Kami saling
menyerang satu sama lain.
“Heh, kau
tangguh rupanya!”
“Terimakasih.”
Jawab ku.
Kami terus
menyerang hingga aku hampir kehabisan tenaga.
“Sial, dia
menggunakan kekuatanku untuk menyerang ku.” Kata ku.
Tak lama, aku
terfikir untuk menggunakan kekuatan ku untuk menyerang diriku sendiri.
“Apa, kau
ingin membunuh dirimu sendiri?” Kata orang itu.
“Hehe, apa
kau kira aku akan sebodoh itu.”
Aku pun
menusuk diriku sendiri. Tapi, yang berdarah malah orang itu. Semakin ku menusuk
diriku, malah Genesis itu yang terluka.
“Bagaimana
kau tahu itu kelemahan ku?” tanya Genesis itu.
“Itu mudah.
Saat aku terjatuh, malah kau yang kesakitan. Tapi, saat kau ku serang, malah
aku yang sakit.”
“Kau
menyadarinya....”
“Memang, apa
kau kira aku hanya petarung tanpa otak.” Kata ku.
Akhirnya,
Genesis tipe Kelas G itu mati dan menghilang.
“Hah-hah-hah,
akhirnya selesai juga.” Kata ku sambil terengah-engah.
Efek Battle
Field ku hapus. Dan semua kembali normal.
“Ok, saatnya
kembali ke bawah.”
Saat aku
kebawah, aku ingat sesuatu.
“Ha, aku
lupa. Aku harus memasang alat kecil ini ke semuanya!”
Aku masuk
kedalam kantor.
“Ah Akira,
sudah selesai?”
“Ya, bermain
musik sebentar membuat ku sedikit tenang. Ah, Kotori-san aku ingin kau memasang
benda kecil ini di lubang telinga mu.”
“Apa ini?”
“Ya, pasang
saja lah. Nanti juga tidak terasa memakai.”
Kotori-san
pun memasang alat itu ditelinganya.
“Ok, cek-
cek- cek. Apa suara ku jelas?”
“Wah, ini
alat komunikasi rupanya.”
“Ya,
begitulah.”
Tidak lama,
Haruka datang ke kantor bersama Producer.
“Kami
pulang!” Seru Haruka.
“Ah, selamat
datang Haruka, Producer.” Jawab ku.
“Hari ini
benar-benar melelahkan. Kecelakaan itu benar-benar menyusahkan.”
“Kecelakaan?”
Tanya ku.
“Ada
kecelakaan antar mobil. Kelihatannya parah hingga jalanan macet.” Jawab Haruka.
“Tapi, kita
tadi berhasil mencari jalan pintas dan sampai disini.”
“Ya,
syukurlah.” Lanjut Producer.
“Ah, ya
Producer, Haruka. Aku ingin kalian memakai alat ini.”
“Alat apa
ini?” Tanya Producer.
“Bentuknya
kecil.” Lanjut Haruka.
“Pakai saja.
Ini seperti alat komusikasi yang nanti bisa menyatukan kita. Jadi, kita saling
terhubung. Alat ini tidak terasa kok kalau dipasang.” Jelas ku.
Mereka berdua
memakainya di telinga. Aku keluar dari ruangan untuk mengecek apakah alat itu
berfungsi.
“Test, test,
test..... apa suara ku jelas?”
“Wah, jelas
sekali seperti bicara langsung.” Jelas Haruka.
“Kalian juga
bisa saling berkomunikasi. Dan yang pasti alat ini tidak bisa dilepas kecuali
seijin ku. Ah, baiklah aku akan kembali ke rumah dulu.”
“Lalu
bandnya?”
“Kalian tahu
dimana harus menemukan ku. Oya, semua alat ini tolong berikan ke yang lain.”
Aku keluar
dan menyamar kembali menjadi pengamen untuk melakukan kebiasaan ku.
Saat aku
mengamen di dekat stasiun, aku melihat koran sore yang head linenya membahas
masalah seorang Akira Takawa menembak seorang pencuri hingga tewas.
Aku lalu
membeli koran sore itu dengan perasaan bingung.
“Apa-apaan
ini. Aku hanya membiusnya, bukan untuk membunuhnya.” Kata ku dalam hati.
Headline
berita itu berbunyi.
“765-PRO
membuat ulah!!! Akira Takawa telah menembak sorang pencuri hingga mati.”
“Apa-apaan
ini....”
Aku tidak
memperdulikannya tapi saat aku lihat koran itu, aku melihat koran apa itu. Dan
nama koran itu adalah Gene Report.
“Gene....
Jangan-jangan... Battle Field.”
Aku melihat
koran itu dari bentuk BF. Dan ternyata ada aura Genesis di koran itu.
“Sial, ini
aura dan sinyal Genesis.”
Aku kemudian
kembali ke bentuk normal.
“Jadi ini
benar-benar ulah Genesis.”
Tak lama,
Takane, Haruka, Mami, Yukiho, dan Makoto datang.
