Juli 28, 2012

Chapter 4 : Face Cover (顔 の 奄)


Kami saling menyerang satu sama lain.
“Heh, kau tangguh rupanya!”
“Terimakasih.” Jawab ku.
Kami terus menyerang hingga aku hampir kehabisan tenaga.
“Sial, dia menggunakan kekuatanku untuk menyerang ku.” Kata ku.
Tak lama, aku terfikir untuk menggunakan kekuatan ku untuk menyerang diriku sendiri.
“Apa, kau ingin membunuh dirimu sendiri?” Kata orang itu.
“Hehe, apa kau kira aku akan sebodoh itu.”
Aku pun menusuk diriku sendiri. Tapi, yang berdarah malah orang itu. Semakin ku menusuk diriku, malah Genesis itu yang terluka.
“Bagaimana kau tahu itu kelemahan ku?” tanya Genesis itu.
“Itu mudah. Saat aku terjatuh, malah kau yang kesakitan. Tapi, saat kau ku serang, malah aku yang sakit.”
“Kau menyadarinya....”
“Memang, apa kau kira aku hanya petarung tanpa otak.” Kata ku.
Akhirnya, Genesis tipe Kelas G itu mati dan menghilang.
“Hah-hah-hah, akhirnya selesai juga.” Kata ku sambil terengah-engah.
Efek Battle Field ku hapus. Dan semua kembali normal.
“Ok, saatnya kembali ke bawah.”
Saat aku kebawah, aku ingat sesuatu.
“Ha, aku lupa. Aku harus memasang alat kecil ini ke semuanya!”
Aku masuk kedalam kantor.
“Ah Akira, sudah selesai?”
“Ya, bermain musik sebentar membuat ku sedikit tenang. Ah, Kotori-san aku ingin kau memasang benda kecil ini di lubang telinga mu.”
“Apa ini?”
“Ya, pasang saja lah. Nanti juga tidak terasa memakai.”
Kotori-san pun memasang alat itu ditelinganya.
“Ok, cek- cek- cek. Apa suara ku jelas?”
“Wah, ini alat komunikasi rupanya.”
“Ya, begitulah.”
Tidak lama, Haruka datang ke kantor bersama Producer.
“Kami pulang!” Seru Haruka.
“Ah, selamat datang Haruka, Producer.” Jawab ku.
“Hari ini benar-benar melelahkan. Kecelakaan itu benar-benar menyusahkan.”
“Kecelakaan?” Tanya ku.
“Ada kecelakaan antar mobil. Kelihatannya parah hingga jalanan macet.” Jawab Haruka.
“Tapi, kita tadi berhasil mencari jalan pintas dan sampai disini.”
“Ya, syukurlah.” Lanjut Producer.
“Ah, ya Producer, Haruka. Aku ingin kalian memakai alat ini.”
“Alat apa ini?” Tanya Producer.
“Bentuknya kecil.” Lanjut Haruka.
“Pakai saja. Ini seperti alat komusikasi yang nanti bisa menyatukan kita. Jadi, kita saling terhubung. Alat ini tidak terasa kok kalau dipasang.” Jelas ku.
Mereka berdua memakainya di telinga. Aku keluar dari ruangan untuk mengecek apakah alat itu berfungsi.
“Test, test, test..... apa suara ku jelas?”
“Wah, jelas sekali seperti bicara langsung.” Jelas Haruka.
“Kalian juga bisa saling berkomunikasi. Dan yang pasti alat ini tidak bisa dilepas kecuali seijin ku. Ah, baiklah aku akan kembali ke rumah dulu.”
“Lalu bandnya?”
“Kalian tahu dimana harus menemukan ku. Oya, semua alat ini tolong berikan ke yang lain.”
Aku keluar dan menyamar kembali menjadi pengamen untuk melakukan kebiasaan ku.
Saat aku mengamen di dekat stasiun, aku melihat koran sore yang head linenya membahas masalah seorang Akira Takawa menembak seorang pencuri hingga tewas.
Aku lalu membeli koran sore itu dengan perasaan bingung.
