“Akhirnya.....” Teriak ku keluar dari ruang Paman.
“Kenapa?” tanya Kotori-san.
“Akhirnya, Kotori-san.”
“Apanya?”
“Akhirnya pembuatan band ku disetujui oleh Paman.”
“Wha.... Syukurlah.... selamat ya..”
“Terima kasih.”
Akhirnya, setelah semua usaha yang aku lakukan, sekarang band yang
aku ingin bentuk disetujui oleh paman....
Aku menuju tengah ruangan dan memanggil semua anak di 765-pro.
“Semuanya, dengarkan ini. Aku akan melakukan pemilihan terhadap
kalian yang ingin bergabung dalam band 765-pro yang aku buat.” Kata ku
semangat.
“Whoa..... Keren... Aku mau..” Kata Haruka semangat.
“Ha, itu semangat yang aku mau.”
“Aku ingin ikut.” Kata Ami.
“Boleh saja, tapi kau sudah tergabung dalam Ryuuguu Komachi. Aku
tidak memprioritaskan itu.”
“He.... Tidak asik.” Jawab Ami.
“Tapi memang benar, jika kita ikut dalam band, Ryuuguu Komachi
akan kacau.”
“Itu maksud ku. Hebat Azusa-san.” Jawab ku.
“Kalau begitu aku juga mau ikut, Akira-san.” Kata Makoto.
“Ha, itu bagus.”
“Ada yang mau ikut lagi?”
“Memagnya, berapa alat musik yang akan mewarnai?” Tanya Takane.
“Ya, sebenarnya ada keyboardis, drummer, guitarist, vocaloist,
bassist. Jadi bisa dibilang aku butuh 5 orang.”
“Bass ya.... Aku akan ikut dengan mu.” Jawab Takane.
“Ha... ya... baik lah (cepat sekali berganti moodnya.)” Kataku dan
kataku dalam hati.
“Sudah 3 orang ya, sekarang kurang 2 orang.”
“Kenapa bukan Akira-san saja yang mengisi sisanya.”
“Haruka, itu tidak mungkin. Karena aku producernya.”
“Benar juga..”
“Ya, sudah lah..”
“Akira-san...” Teriak Makoto.
“Ya?”
“Aku ingin bermain drum...”
“Whoa, itu cocok sekali dengan Makoto-chan.” Kata Yayoi.
“Haha, itu pemikiran bagus.”
“Kalau begitu, aku juga mau ikut.” Kata Yukiho.
“Hm... itu bagus..”
“Berarti kurang 1.” Kata Takane.
“Chihaya-chan apa kau tidak ingin ikut.” Tanya Haruka.
“Aku, aku tidak pandai bermain musik. Itu percuma saja.”
“Ya, itu bisa aku bayangkan.” Jawab ku.
“Miki?”
“Aku tidak pandai. Bermain musik.”
“Mami...?”
“Hm... bagaimana?”
“Lakukan saja Mami.” Kata Ami.
“Yes, sir...” Jawab Mami.
“Baiklah, besok siang di hotel tempat aku tinggal. Kita akan
lakukan pembagian posisi.”
“Baiklah....” Jawab semua.
Aku pun melanjutkan promo ku dengan menjadi bintang iklan salah
satu alat musik yang terkenal yaitu Yamaga.
Saat iklan aku hanya akting bermain celo yang sebenarnya aku tidak
bisa sama sekali. Setelah bermain sekitar 10 detik, aku berkata, “Indahnya,
siapa berikutnya yang akan memainkan ini?” ya, hanya itu.
Setelah iklan, aku ada interview radio. Aku masuk kedalam ruangan
on air. Aku hanya akan menjawab beberapa pertanyaan kelihatannya. Waktu siaran
tiba.
“Selamat siang para pemirsa Ragai Radio. Hari ini kita akan
kedatangan tamu yang mungkin masih asing di telingga pendengar. Karena, ia
adalah anggota baru 765-pro. Siapakah dia? Ya, Akira Takawa-san.”
“Semuanya, selamat siang.”
“Wah, ternyata kini Makoto memiliki saingan yang sama tampannya.”
“Ah, Makoto masih lebih jaura daripada aku.”
“Haha, menarik sekali. Apakah kau dan Makoto-kun melakukan saingan
untuk mendapat fans wanita?”
“Sebenarnya tidak ya, soalnya selera orang berbeda-beda.”
“Omong-omong, saat kau SMA kau disebut-sebut sebagai Black Rose. Bisa
ceritakan kenapa?”
“Untuk jelasnya aku sendiri juga tidak tahu. Tapi yang mengatakan
itu adalah anak-anak.”
“Haha, menarik. Sekarang kau sedang sibuk apa?”
“Ya, yang pasti sedang promo. Dan juga sekarang sedang membuat
album pertama.”
“Wah, album pertama. Seperti apa itu?”
“Aku memang bukan penyanyi yang baik ya, jadi album itu hanya ada
3 lagu dari 10 lagu yang aku menyanyi.”
“Sisanya?!”
“Sisanya adalah permainan instrumen. Seperti gitar dan saxophone.”
