Yah, seperti
yang diceritakan sebelumnya. Hari ini adalah hari ke 8 di bulan Ramadhan dan
hari ini 765-PRO semuanya melakukan liburan menuju pantai.
“Apa aku
harus ikut? Ini panas....” Kata ku.
“Kalau panas
ya minum saja...” Kata Paman.
“Haduh, aku
akan dosa kalau minum sekarang.”
Aku dan Paman
alias presiden dari 765-PRO sedang bersiap-siap untuk pergi berlibur selama 4
hari di pantai.
“Apa
tempatnya seperti dulu?” Tanya ku.
“Memang uang
kita banyak. Tapi, aku lebih suka kalau kita tetap sederhana.”
“Paman memang
orang yang tidak bakat kaya....”
“Apa
maksudmu?”
“Ya, lupakan
saja.”
Tidak lama,
Producer datang.
“Ah, Producer
selamat pagi.”
“Selamat
pagi, Akira, Chief.”
“Anak muda,
kau kelihatan semangat sekali. Ada apa memang?” Tanya Paman.
“Begini, aku
kemarin telah ditelepon oleh salah satu event organiser. Dan...”
“Dan...” Kata
ku.
“Dan 2 minggu
lagi kita akan melakukan konser di Kyoto.”
“Benarkah?”
Tanya ku.
“Itu benar.
Ryuugu Komachi, Hamatayuma, dan 765-PRO Allstar akan tampil.”
“Biayanya
pasti besar.”
“Ya, seperti
konser musim panas.” Kata Paman.
“Mungkin
saja. Tunggu dulu...... Aaahhh..... tetap pada masa puasa...”
“Semangatlah
Akira” Kata Producer.
“Baiklah...”
Jawab ku melemas.
Kebetulan,
hari ini aku mendapat sewa untuk mini bus dan cukup untuk membawa kita semua.
Jadinya, hari ini kantor 765-PRO akan sepi karena ikut semua.
Tidak lama,
Chihaya datang.
“Semuanya
selamat pagi.” Sapa Chihaya.
“Ah, selamat
pagi.” Jawab ku.
“Selamat
pagi.” Jawab Producer dan Paman.
“Lha, Akira.
Kau masuk saja dengan Chihaya didalam ada Kotori-san mungkin.” Kata Producer.
“Ah,
baiklah.” Jawab ku.
Aku masuk ke
kantor dan duduk di sofa.
“Ah, kenapa
aku harus ikut?” Tanya ku.
“Itu
permintaan presiden `kan...” Kata Kotori.
“Benar
juga...”
“Tapi,
kelihatannya puasa itu sulit, ya.” Kata Chihaya.
“Mungkin bagi
orang awam. Tapi, sebenarnya puasa itu enak.” Kata ku.
Satu-persatu
orang datang dan kami bersiap-siap untuk berangkat. Setelah sampai di stasiun.
“Ini stasiun
aku ngamen biasanya ‘kan...” Kata ku.
“Memang ini
yang dekat ‘kan.” Kata Ami.
“Lagi pula
kenapa kau mengamen kalau sudah jadi Idol?” Lanjut Mami.
“Ok, sekarang
ayo kita berangkat!” Kata Producer.
Kami
berangkat dengan kereta. Ya, tahu lah gimana kereta wisata di Jepang. Aku duduk
bersama Miki yang terus tertidur. Dan dihadapan ku ada Haruka dan Chihaya.
Untungnya tidak ada yang menyadari kami karena keretanya memang sepi.
“Hah....
panas sekali...” Kata ku.
“Kau haus?”
Tanya Haruka.
“Ah, tidak
apa-apa aku harus menahannya.”
“Kelihatannya
berpuasa dimusim panas itu sulit!?” Kata Chihaya.
“Memang, tapi
enak juga....”
Di lain sisi,
ada Ami dan Mami.
“Ara-ara....
Akikan duduk bersama Miki Miki....” Kata Mami.
“Wah, ini
bahaya. Kasihan sekali Miki Miki.” Lanjut Ami.
“Benar
sekali....” Jawab Ami.
“Sudah lah,
kalian berdua ini...” Kata ku.
“Takane, kau
kelihatan menikmati sekali...” Kata Hibiki.
“Ya,
begitulah hidup harus dijalani.” Jawab Takane.
Iori, Yayoi,
Yukiho, dan Makoto duduk bersama dan mereka saling bercerita dan tertawa
bahagia kelihatannya.
“Hahaha....
Apa itu benar?” Kata Makoto.
“Hahaha,
jelas saja kan...” Jawab Iori.
“Tapi, kelihatannya
itu tidak mungkin..” Lanjut Yukiho.
“Haha...
Lucu... hahaha..” Lanjut Yayoi.
“Kelihatannya
mereka menikmati ini. Jadi jadwal yang padat juga merusak suasana...” Kata ku
dalam hati.
Sekitar 1,5
jam perjalanan, kami sudah hampir samapai ke stasiun berikutnya di dekat
pantai.
“Akira-san
bangun.... Pantai sudah dekat..!” Seru Haruka.