“Apa-apaan ini. Aku hanya membiusnya, bukan untuk membunuhnya.” Kata ku dalam hati.
Headline berita itu berbunyi.
“765-PRO membuat ulah!!! Akira Takawa telah menembak sorang pencuri hingga mati.”
“Apa-apaan ini....”
Aku tidak memperdulikannya tapi saat aku lihat koran itu, aku melihat koran apa itu. Dan nama koran itu adalah Gene Report.
“Gene.... Jangan-jangan... Battle Field.”
Aku melihat koran itu dari bentuk BF. Dan ternyata ada aura Genesis di koran itu.
“Sial, ini aura dan sinyal Genesis.”
Aku kemudian kembali ke bentuk normal.
“Jadi ini benar-benar ulah Genesis.”
Tak lama, Takane, Haruka, Mami, Yukiho, dan Makoto datang.
“Wah, kalian tahu rupanya dimana aku.”
“Aku tahu kalau kau pasti mengamen disini.”
Aku pastilah, akan menyembunyikan koran itu dari mata mereka.
“Baiklah sekarang kita bagaimana?” Tanya Makoto.
“Hem, kita langsung saja lakukan disini. Aku sudah menyiapkan semua peralatannya dibalik kain ini.” Kata ku sambil membuka kain yang menutupi alat musik yang sudah aku siapkan.
“Kau ini siapa?” Tanya Makoto kebingungan.
“Aku ini Akira Takawa.”
“Lalu, alat pengeras ini bisa menyala menggunakan apa?” Tanya Takane.
“Aki kering itu lebih kuat dan tahan lama.” Jawab ku.
Aku memasang semua alat musik ke pengerasnya masing-masing.
“Ok, aku akan bagi semuanya. Hal yang pasti adalah semua bernyanyi. Mami, kau memegang Gitar. Makoto, Drum. Takane, Bass. Yukiho, Keyboard. Dan Haruka, kau akan memegang mic. Atau menyanyi saja.”
Tidak sadar, orang-orang sedang melihat kami.
“Wah, itu kan 765-PRO.”
“Kau benar...”
“Mau apa mereka disini?”
Aku menuju Mic.
“Semuanya, selamat sore. Aku Akira Takawa, Idol dan Producer dari 765-PRO akan mengenalkan kalian dengan band baru yang akan diluncurkan oleh 765-PRO. HAMATAYUMA!!!!”
HAMATAYUMA adalah nama yang baru saja aku pikirkan. Nama itu aku ambil dari dua huruf nama mereka. Yaitu Haruka, Mami, Takane, Yukiho, dan Makoto.
“Tunggu dulu, kita belum pernah bermain alat musik.” Kata Mami.
“Sudahlah, kalau kalian memakai alat kecil itu di telinga kalian, nanti akan bisa main musik semua.”
“Benarkah?”
“Sudahlah. Baiklah, kami akan memainkan sebuah lagu.”
Aku membiarkan mereka berdiri dan aku berada di bagian penonton. Selain itu, aku memikirkan lagu yang aku ciptakan semalam. Dan lagu itu berjudul White Sakura (白の桜).
Seperti sudah profesional, mereka bermain dengan bagus sekali. Setelah lagu selesai, para penonton bersorak sorai.
“Kau produser yang hebat!” kata seorang penonton.
“Begitukah, terimakasih.”
Aku menuju mereka dan berkata ke penonton, “Baiklah, itu tadi penampilan dari Hamatayuma! Mohon doanya agar kami bisa maju.”
“Kita, seperti dihipnotis untuk bermain alat musik ini...” Kata Haruka.
“Kau benar.” Lanjut Makoto.
“Akira-san benar-benar hebat.” Kata Takane.
“Hebat, aku belum ernah bermain alat seperti ini. Tapi, yang barusan....” Lanjut Yukiho.
“Hehe, hebat juga tadi.” Lanjut Yukiho.
“Baiklah kalian ayo, taruh alat musik itu.”
Mereka menaruh semua alat musik dan aku menutupnya lagi dengan kain dan menghilangkannya dari hadapan mereka.