“Haha, berbakat sekali kau.”
“Ya, terima kasih.”
“Kini ada pertanyaan lagi.”
“Silahkan.”
“Katanya, kau adalah anak yatim piatu sejak kecil.”
“Benar, sebelum aku lahir, ayah ku sudah meninggal dan ibu ku
meniggal saat aku berusia 3 bulan dan aku dimasukkan ke panti asuhan di
Indonesia sampai usia ku 14 tahun.”
“Orang tua mu dari Jepang?”
“Yang dari Jepang adalah ayah ku. Dan ibu ku dari Indonesia.”
“Setelah ini, Akira-kun akan memainkan satu lagu. Sebelum itu, apa
ada yang ingin kau katakan?”
“Ya, untuk semua pendengar Ragai Radio, tetap semangat, jangan
lupakan apa itu musik. Hanya itu.”
“Baiklah terima kasih atas harinya.”
“Sama-sama.”
“Baiklah, sekarang akan kita dengarkan lagu dari Akira-kun yang
berjudul “Senar Tua”.”
Aku bermain musik dan menyanyi.
Setelah semua selesai, aku memilih untuk kembali ke kantor
765-pro. Kebetulan saat aku keluar dari gedung radio dan berjalan di trotoar,
aku melihat ada penjambret yang mengambil tas dari seorang wanita.
“Tolong, pencuri-prencuri!!!” Teriak orang itu.
Aku lalu mengejar orang itu. Untungnya aku masih ingat kalau aku
membawa pistol yang berisi peluru bius.
Aku mengejar orang itu. Ternyata kecepatan kita sama, jadinya
tidak ada perubahan jarak antara kami. Akhirnya, tidak lama-lama aku langsung
menembakkan peluru bius itu.
“A....” Kata pencuri itu.
Aku berhasil melumpuhkan orang itu.
“Hah- hah- hah.... akhirnya –hah kau tergeletak juga.” Kata ku
terengah-engah.
Aku lalu mengambil tas wanita itu dan membawa pencuri itu ke
kantor polisi.
Aku kembali ke wanita itu dan mengembalikan tasnya.
“Terima kasih banyak. Kau telah mengembalikan tas ku.”
“Ya, sama-sama.”
Aku pun kembali ke kantor.
“Aku pulang....”
“A, Akira-kun selamat datang.” Jawab Kotori-san.
“Howa, hari ini benar-benar melelahkan.”
“Kenapa?”
“Ya, setelah iklan alat musik, aku harus interview di Ragai
Radio.”
“Ho, ya aku tahu itu.”
“Lalu aku tadi menolong wanita yang tasnya dicuri orang.”
“Lalu, apa kau berhasil.”
“Ya, bisa dibilang seperti itu.”
“Bagaimana?”
“Aku pakai ini.” Kataku sambil menunjukkan pistol bius ku.
“Inikan. Senjata api!?”
“Bukan, ini Air Soft Gun tapi aku isi dengan jarum bius
konsentrasi tinggi.”
“Ini bahaya sekali.”
“Ya, setidaknya pencurinya tertangkap.”
Lalu seperti biasa, Kotori-san membayangkan cerita-cerita
buatannya.
Set yang dipikirkan oleh Kotori-san adalah keadaan koboi.
Ceritanya, adalah aku dan Producer sedang berhadapan untuk tembak-menembak.
“Producer, tempat ini terlalu sempit untuk kita berdua.”
“Aku juga berfikir demikian.”
“Dor, Dor, Dor (Suara tembakan).”
“Hehe, minggu depan silahkan tunggu.”
Aku bingung dan bertanya kepada Kotori-san, “Ada apa Kotori-san?”
“Ah, tidak apa-apa. Hehe...”
Kotri-san pun menjauh dari ku sambil berkata dalam hati, “Jangan,
jangan lakukan itu, Kotori!”
“Ha??” Kata kubingung.
Aku memilih untuk stay di kantor agak lama karena memang tidak ada
kegiatan dijadwal ku setelah jam 2 siang.
Akhirnya, aku memutuskan untuk ke atap untuk bersantai. Saat di
atap aku melihat ada seseorang memakai jubah.
“E, anda siapa?” Tanya ku.
“Ternyata kau datang juga.”
“Maaf, aku benar-benar bingung siapa anda?”
“Kau masih belum menyadarinya.”
“Battle Field!!” Kata ku sambil menset kartu battle field.
Sedikit cerita, Battle Field Card digunakan untuk melakukan
pertarungan dengan Genesis. Agar semua kerusakan saat bertarung tidak
mengakibatkan kerusakan di kondisi aslinya.
“Jadi kau menyadari keberadaan ku.”
“Ya, baru saja mungkin. Kau Genesis tipe Kelas G ya. He, Baka to
Test to Shoukanjuu bisa connect disini.”
“Bodoh, ya tidak mungkin!”
“Memang, kau kan Genesis.”
“Awas kau Youso.”
“Youso Mizu!”
Aku menghela serangannya dengan tongkat yang aku pegang.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Next Chapter : Face Cover (顔 の 奄).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar