Juli 28, 2012

Chapter 4 : Face Cover (顔 の 奄)


Kami saling menyerang satu sama lain.
“Heh, kau tangguh rupanya!”
“Terimakasih.” Jawab ku.
Kami terus menyerang hingga aku hampir kehabisan tenaga.
“Sial, dia menggunakan kekuatanku untuk menyerang ku.” Kata ku.
Tak lama, aku terfikir untuk menggunakan kekuatan ku untuk menyerang diriku sendiri.
“Apa, kau ingin membunuh dirimu sendiri?” Kata orang itu.
“Hehe, apa kau kira aku akan sebodoh itu.”
Aku pun menusuk diriku sendiri. Tapi, yang berdarah malah orang itu. Semakin ku menusuk diriku, malah Genesis itu yang terluka.
“Bagaimana kau tahu itu kelemahan ku?” tanya Genesis itu.
“Itu mudah. Saat aku terjatuh, malah kau yang kesakitan. Tapi, saat kau ku serang, malah aku yang sakit.”
“Kau menyadarinya....”
“Memang, apa kau kira aku hanya petarung tanpa otak.” Kata ku.
Akhirnya, Genesis tipe Kelas G itu mati dan menghilang.
“Hah-hah-hah, akhirnya selesai juga.” Kata ku sambil terengah-engah.
Efek Battle Field ku hapus. Dan semua kembali normal.
“Ok, saatnya kembali ke bawah.”
Saat aku kebawah, aku ingat sesuatu.
“Ha, aku lupa. Aku harus memasang alat kecil ini ke semuanya!”
Aku masuk kedalam kantor.
“Ah Akira, sudah selesai?”
“Ya, bermain musik sebentar membuat ku sedikit tenang. Ah, Kotori-san aku ingin kau memasang benda kecil ini di lubang telinga mu.”
“Apa ini?”
“Ya, pasang saja lah. Nanti juga tidak terasa memakai.”
Kotori-san pun memasang alat itu ditelinganya.
“Ok, cek- cek- cek. Apa suara ku jelas?”
“Wah, ini alat komunikasi rupanya.”
“Ya, begitulah.”
Tidak lama, Haruka datang ke kantor bersama Producer.
“Kami pulang!” Seru Haruka.
“Ah, selamat datang Haruka, Producer.” Jawab ku.
“Hari ini benar-benar melelahkan. Kecelakaan itu benar-benar menyusahkan.”
“Kecelakaan?” Tanya ku.
“Ada kecelakaan antar mobil. Kelihatannya parah hingga jalanan macet.” Jawab Haruka.
“Tapi, kita tadi berhasil mencari jalan pintas dan sampai disini.”
“Ya, syukurlah.” Lanjut Producer.
“Ah, ya Producer, Haruka. Aku ingin kalian memakai alat ini.”
“Alat apa ini?” Tanya Producer.
“Bentuknya kecil.” Lanjut Haruka.
“Pakai saja. Ini seperti alat komusikasi yang nanti bisa menyatukan kita. Jadi, kita saling terhubung. Alat ini tidak terasa kok kalau dipasang.” Jelas ku.
Mereka berdua memakainya di telinga. Aku keluar dari ruangan untuk mengecek apakah alat itu berfungsi.
“Test, test, test..... apa suara ku jelas?”
“Wah, jelas sekali seperti bicara langsung.” Jelas Haruka.
“Kalian juga bisa saling berkomunikasi. Dan yang pasti alat ini tidak bisa dilepas kecuali seijin ku. Ah, baiklah aku akan kembali ke rumah dulu.”
“Lalu bandnya?”
“Kalian tahu dimana harus menemukan ku. Oya, semua alat ini tolong berikan ke yang lain.”
Aku keluar dan menyamar kembali menjadi pengamen untuk melakukan kebiasaan ku.
Saat aku mengamen di dekat stasiun, aku melihat koran sore yang head linenya membahas masalah seorang Akira Takawa menembak seorang pencuri hingga tewas.
Aku lalu membeli koran sore itu dengan perasaan bingung.
“Apa-apaan ini. Aku hanya membiusnya, bukan untuk membunuhnya.” Kata ku dalam hati.
Headline berita itu berbunyi.
“765-PRO membuat ulah!!! Akira Takawa telah menembak sorang pencuri hingga mati.”
“Apa-apaan ini....”
Aku tidak memperdulikannya tapi saat aku lihat koran itu, aku melihat koran apa itu. Dan nama koran itu adalah Gene Report.
“Gene.... Jangan-jangan... Battle Field.”
Aku melihat koran itu dari bentuk BF. Dan ternyata ada aura Genesis di koran itu.
“Sial, ini aura dan sinyal Genesis.”
Aku kemudian kembali ke bentuk normal.
“Jadi ini benar-benar ulah Genesis.”
Tak lama, Takane, Haruka, Mami, Yukiho, dan Makoto datang.