“Ok, sekarang silahkan pulang.”
“Wah, alat musiknya hilang.” Kata penonton.
“Itu magic....” kata penonton yang lain.
Mereka pun bubar.
“Ok, semuanya terimakasih banyak. Kini kalian harus belajar lagu ini sendiri. Tadi itu teknologi.”
“Baiklah.” Kata semuanya.
“Teknologi?” tanya Mami.
“Rahasia...” kata ku.
Mereka pun pulang dan hari berakhir begitu saja.
Malamnya, aku tetap berfikir kenapa ada yang menadapatkan foto ku dan pencuri itu.
“Sial, dasar Gensis...! Apa yang harus aku perbuat bila ini sampai ke yang lain.”
Masalahnya, hal itu tidak mungkin.
Besoknya.......
“Akira, apa arti semua ini...?!” tanya Producer.
“Aku tidak tahu?”
“Tidak mungkin. Apa kau gila. Kau baru saja membunuh orang.”
“Aku tidak membunuhnya. Aku hanya membiusnya.”
“Lalu pistolnya?”
“Maksudmu ini...” Kataku sambil meunjukkan pistol ku.
“Wha....”
“Jangan takut. Ini isinya hanya obat bius yang berbentuk jarum.”
“Buktikan!”
“Baiklah!” Aku keluar bersama Producer dan menembakkannya pada seekor kucing. Dan kucing itu tidak mati melainkan tidur.
“Jadi itu benar-benar tembakan bius.”
“Itu berita sampah....” kata ku memperjelas.
Bagaimana selanjutnya?
Next Chapter : Believe (信じる).

Juli 21, 2012

Chapter 3 : It’s You And Me (此れ わ 君 と 私)


“Akhirnya.....” Teriak ku keluar dari ruang Paman.
“Kenapa?” tanya Kotori-san.
“Akhirnya, Kotori-san.”
“Apanya?”
“Akhirnya pembuatan band ku disetujui oleh Paman.”
“Wha.... Syukurlah.... selamat ya..”
“Terima kasih.”
Akhirnya, setelah semua usaha yang aku lakukan, sekarang band yang aku ingin bentuk disetujui oleh paman....
Aku menuju tengah ruangan dan memanggil semua anak di 765-pro.
“Semuanya, dengarkan ini. Aku akan melakukan pemilihan terhadap kalian yang ingin bergabung dalam band 765-pro yang aku buat.” Kata ku semangat.
“Whoa..... Keren... Aku mau..” Kata Haruka semangat.
“Ha, itu semangat yang aku mau.”
“Aku ingin ikut.” Kata Ami.
“Boleh saja, tapi kau sudah tergabung dalam Ryuuguu Komachi. Aku tidak memprioritaskan itu.”
“He.... Tidak asik.” Jawab Ami.
“Tapi memang benar, jika kita ikut dalam band, Ryuuguu Komachi akan kacau.”
“Itu maksud ku. Hebat Azusa-san.” Jawab ku.
“Kalau begitu aku juga mau ikut, Akira-san.” Kata Makoto.
“Ha, itu bagus.”
“Ada yang mau ikut lagi?”
“Memagnya, berapa alat musik yang akan mewarnai?” Tanya Takane.
“Ya, sebenarnya ada keyboardis, drummer, guitarist, vocaloist, bassist. Jadi bisa dibilang aku butuh 5 orang.”
“Bass ya.... Aku akan ikut dengan mu.” Jawab Takane.
“Ha... ya... baik lah (cepat sekali berganti moodnya.)” Kataku dan kataku dalam hati.
“Sudah 3 orang ya, sekarang kurang 2 orang.”
“Kenapa bukan Akira-san saja yang mengisi sisanya.”
“Haruka, itu tidak mungkin. Karena aku producernya.”
“Benar juga..”
“Ya, sudah lah..”
“Akira-san...” Teriak Makoto.
“Ya?”
“Aku ingin bermain drum...”
“Whoa, itu cocok sekali dengan Makoto-chan.” Kata Yayoi.