“Wah, kalian
tahu rupanya dimana aku.”
“Aku tahu
kalau kau pasti mengamen disini.”
Aku pastilah,
akan menyembunyikan koran itu dari mata mereka.
“Baiklah
sekarang kita bagaimana?” Tanya Makoto.
“Hem, kita
langsung saja lakukan disini. Aku sudah menyiapkan semua peralatannya dibalik
kain ini.” Kata ku sambil membuka kain yang menutupi alat musik yang sudah aku
siapkan.
“Kau ini
siapa?” Tanya Makoto kebingungan.
“Aku ini
Akira Takawa.”
“Lalu, alat
pengeras ini bisa menyala menggunakan apa?” Tanya Takane.
“Aki kering
itu lebih kuat dan tahan lama.” Jawab ku.
Aku memasang
semua alat musik ke pengerasnya masing-masing.
“Ok, aku akan
bagi semuanya. Hal yang pasti adalah semua bernyanyi. Mami, kau memegang Gitar.
Makoto, Drum. Takane, Bass. Yukiho, Keyboard. Dan Haruka, kau akan memegang
mic. Atau menyanyi saja.”
Tidak sadar,
orang-orang sedang melihat kami.
“Wah, itu kan
765-PRO.”
“Kau
benar...”
“Mau apa
mereka disini?”
Aku menuju
Mic.
“Semuanya,
selamat sore. Aku Akira Takawa, Idol dan Producer dari 765-PRO akan mengenalkan
kalian dengan band baru yang akan diluncurkan oleh 765-PRO. HAMATAYUMA!!!!”
HAMATAYUMA
adalah nama yang baru saja aku pikirkan. Nama itu aku ambil dari dua huruf nama
mereka. Yaitu Haruka,
Mami, Takane, Yukiho, dan Makoto.
“Tunggu dulu,
kita belum pernah bermain alat musik.” Kata Mami.
“Sudahlah,
kalau kalian memakai alat kecil itu di telinga kalian, nanti akan bisa main
musik semua.”
“Benarkah?”
“Sudahlah.
Baiklah, kami akan memainkan sebuah lagu.”
Aku
membiarkan mereka berdiri dan aku berada di bagian penonton. Selain itu, aku
memikirkan lagu yang aku ciptakan semalam. Dan lagu itu berjudul White Sakura (白の桜).
Seperti sudah
profesional, mereka bermain dengan bagus sekali. Setelah lagu selesai, para
penonton bersorak sorai.
“Kau produser
yang hebat!” kata seorang penonton.
“Begitukah,
terimakasih.”
Aku menuju
mereka dan berkata ke penonton, “Baiklah, itu tadi penampilan dari Hamatayuma!
Mohon doanya agar kami bisa maju.”
“Kita,
seperti dihipnotis untuk bermain alat musik ini...” Kata Haruka.
“Kau benar.”
Lanjut Makoto.
“Akira-san
benar-benar hebat.” Kata Takane.
“Hebat, aku
belum ernah bermain alat seperti ini. Tapi, yang barusan....” Lanjut Yukiho.
“Hehe, hebat
juga tadi.” Lanjut Yukiho.
“Baiklah
kalian ayo, taruh alat musik itu.”
Mereka
menaruh semua alat musik dan aku menutupnya lagi dengan kain dan
menghilangkannya dari hadapan mereka.
“Ok, sekarang
silahkan pulang.”
“Wah, alat
musiknya hilang.” Kata penonton.
“Itu
magic....” kata penonton yang lain.
Mereka pun
bubar.
“Ok, semuanya
terimakasih banyak. Kini kalian harus belajar lagu ini sendiri. Tadi itu
teknologi.”
“Baiklah.”
Kata semuanya.
“Teknologi?”
tanya Mami.
“Rahasia...”
kata ku.
Mereka pun
pulang dan hari berakhir begitu saja.
Malamnya, aku
tetap berfikir kenapa ada yang menadapatkan foto ku dan pencuri itu.
“Sial, dasar
Gensis...! Apa yang harus aku perbuat bila ini sampai ke yang lain.”
Masalahnya,
hal itu tidak mungkin.
Besoknya.......
“Akira, apa
arti semua ini...?!” tanya Producer.
“Aku tidak
tahu?”
“Tidak
mungkin. Apa kau gila. Kau baru saja membunuh orang.”
“Aku tidak
membunuhnya. Aku hanya membiusnya.”
“Lalu
pistolnya?”
“Maksudmu
ini...” Kataku sambil meunjukkan pistol ku.
“Wha....”
“Jangan
takut. Ini isinya hanya obat bius yang berbentuk jarum.”
“Buktikan!”
“Baiklah!”
Aku keluar bersama Producer dan menembakkannya pada seekor kucing. Dan kucing
itu tidak mati melainkan tidur.
“Jadi itu
benar-benar tembakan bius.”
“Itu berita
sampah....” kata ku memperjelas.
Bagaimana
selanjutnya?
Next Chapter
: Believe (信じる).