“Wah, kalian tahu rupanya dimana aku.”
“Aku tahu kalau kau pasti mengamen disini.”
Aku pastilah, akan menyembunyikan koran itu dari mata mereka.
“Baiklah sekarang kita bagaimana?” Tanya Makoto.
“Hem, kita langsung saja lakukan disini. Aku sudah menyiapkan semua peralatannya dibalik kain ini.” Kata ku sambil membuka kain yang menutupi alat musik yang sudah aku siapkan.
“Kau ini siapa?” Tanya Makoto kebingungan.
“Aku ini Akira Takawa.”
“Lalu, alat pengeras ini bisa menyala menggunakan apa?” Tanya Takane.
“Aki kering itu lebih kuat dan tahan lama.” Jawab ku.
Aku memasang semua alat musik ke pengerasnya masing-masing.
“Ok, aku akan bagi semuanya. Hal yang pasti adalah semua bernyanyi. Mami, kau memegang Gitar. Makoto, Drum. Takane, Bass. Yukiho, Keyboard. Dan Haruka, kau akan memegang mic. Atau menyanyi saja.”
Tidak sadar, orang-orang sedang melihat kami.
“Wah, itu kan 765-PRO.”
“Kau benar...”
“Mau apa mereka disini?”
Aku menuju Mic.
“Semuanya, selamat sore. Aku Akira Takawa, Idol dan Producer dari 765-PRO akan mengenalkan kalian dengan band baru yang akan diluncurkan oleh 765-PRO. HAMATAYUMA!!!!”
HAMATAYUMA adalah nama yang baru saja aku pikirkan. Nama itu aku ambil dari dua huruf nama mereka. Yaitu Haruka, Mami, Takane, Yukiho, dan Makoto.
“Tunggu dulu, kita belum pernah bermain alat musik.” Kata Mami.
“Sudahlah, kalau kalian memakai alat kecil itu di telinga kalian, nanti akan bisa main musik semua.”
“Benarkah?”
“Sudahlah. Baiklah, kami akan memainkan sebuah lagu.”
Aku membiarkan mereka berdiri dan aku berada di bagian penonton. Selain itu, aku memikirkan lagu yang aku ciptakan semalam. Dan lagu itu berjudul White Sakura (白の桜).
Seperti sudah profesional, mereka bermain dengan bagus sekali. Setelah lagu selesai, para penonton bersorak sorai.
“Kau produser yang hebat!” kata seorang penonton.
“Begitukah, terimakasih.”
Aku menuju mereka dan berkata ke penonton, “Baiklah, itu tadi penampilan dari Hamatayuma! Mohon doanya agar kami bisa maju.”
“Kita, seperti dihipnotis untuk bermain alat musik ini...” Kata Haruka.
“Kau benar.” Lanjut Makoto.
“Akira-san benar-benar hebat.” Kata Takane.
“Hebat, aku belum ernah bermain alat seperti ini. Tapi, yang barusan....” Lanjut Yukiho.
“Hehe, hebat juga tadi.” Lanjut Yukiho.
“Baiklah kalian ayo, taruh alat musik itu.”
Mereka menaruh semua alat musik dan aku menutupnya lagi dengan kain dan menghilangkannya dari hadapan mereka.
“Ok, sekarang silahkan pulang.”
“Wah, alat musiknya hilang.” Kata penonton.
“Itu magic....” kata penonton yang lain.
Mereka pun bubar.
“Ok, semuanya terimakasih banyak. Kini kalian harus belajar lagu ini sendiri. Tadi itu teknologi.”
“Baiklah.” Kata semuanya.
“Teknologi?” tanya Mami.
“Rahasia...” kata ku.
Mereka pun pulang dan hari berakhir begitu saja.
Malamnya, aku tetap berfikir kenapa ada yang menadapatkan foto ku dan pencuri itu.
“Sial, dasar Gensis...! Apa yang harus aku perbuat bila ini sampai ke yang lain.”
Masalahnya, hal itu tidak mungkin.
Besoknya.......
“Akira, apa arti semua ini...?!” tanya Producer.
“Aku tidak tahu?”
“Tidak mungkin. Apa kau gila. Kau baru saja membunuh orang.”
“Aku tidak membunuhnya. Aku hanya membiusnya.”
“Lalu pistolnya?”
“Maksudmu ini...” Kataku sambil meunjukkan pistol ku.
“Wha....”
“Jangan takut. Ini isinya hanya obat bius yang berbentuk jarum.”
“Buktikan!”
“Baiklah!” Aku keluar bersama Producer dan menembakkannya pada seekor kucing. Dan kucing itu tidak mati melainkan tidur.
“Jadi itu benar-benar tembakan bius.”
“Itu berita sampah....” kata ku memperjelas.
Bagaimana selanjutnya?
Next Chapter : Believe (信じる).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate is Here

Powered By google