“Ah, ya,
pantai festival? Apa maksud mu?” Kata ku sambil mengantuk.
“Hehe....
Akikan tidur bersama Miki Miki....” Kata Ami.
“Mencurigakan....”
Lanjut Ami.
“Sudah lah...!”
Kata ku.
“Ah, langsung
bangun....” Kata Chihaya.
“Eh, benar
juga...” Kata ku.
“Yay, sukses
besar...” Kata Ami dan Mami.
Kami samapai
di stasiun dan langsung menuju pantai.
“Hagh....
Pantai ini panas sekali.....” Kata ku dibawah payung.
Pantai memang
panas untuk bulan puasa di musim panas.
Aku hanya
melihat mereka bermain air dan pasir jadi seolah-olah mereka bukan seorang
Idol. Tapi, tetap saja, fans tahu dimana kita.
“Kau pasti
Akira-sama... pemain saxophone dari 765-PRO...”
“Ah,
kalian.... siapa?”
“Wah... ini
benar-benar Akira-sama...!” Seru fans ku.
“Wah, wah....
kalian tolong jangan mengganggunya....” Kata Producer.
“Huu....
dasar...”
Mereka pun
pergi menjauh dari kami.
“Ah, terima
kasih, Producer.” Kata ku.
“Ya,
sama-sama. Tapi, apa kau tidak ingin jalan-jalan. Kalau bermalas-malasan saja
nanti tuhan mu marah...”
“Iya sih,
tapi.... ah baiklah...” kata ku.
Aku memilih
untuk jalan-jalan menuju tebing di sekitar pantai. Sambil berjalan di sekitar
tebing aku terus berfikir.
“Semua sudah
memakai alat itu ya.... berarti efek battle field sudah tidak berpengaruh pada
mereka. Aku harus hati-hati ini dengan serangan Genesis. Aku juga kini bisa
menghubungi mereka sesuka ku. Wah, sulit juga tugas yang ini..”
Aku
memutuskan untuk menghubungi Aiko.
“Hallo Assalamualaikum...”
“Walaikumsalam.
Aiko, bagaimana keadaan kedai?”
“Ya,
alhamdulillah baik-baik saja. Hanya saja.... tahun ini mungkin akan menjadi
bulan puasa yang sepi karena tidak ada kakak.”
“Mungkin...”
“Tapi, kakak
harus tetap berusaha... semangat demi tugas...”
“Ya, memang
begitu.”
“Lagi pula,
di dunia ini kakak akhirnya tahu bagaimana rasanya dipenjara `kan...”
“Itu bukan
pengalaman yang bagus. Ok, jaga diri ya. Assalamualaikum..”
“Waalaikumsalam.”
Tidak lama,
Inukai-sensei menghubungi ku....
“Akira, bahaya....
Tempat dimana kau berdiri sekarang dekat sekali dengan jalur Neuroi dari Strike
Witches-sekai.”
“Ha....
jangan bulan ini....”
“Arahnya
sekitar 70 derajat ke arah selatan dari tempatmu berdiri...”
“Ok, aku
kesana... Tapi, efek battle field....”
“Aku tahu
itu... jadi hati-hati...”
Telepon
terputus.
“Battle
field...”
Battle field
effect sudah aktif. Tapi, kelihatannya ada yang tahu kalau aku disini. Dan
orang itu adalah Makoto dan Yukiho.
“Apa yang kau
lakukan?” Tanya Makoto.
“He....
Hah... mengejutkan ku saja. Apa ada yang membawa arloji atau HP?” Tanya ku.
“Ya,
kebetulan.... he...” Kata Makoto.
“Kenapa?”
Tanya Yukiho.
“Waktunya
berhenti....”
“Mungkin jam
mu rusak...” Kata Yukiho.
“Bukan...
intinya kalau sekarang waktu berhenti peringatkan semua untuk pergi dari pantai
menuju arah utara...” Kata ku.
“Kenapa?”
Tanya Yukiho.
“Sudah
lah.... lakukan atau kalian dalam bahaya...”
“Ya,
baiklah....” Kata mereka semua setelah melihat wajah ku yang kelihatannya
serius.
Setelah aku
yakin mereka tidak melihat ku.
“Youso
Kaze....!”
Sayap keluar
dan aku terbang menuju 70 derajat arah selatan.
“Astaghfirllah...
besar sekali...” kata ku.
Dan, ternyata
Neuroi itu tahu keberadaan ku dan menyerang tepat kearah ku.
“Adada....
kau pintar juga untuk mahluk tanpa otak.” Kata ku.
Aku berganti
elemen ke Youso Mizu karena pertempuran kita di atas laut.
“Sial, aku
tidak bisa melihat titik lemahnya. Summon Gear, Strike Witches, Sakamoto Mio!”
Kata ku untuk
mensummon Sakamoto Mio dari Strike Witches-sekai. Yang kita tahu selama ini....
dia punya kemampuan untuk melihat titik lemah Neuroi.
“Kau
memanggil ku?”
“Sudah
pasti...”
