanya saja.... tahun ini mungkin akan menjadi bulan puasa yang sepi karena tidak ada kakak.”
“Mungkin...”
“Tapi, kakak harus tetap berusaha... semangat demi tugas...”
“Ya, memang begitu.”
“Lagi pula, di dunia ini kakak akhirnya tahu bagaimana rasanya dipenjara `kan...”
“Itu bukan pengalaman yang bagus. Ok, jaga diri ya. Assalamualaikum..”
“Waalaikumsalam.”
Tidak lama, Inukai-sensei menghubungi ku....
“Akira, bahaya.... Tempat dimana kau berdiri sekarang dekat sekali dengan jalur Neuroi dari Strike Witches-sekai.”
“Ha.... jangan bulan ini....”
“Arahnya sekitar 70 derajat ke arah selatan dari tempatmu berdiri...”
“Ok, aku kesana... Tapi, efek battle field....”
“Aku tahu itu... jadi hati-hati...”
Telepon terputus.
“Battle field...”
Battle field effect sudah aktif. Tapi, kelihatannya ada yang tahu kalau aku disini. Dan orang itu adalah Makoto dan Yukiho.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Makoto.
“He.... Hah... mengejutkan ku saja. Apa ada yang membawa arloji atau HP?” Tanya ku.
“Ya, kebetulan.... he...” Kata Makoto.
“Kenapa?” Tanya Yukiho.
“Waktunya berhenti....”
“Mungkin jam mu rusak...” Kata Yukiho.
“Bukan... intinya kalau sekarang waktu berhenti peringatkan semua untuk pergi dari pantai menuju arah utara...” Kata ku.
“Kenapa?” Tanya Yukiho.
“Sudah lah.... lakukan atau kalian dalam bahaya...”
“Ya, baiklah....” Kata mereka semua setelah melihat wajah ku yang kelihatannya serius.
Setelah aku yakin mereka tidak melihat ku.
“Youso Kaze....!”
Sayap keluar dan aku terbang menuju 70 derajat arah selatan.
“Astaghfirllah... besar sekali...” kata ku.
Dan, ternyata Neuroi itu tahu keberadaan ku dan menyerang tepat kearah ku.
“Adada.... kau pintar juga untuk mahluk tanpa otak.” Kata ku.
Aku berganti elemen ke Youso Mizu karena pertempuran kita di atas laut.
“Sial, aku tidak bisa melihat titik lemahnya. Summon Gear, Strike Witches, Sakamoto Mio!”
Kata ku untuk mensummon Sakamoto Mio dari Strike Witches-sekai. Yang kita tahu selama ini.... dia punya kemampuan untuk melihat titik lemah Neuroi.
“Kau memanggil ku?”
“Sudah pasti...”
“Dimana Neuroi itu?”
“Tepat dibawah mu...”
“Wha...” Teriaknya sembari menghindari serangan Neuroi itu.
“Lincah juga untuk Neuroi yang besar.”
Mio tetap mencari titik lemah Neuroi itu tapi tetap tidak berguna. Dan tekanan air yang aku keluarkan tetap tidak berguna.
“Ya Allah.... puasa ini akan menjadi bulan yang sulit....” Kata ku.
“Sudah ketemu.... ada di bagian tengah tubuhnya. Tapi, itu bagian yang paling tebal. Sekitar 7-8 ledakan di tempat yang sama agar terjadi lubang. Lagi pula ledakan itu harus cepat.”
“Itu sulit. Tapi bisa gunakan ilmu fisika.”
“Apa?”
“Pemuaian yang jelas.”
Aku menggunakan Youso Mizu lagi dan membekukan titik itu. Lalu aku gunakan Youso Hi untuk meledakkannya.
“Ah... sedikit lagi... ini harus cepat...”
Langkah yang sama kuulangi sekali lagi. Tapi, Neuroi itu mulai menyerang bawah. Ku lihat dibawah masih ada Producer.
“Bahaya....!” Kata ku lalu aku turun dengan cepat mendahului serangan itu untuk menyelamatkan Producer.
“Takawa, itu bahaya..! Aduh....” Seru Mio.
“Producer awas..!” Teriak ku.
“Akira... eh...” Kata Producer.
Untung saja aku masih bisa menyelamatkan Producer meski kaki ku sedikit terkena serangan itu.
“Apa itu tadi?” Tanya Producer.
“Bukannya Yukiho menyuruh mu untuk pergi dari sini?”
“Memang, tapi kami mengkhawatirkan mu.”
Aku mencoba untuk menyambungkan saluran kepada yang lain.
“Semuanya dengarkan aku. Sebisa mungkin kalian menghindar dari pergerakan yang tiba-tiba.... ini perintah... Producer bersama ku aku harap kalian mau bersabar.” Kata ku.