“Haha, itu pemikiran bagus.”
“Kalau begitu, aku juga mau ikut.” Kata Yukiho.
“Hm... itu bagus..”
“Berarti kurang 1.” Kata Takane.
“Chihaya-chan apa kau tidak ingin ikut.” Tanya Haruka.
“Aku, aku tidak pandai bermain musik. Itu percuma saja.”
“Ya, itu bisa aku bayangkan.” Jawab ku.
“Miki?”
“Aku tidak pandai. Bermain musik.”
“Mami...?”
“Hm... bagaimana?”
“Lakukan saja Mami.” Kata Ami.
“Yes, sir...” Jawab Mami.
“Baiklah, besok siang di hotel tempat aku tinggal. Kita akan lakukan pembagian posisi.”
“Baiklah....” Jawab semua.
Aku pun melanjutkan promo ku dengan menjadi bintang iklan salah satu alat musik yang terkenal yaitu Yamaga.
Saat iklan aku hanya akting bermain celo yang sebenarnya aku tidak bisa sama sekali. Setelah bermain sekitar 10 detik, aku berkata, “Indahnya, siapa berikutnya yang akan memainkan ini?” ya, hanya itu.
Setelah iklan, aku ada interview radio. Aku masuk kedalam ruangan on air. Aku hanya akan menjawab beberapa pertanyaan kelihatannya. Waktu siaran tiba.
“Selamat siang para pemirsa Ragai Radio. Hari ini kita akan kedatangan tamu yang mungkin masih asing di telingga pendengar. Karena, ia adalah anggota baru 765-pro. Siapakah dia? Ya, Akira Takawa-san.”
“Semuanya, selamat siang.”
“Wah, ternyata kini Makoto memiliki saingan yang sama tampannya.”
“Ah, Makoto masih lebih jaura daripada aku.”
“Haha, menarik sekali. Apakah kau dan Makoto-kun melakukan saingan untuk mendapat fans wanita?”
“Sebenarnya tidak ya, soalnya selera orang berbeda-beda.”
“Omong-omong, saat kau SMA kau disebut-sebut sebagai Black Rose. Bisa ceritakan kenapa?”
“Untuk jelasnya aku sendiri juga tidak tahu. Tapi yang mengatakan itu adalah anak-anak.”
“Haha, menarik. Sekarang kau sedang sibuk apa?”
“Ya, yang pasti sedang promo. Dan juga sekarang sedang membuat album pertama.”
“Wah, album pertama. Seperti apa itu?”
“Aku memang bukan penyanyi yang baik ya, jadi album itu hanya ada 3 lagu dari 10 lagu yang aku menyanyi.”
“Sisanya?!”
“Sisanya adalah permainan instrumen. Seperti gitar dan saxophone.”
“Haha, berbakat sekali kau.”
“Ya, terima kasih.”
“Kini ada pertanyaan lagi.”
“Silahkan.”
“Katanya, kau adalah anak yatim piatu sejak kecil.”
“Benar, sebelum aku lahir, ayah ku sudah meninggal dan ibu ku meniggal saat aku berusia 3 bulan dan aku dimasukkan ke panti asuhan di Indonesia sampai usia ku 14 tahun.”
“Orang tua mu dari Jepang?”
“Yang dari Jepang adalah ayah ku. Dan ibu ku dari Indonesia.”
“Setelah ini, Akira-kun akan memainkan satu lagu. Sebelum itu, apa ada yang ingin kau katakan?”
“Ya, untuk semua pendengar Ragai Radio, tetap semangat, jangan lupakan apa itu musik. Hanya itu.”
“Baiklah terima kasih atas harinya.”
“Sama-sama.”
“Baiklah, sekarang akan kita dengarkan lagu dari Akira-kun yang berjudul “Senar Tua”.”
Aku bermain musik dan menyanyi.
Setelah semua selesai, aku memilih untuk kembali ke kantor 765-pro. Kebetulan saat aku keluar dari gedung radio dan berjalan di trotoar, aku melihat ada penjambret yang mengambil tas dari seorang wanita.