Ternyata, suasana di tempat penginapan menjadi panik karena berita ku tadi.
“Apa....?! ini bahaya...” Kata Chihaya.
“Jadi ini yang dimaksud Akira-san tadi...” Kata Makoto.
“Semuanya, ayo ikuti kata-kata Akira-san. Dan kita harus berdoa semoga semua baik-baik saja.” Kata Haruka memberi semangat.
“Sebenarnya, Akira itu siapa, ya?” tanya Ritsuko.
“Aku sendiri juga tidak tahu.” Jawab Kotori.
“Tapi, dia orangya menarik. Meski membahayakan.... tapi dia orang yang menarik.” Kata Paman.
Kembali ke pertempuran.
Kaki ku terasa sakit hingga ku nyaris tidak bisa berdiri.
“Ah, sial.... Summon, High School DXD, Asia, Aiko keluarlah...”
Asia dari High School DXD keluar dan mengobati diri ku.
“Akira... sebenarnya kau siapa?”
“Siapa pun aku. Yang pasti itu akan membuat mu tidak percaya. Jadi, sekarang diam saja disini dan jangan kemana-mana.
Aiko juga keluar.
“Kakak.... tidak apa-apa?”
“Kau bisa melihatnya sendiri...”
“Akira-san jangan memaksakan diri..” Kata Asia.
“Kakak? Jangan-jangan dia...”
“Benar... dia sodara kembar perempuan ku.”
“Kakak, aku akan membantu Mio-san.”
“Lakukan...”
Aiko lalu membantu Mio yang ada di atas. Dan Asia tetap memulihkan kaki ku.
“Akira, aku masih tidak mengerti siapa dirimu.”
“Aku janji. Kalau aku masih hidup, akan aku ceritakan apa yang terjadi sebenarnya.”
“Baiklah, sudah seleai.”
“Terima kasih Asia-san sekarang kembalilah.”
Asia kembali dan aku menggunakan Youso Ongaku.
“Akan aku getarkan dia. Producer, tetap disini ya...” Kata ku.
Aku kembali ke tempat bertarung.
“Awas kau mahluk hitam merah yang tidak berguna....”
Aku langsung memainkan musik yang cukup membengkakkan telinga.
“Jadi dia menggunakan cara lain...” Kata Mio.
“Kakak hebat...”
Musik yang cukup keras itu rupanya merusak tubuh Neuroi itu. Hingga akhirnya...
“Aiko... Tembak benda itu..!” Teriak ku.
Aiko lalu menembahnya dengan Youso Hi dan berhasil menghancurkan benda itu.
“Ma, tugas ku disini sudah selesai... baiklah saatnya pulang.” Kata Mio dan dia menghilang.
Aiko lalu aku tarik kembali dan kembali ke dunia asal. Aku lalu kembali menuju Producer dan membuatnya pingsan dengan memukul kepala bagian belakangnya.
“Maafkan aku  Producer.” Kata ku.
Aku lalu membawa Producer menuju penginapan kami. Sesampainya disana kebetulan efek Battle Field sudah aku buang.
“Akira, Producer...” Kata semuanya.
“Kami pulang...” Kata ku.
“Apa yang terjadi?” Tanya Kotori.
“Maafkan aku Kotori-san. Aku tidak bisa memberitahu mu.”
“Lalu kenapa Producer pingsan?” Tanya Ritsuko.
“Itu bisa dibilang penyelamatan (maksudnya penyelamatan rahasia diri ku).”
“Penyelamatan...” Kata mereka semua kebingungan.
Producer aku bawa ke kamarnya dan sorenya dia bangun.
“Ah, apa yang terjadi?”
“Wah, Selamat Sore Producer...”
“Akira.... apa yang terjadi?”
“Kau pingsan karena panas di pantai tadi...”
“Ah, jadi..... tadi hanya mimpi...”
“Mimpi...?!”
“Ya, aku bermimpi kau melawan sebuah pesawat besar sekali. Pesawat itu berwarna merah dan hitam. Kau bisa terbang, kau memeiliki sayap. Kau juga memaggil seorang wanita bertutup mata sebelah dan seorang wanita yang kau kata itu adik kembar mu.”
“Wah, itu mimpi yang bagus. Bagus itu kalau dibuat cerita.”
“Aku serius!”
“Ya, maaf maaf. Oya, apa kau tidak ingin ke pantai? Semuanya ada disana sekarang untuk melihat matahari terbenam.”
“Baiklah, aku akan pergi. Lalu, bagaimana dengan mu?”
“Aku akan menyiapkan buka puasa.”
“Baiklah aku akan pergi...”
Producer pergi menuju pantai. Tapi, aku tetap disini untuk mempersiapkan makan malam semua dan juga buka puasa ku.
Aku menuju dapur.
“Ah, kau dari 765-PRO. Ada yang bisa aku bantu?” Tanya bibi pemilih rumah.
“Apa aku bisa membantu memasak untuk yang lain?”
“Ah, silahkan.... bila itu tidak merepotkan mu.”
“Pasti tidak. Aku hanya ingin anda membantu ku saat mencicipi makanan dan juga menghitung waktu ku.”
“Waktu?”
“30 menit dan semua selesai.”
“Apa kau yakin?”
“Tenang saja bibi. Aku biasanya juga 20 menit.”
“Baiklah. Sampai jarum panjang di angka 9.”
“Bismillah.... Ayo mulai...”
Aku memutuskan untuk membuat nasi Soto dengan daging dan kunir yang aku bawa sendiri dari dunia ku.
“Apa kau tidak ingin menggunakan daging di kulkas?”
“Ah, tidak apa-apa. Ini cukup untuk semuanya. 4 Kg apa tidak cukup?”
“Aku tidak tahu...” Kata Bibi pemilik rumah bingung.
“Ah, ya anda bukan Aiko... maaf...”
“Ah, tidak apa-apa...”
Soto sedag dimasak. Masalahnya adalah aku lupa membawa santan untuk membuat kolak.
“Bibi, apakah bibi punya kelapa? Atau santan?”
“Kalau kelapa ada. Tapi, santan??”
“Baiklah tidak apa-apa.”
Aku menuju belakang. Memecahkan kelapa dan aku ambil dagingnya untuk ku buat santan.
“Tidak perlu kental-kental.”
“Wah, kau memang pria yang pintar memasak. Apa kau memiliki kedai?”
“Di tempat asal ku memang aku memiliki kedai.”
“Pantas saja....”
20 menit berlalu dan aku tinggal menunggu Sotonya matang, nasinya matang, kolak .
“Sekarang aku akan menyiapkan tempat untuk makan.”
“Baiklah, kau bisa menggunakan tempat makan utama.”
“Ah, terima kasih.”
Aku berlari menuju ruang utama.
“Sial, buka puasa dan semuanya akan datang 10 menit lagi.”
Untungnya Bibi pemilik rumah membantu ku. Dan, tepat saat semuanya datang dan waktu buka puasa tiba semua sudah selesai.
“Ah- hah- hah.... lelah sekali.” Kata ku.
“Kau memang orang yang hebat.”
“Terimakasih bibi.”
Mereka semua aku sambut.
“Ok, semuanya selamat datang. Sekarang ayo kita makan.”
“Ada apa, Akira?” Tanya Producer.
“Sudahlah...”
Aku menggiring mereka menuju ruang makan utama.
“Wah, ini.... makan malam...” Kata Haruka.
“Ayo serang...!” Seru Hibiki.
Mereka semua duduk di tempat masing-masing. Setelah duduk, mereka bingung.
“Ini makanan apa?” Tanya Mami.
“Warnanya kuning...” Lanjut Ami.
“Isinya daging...” Kata Hibiki.
“Tapi, baunya sedap.” Kata Makoto.
“Minumnya juga berisi labu. Dan pisang...” Kata Yukiho.
“Sudahlah.... sekarang saatnya kita makan.” Kata ku.
“SELAMAT MAKAN!” Kata mereka semua.
“Wah, ini enak...” Kata Hibiki.
“Aku serasa hidup kembali...” Lanjut Haruka.
“Akira-kun, tak ku sangka kau bisa memasak seenak ini.” Kata Paman.
“Ya, terimakasih.”
“Tapi, aku tidak bisa mengira kalau Akira bisa memasak.” Kata Ritsuko.
“Haha.... itu menyakitkan sedikit.” Kata ku.
Aku senang karena mereka semua menyukai masakan ku.
“Ah, aku tadi melihat poster di dekat pantai. Di dekat sini katanya sedang ada festival musim panas.” Kata Producer.
“Ah, itu benar...” Kata Bibi pemilik rumah.
“He.... menarik juga.... ayo nanti kita kesana.” Kata ku.
“Kalian para gadis apa tidak ingin ikut lomba putri yukata disana?” Tanya Bibi pemilik rumah.
“Putri Yukata?” Tanya Miki.
“Itu seperti kontes kecantikan dengan memakai Yukata.” Jawab Chihaya.
“Kalau kalian mau ikut bisa menggunakan Yukata milik ku. Jumlahnya banyak, silahkan pilih.”
Aku melirik ke arah Ritsuko. Kelihatannya dia memiliki suatu rencana.
“Semuanya yang perempuan ayo kemari!” Kata Ritsuko.
Aku, Producer, dan Paman hanya diam dan kebingungan dengan apa yang sedang mereka bicarakan.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Next Chapter : Summer Fasting Part 2 ( 空腹時 Part 2).

Translate is Here

Powered By google