“Tolong, pencuri-prencuri!!!” Teriak orang itu.
Aku lalu mengejar orang itu. Untungnya aku masih ingat kalau aku membawa pistol yang berisi peluru bius.
Aku mengejar orang itu. Ternyata kecepatan kita sama, jadinya tidak ada perubahan jarak antara kami. Akhirnya, tidak lama-lama aku langsung menembakkan peluru bius itu.
“A....” Kata pencuri itu.
Aku berhasil melumpuhkan orang itu.
“Hah- hah- hah.... akhirnya –hah kau tergeletak juga.” Kata ku terengah-engah.
Aku lalu mengambil tas wanita itu dan membawa pencuri itu ke kantor polisi.
Aku kembali ke wanita itu dan mengembalikan tasnya.
“Terima kasih banyak. Kau telah mengembalikan tas ku.”
“Ya, sama-sama.”
Aku pun kembali ke kantor.
“Aku pulang....”
“A, Akira-kun selamat datang.” Jawab Kotori-san.
“Howa, hari ini benar-benar melelahkan.”
“Kenapa?”
“Ya, setelah iklan alat musik, aku harus interview di Ragai Radio.”
“Ho, ya aku tahu itu.”
“Lalu aku tadi menolong wanita yang tasnya dicuri orang.”
“Lalu, apa kau berhasil.”
“Ya, bisa dibilang seperti itu.”
“Bagaimana?”
“Aku pakai ini.” Kataku sambil menunjukkan pistol bius ku.
“Inikan. Senjata api!?”
“Bukan, ini Air Soft Gun tapi aku isi dengan jarum bius konsentrasi tinggi.”
“Ini bahaya sekali.”
“Ya, setidaknya pencurinya tertangkap.”
Lalu seperti biasa, Kotori-san membayangkan cerita-cerita buatannya.
Set yang dipikirkan oleh Kotori-san adalah keadaan koboi. Ceritanya, adalah aku dan Producer sedang berhadapan untuk tembak-menembak.
“Producer, tempat ini terlalu sempit untuk kita berdua.”
“Aku juga berfikir demikian.”
“Dor, Dor, Dor (Suara tembakan).”
“Hehe, minggu depan silahkan tunggu.”
Aku bingung dan bertanya kepada Kotori-san, “Ada apa Kotori-san?”
“Ah, tidak apa-apa. Hehe...”
Kotri-san pun menjauh dari ku sambil berkata dalam hati, “Jangan, jangan lakukan itu, Kotori!”
“Ha??” Kata kubingung.
Aku memilih untuk stay di kantor agak lama karena memang tidak ada kegiatan dijadwal ku setelah jam 2 siang.
Akhirnya, aku memutuskan untuk ke atap untuk bersantai. Saat di atap aku melihat ada seseorang memakai jubah.
“E, anda siapa?” Tanya ku.
“Ternyata kau datang juga.”
“Maaf, aku benar-benar bingung siapa anda?”
“Kau masih belum menyadarinya.”
“Battle Field!!” Kata ku sambil menset kartu battle field.
Sedikit cerita, Battle Field Card digunakan untuk melakukan pertarungan dengan Genesis. Agar semua kerusakan saat bertarung tidak mengakibatkan kerusakan di kondisi aslinya.
“Jadi kau menyadari keberadaan ku.”
“Ya, baru saja mungkin. Kau Genesis tipe Kelas G ya. He, Baka to Test to Shoukanjuu bisa connect disini.”
“Bodoh, ya tidak mungkin!”
“Memang, kau kan Genesis.”
“Awas kau Youso.”
“Youso Mizu!”
Aku menghela serangannya dengan tongkat yang aku pegang.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Next Chapter : Face Cover (顔 の 奄).

Juli 13, 2012

Chapter 2 Starting In Here (此処 の 初めて)


“Ok semua.... Hari ini kita akan melaksanakan foto untuk promosi lagi...” Kata producer di pagi yang cukup cerah.
“Waha... Nii-chan ingin kita foto lagi...” Kata Ami.
“Wah, ini mencurigakan. Jangan-jangan.” Kata Mami.
“Sudah lah...” Kata ku.
“Yang ingin pulang dulu untuk mengambil baju silahkan.”
“Baik...” Kata kami semua.
“Haha.... hari ini akhirnya foto lagi.... lama sekali kita tidak seperti ini.” Kata Haruka.
“A.... Benar juga.” Lanjut Makoto.
“Tapi, mendadak sekali.” Kata ku.
“Ya, karena kita terlalu sibuk.” Jawab Makoto.
“Memang kalian sibuk. Tapi, aku masih belum laku.” Kata ku sambil ke pojokan.
“Sudahlah.....” Jawab Haruka.
“Takane-oneechan akan memakai baju seperti apa?” Tanya Ami.
“Apa seperti waktu itu?” Lanjut Mami.
“Aku.... Akan memakai baju yang menunjukkan siapa diriku.”
“Tapi, kalau pakaian tidak sesuai pose. Nanti bakal repot. Dan pasti, Ami, Mami jangan lakuakan hal konyol seperti dulu.” Kata ku.
“Hehe.... Akikan terlalu memuji...” Kata Ami.
“Benar, aku sampai terharu.” Lanjut Mami.
“Siapa yang memuji kalian...!”
“Akira, ini kesempatan mu untuk melakukan promosi.” Kata Ritsuko.
“Memang...” Jawab ku.
Kami semua pulang untuk mempersiapkan baju untuk foto promosi.
“Haduh.... harus pakai baju apa ya?”
Aiko menelpon ku.
“Kakak sekarang saatnya foto. Bagaimana kalau aku membantu memilihkan baju?”
“Kalau begitu masuklah ke dunia ini!”
“Kakak sekarang dimana?”
“Di hotel, jadi tenang saja.”
Aiko lalu keluar dari tubuh ku dan memilihkan baju.
“Kakak ingin berpose seperti apa?”
“Mungkin dengan gitar dan saxophone.”
“Kalau begitu, pakai jas tapi dalamannya kaos dan memakai jeans hitam lalu sepatunya yang putih hitam ini saja.”
“O... aku tahu maksud mu. Ok, Aiko terima kasih.”
“Kita kan saudara.”
“Kembar pula...”
“Benar. Lha sebentar lagi pemotretan, ayo segera. Kakak terbang saja nanti turun di langit-langit 765 pro.”
“Ah, benar juga itu lebih efisien.”
Aiko lalu masuk kembali dalam tubuh ku dan masuk ke SOM-sekai. Setelah itu, aku keluar dan terbang menuju 765 dan sampai melalui atap. Setelah sampai, aku menuju ruangan biasanya. Ternyata hampir semua sudah datang.
“Ah, Akira-san sudah selesai kau rupanya.” Sapa Yukiho.
“Ya begitulah.”
“Akira-san akan memakai baju apa?” tanya Haruka.
“Ya, itu aku rahasiakan sampai nanti.”
Producer masuk ke ruangan dan mengajak untuk pergi menuju studio.
“Ayo, semua sudah siap sekarang kita berangkat menuju studio.”
“Yo....” Kata kita semua.
Sampai di studio yang dimaksud. Ternyata studio foto itu adalah studio foto yang sangat terkenal karena banyak artis dari berbagai rumah produksi foto untuk promosi di situ.
“Wah.... besar sekali...” Kata ku.
“Akira, apa kau tidak pernah ke tempat seperti ini?” tanya producer.
“Ya, bisa dibilang belum. Kan aku dulu adalah seorang pengamen.”
“Tapi kau tinggal di hotel yang mewah...”
“Itu urusan lain...”
“Baiklah...” kata mereka semua.
Kami menuju studio nomor 15 untuk foto. Aku mendapat urutan terakhir.
“Yah, bagus lah gak awal.” Kata ku dalam hati.
“Semua siap-siap.” Teriak Producer.
Kami semua menuju kamar ganti. Karena aku hanya laki-laki sendiri, maka aku mengalah dan memilih untuk mengganti baju ku di kamar mandi pria. Ada kejadian aneh saat aku mengganti pakaian. Setelah aku selesai mengganti pakaian ku dan akan make up, aku melihat ada bayangan dibelakang ku. Setelah aku toleh kebelakang tidak ada apa-apa.
Bayangan itu semakin jelas. Aku melihat jam tangan ku dan ternyata waktu terhenti. Aku keluar menuju ruangan foto dan semua orang terhenti bahkan pulpen milik Producer yang terjatuh berada di udara.
Aku kembali menuju ke kamar mandi lagi dan melihat bayangan itu seakan-akan menunggu ku di dalam cermin.
“Siapa kau, apa maumu?”
“Aku hanya ingin mengantarkan pesan untuk mu, Youso.”
“Kau tahu aku?”
“Aku adalah pengantar pesan dari Genesis. Ketua kami mengatakan akan melakukan suatu rencana. Pastikan kau sudah menulis semua kemungkinan yang ada karena kau akan tidak mengira apa yang akan terjadi.”
“Bagaimana aku bisa percaya dengan mu. Kau ini Genesis.”
“Aku hanya pengantar pesan, setelah pesan ini tersampaikan, aku akan mati dan mengghilang.”
“Ok, lanjutkan.”
“Intinya, pemimpin kami akan memperingatkan mu untuk menyerah.”
“Sampaikan padanya, aku tidak akan menyerah. Selain aku akan menjadi Idol di dunia ini, aku akan melindungi dunia ini semampu ku.”
“Baiklah akan aku sampaikan.”
“Cepatlah, lalu matilah.”
Bayangan itu lalu menghilang dan waktu mulai berjalan normal.
Aku kembali menuju ruang foto dan melihat semua sudah siap.
“Baiklah, sekarang kita mulai foto!” Kata kameramen.
Foto pertama adalah Haruka.
“Ya, begitulah dia. Selalu semangat...” Kata Producer.
“Wah, wah, Nii-chan jangan-jangan.” Kata Mami.
“Ini perlu dicurigai.” Lanjut Ami.
“Hoi... sudah lah.” Gentak Producer.
“Kya... Nii-chan menakutkan.” Kata mereka sambil berlari menjauh.
“Producer-san...” Sapa Chihaya.
“Ah, Chihaya sekarang giliran mu.”
“Ya, benar. Tapi, apa aku harus tersenyum?” Tanyanya.
Aku mendekat dan berkata, “Senyum atau tidak itu tergantung hati mu. Kalau kau lagi tidak enak tersenyum ya jangan.”
“Ah, Takawa-san. Terima kasih.” Kata Chihaya dan dia pergi menuju tempat foto.
“Kau memang berbakat menjadi produser.” Kata Producer.
“Ma ma, itu hanya kebetulan.” Kata ku.
Makoto;
Yukiho;
Miki;
Azusa-san;
Iori;
Hibiki;
Ami;
Mami;
Yayoi;
Takane;
Dan sekarang waktu ku.
“Wah.... pemusik rupanya.” Kata kameramen.
Aku maju dngan memegang saxsophone ku.
“Kamera-san.... Bolehkah kalau kau memotret ku selagi aku bermain?”
“Ah, tentu saja 3 potret.... ada lagi?”
“Aku nanti juga akan menggunakan gitar. Tolong cara yang sama.”
“Ok...”
Aku pun mulai bermain saxsophone....
“Wah wah, kau keren juga....”
“Terima kasih”
“Sekarang ambil gitar mu ayo kita foto yang kedua...”
Aku mengambil gitar dan memainkan Cannon Rock dengan semangat.
“He..... Akira ternyata hebat juga kalau bermain musik.” Kata Ritsuko.
“Oleh karena itu aku mengajaknya ke 765-pro.”
“Tapi, apa kau tahu alasan kenapa Akira memanggil pressiden dengan kata-kata paman?”
“Ya, Chief meminta ku untuk merahasiakannya.”
“He, curang.”
“Ok, selesai.” Kata kameramen.
“Terima kasih banyak.”
Tidak lama, aku punya ide. Karena aku sebagai produser juga, aku akan membuat sejenis Ryuuguu Komachi.
“Ok akan aku buat proposalnya...” kata kudalam hati.
Sorenya.....
Hasil foto sudah selesai semua dan dikirim ke kantor 765-pro.
“Whoa..... Akira-san keren...” Kata Yayoi setelah melihat foto ku.
“Begitu kah?”
“Sini-sini biarkan nenek ini melihat.” Kata Ami.
“Benar, gitar itu cocok sekali dengan Akikan.” Lanjut Mami.
“Kan sudah aku bilang jangan panggil aku kaleng kosong.”
“Habis, kau yang paling sering bermain musik jadi berisik seperti kaleng kosong...” Jelas Ami.
“Ah, itu menyakitkan Ami.” Kata ku.
“Wah, setidaknya ini bagus. Aku suka melihat wajah mu Chihaya-chan.” Kata Haruka.
“Begitukah? Akira-san mengatakan aku harus berpose sesuai perasaan ku.”
“Benar, ternyata Akira-san berjiwa seorang produser daripada Idol.” Lanjut Haruka.
“Tapi, kemampuannya sebagai musisi perlu dilihat.” Kata Makoto.
“Benar, musiknya kadang enak didengar meski kita tidak tahu maksudnya.” Lanjut Yukiho.
“Wah wah, Akira, aku suka dengan foto mu yang membawa gitar ini.” Kata Azusa.
“Ahaha... kalian terlalu memuji. Tapi aku lebih suka melihat foto kita bersama yang ini.”
Fotonya adalah foto ku memegang saxsophone dan Makoto memegang gitar lalu kami semua duduk di set seperti sungai di tengah hutan.
“Aku juga...” Jawab Producer.
Kami bersuka ria saat itu....
“Oya, Producer apa kau ada waktu?” Kata ku.
“Ah, apa?”
“Ritsuko-san dan Kotori-san juga.”
“Ah, ya?”
Aku mengajak mereka menuju tempat duduk para official.
“Ada apa?”
“Aku bingung bagaimana caranya mengajukan suatu rencana ke presiden?”
“Ah, apa kau akan membuat sesuatu seperti Ryuuguu Komachi?” Tanya Ritsuko.
“Ya, begitulah. Tapi, bukan seperti Ryuuguu Komachi. Nanti aku akan dibilang plagiat.”
“Jadi?” Lanjut Producer.
“Aku akan membuat sebuah band dengan anak-anak 765-pro.”
“Ah, itu ide yang bagus. Dan kau jadi produsernya.” Seru Kotori-san.
“Akan aku e-mail kau nanti. Aku akan beri contoh proposal ku saat Ryuuguu Komachi dulu.” Kata Ritsuko-san.
“Ok, Terimakasih.”
Hibiki mendekati kami dan bertanya, “Akira-san, Producer sedang bicara apa?”
“Intinya kejutan.” Kata ku.
“He.... apa itu?”
“Pokoknya kejutan.” Kata ku menggoda.
“Ah, tidak asik.”
Seblulan berikutnya....
“Baiklah, aku tertarik dengan usul mu itu Akira.”
“Benarkah?”
“Ya, aku tidak pernah membayangkan kau akan memiliki ide seperti itu.”
“Jadi nanti kalau ada beberapa lagu yang tidak menggunakan electric music, bisa menggunakan band music.”
“O, aku tidak pernah terpikir hal itu. Kau memang keponakan ku yang hebat.”
“Terimakasih Paman.”
“Baiklah, aku serahkan semua tanggung jawab itu pada mu. Tapi, apa nama band yang akan kau bentuk?”
“Itu bisa dipikir nanti.”
“Hahaha.... kau anak yang menarik.”
Bagaimanakah ide ku nanti? Siapa yang akan mengisi tempat band tersebut? Apa tujuan Genesis memperingatkan ku?
Next Chapter :It’s You And Me (此れ わ 君 と 私)

Translate is Here

Powered By google