“Dimana
Neuroi itu?”
“Tepat
dibawah mu...”
“Wha...”
Teriaknya sembari menghindari serangan Neuroi itu.
“Lincah juga
untuk Neuroi yang besar.”
Mio tetap
mencari titik lemah Neuroi itu tapi tetap tidak berguna. Dan tekanan air yang
aku keluarkan tetap tidak berguna.
“Ya Allah....
puasa ini akan menjadi bulan yang sulit....” Kata ku.
“Sudah
ketemu.... ada di bagian tengah tubuhnya. Tapi, itu bagian yang paling tebal.
Sekitar 7-8 ledakan di tempat yang sama agar terjadi lubang. Lagi pula ledakan
itu harus cepat.”
“Itu sulit.
Tapi bisa gunakan ilmu fisika.”
“Apa?”
“Pemuaian
yang jelas.”
Aku
menggunakan Youso Mizu lagi dan membekukan titik itu. Lalu aku gunakan Youso Hi
untuk meledakkannya.
“Ah...
sedikit lagi... ini harus cepat...”
Langkah yang
sama kuulangi sekali lagi. Tapi, Neuroi itu mulai menyerang bawah. Ku lihat
dibawah masih ada Producer.
“Bahaya....!”
Kata ku lalu aku turun dengan cepat mendahului serangan itu untuk menyelamatkan
Producer.
“Takawa, itu
bahaya..! Aduh....” Seru Mio.
“Producer
awas..!” Teriak ku.
“Akira...
eh...” Kata Producer.
Untung saja
aku masih bisa menyelamatkan Producer meski kaki ku sedikit terkena serangan
itu.
“Apa itu
tadi?” Tanya Producer.
“Bukannya
Yukiho menyuruh mu untuk pergi dari sini?”
“Memang, tapi
kami mengkhawatirkan mu.”
Aku mencoba
untuk menyambungkan saluran kepada yang lain.
“Semuanya
dengarkan aku. Sebisa mungkin kalian menghindar dari pergerakan yang
tiba-tiba.... ini perintah... Producer bersama ku aku harap kalian mau
bersabar.” Kata ku.
Ternyata,
suasana di tempat penginapan menjadi panik karena berita ku tadi.
“Apa....?!
ini bahaya...” Kata Chihaya.
“Jadi ini
yang dimaksud Akira-san tadi...” Kata Makoto.
“Semuanya,
ayo ikuti kata-kata Akira-san. Dan kita harus berdoa semoga semua baik-baik
saja.” Kata Haruka memberi semangat.
“Sebenarnya,
Akira itu siapa, ya?” tanya Ritsuko.
“Aku sendiri
juga tidak tahu.” Jawab Kotori.
“Tapi, dia
orangya menarik. Meski membahayakan.... tapi dia orang yang menarik.” Kata
Paman.
Kembali ke
pertempuran.
Kaki ku
terasa sakit hingga ku nyaris tidak bisa berdiri.
“Ah, sial....
Summon, High School DXD, Asia, Aiko keluarlah...”
Asia dari
High School DXD keluar dan mengobati diri ku.
“Akira...
sebenarnya kau siapa?”
“Siapa pun
aku. Yang pasti itu akan membuat mu tidak percaya. Jadi, sekarang diam saja
disini dan jangan kemana-mana.
Aiko juga
keluar.
“Kakak....
tidak apa-apa?”
“Kau bisa
melihatnya sendiri...”
“Akira-san
jangan memaksakan diri..” Kata Asia.
“Kakak?
Jangan-jangan dia...”
“Benar... dia
sodara kembar perempuan ku.”
“Kakak, aku
akan membantu Mio-san.”
“Lakukan...”
Aiko lalu
membantu Mio yang ada di atas. Dan Asia tetap memulihkan kaki ku.
“Akira, aku
masih tidak mengerti siapa dirimu.”
“Aku janji.
Kalau aku masih hidup, akan aku ceritakan apa yang terjadi sebenarnya.”
“Baiklah,
sudah seleai.”
“Terima kasih
Asia-san sekarang kembalilah.”
Asia kembali
dan aku menggunakan Youso Ongaku.
“Akan aku
getarkan dia. Producer, tetap disini ya...” Kata ku.
Aku kembali
ke tempat bertarung.
“Awas kau
mahluk hitam merah yang tidak berguna....”
Aku langsung
memainkan musik yang cukup membengkakkan telinga.
“Jadi dia
menggunakan cara lain...” Kata Mio.
“Kakak
hebat...”
Musik yang
cukup keras itu rupanya merusak tubuh Neuroi itu. Hingga akhirnya...
“Aiko...
Tembak benda itu..!” Teriak ku.
Aiko lalu
menembahnya dengan Youso Hi dan berhasil menghancurkan benda itu.
“Ma, tugas ku
disini sudah selesai... baiklah saatnya pulang.” Kata Mio dan dia menghilang.
Aiko lalu aku
tarik kembali dan kembali ke dunia asal. Aku lalu kembali menuju Producer dan
membuatnya pingsan dengan memukul kepala bagian belakangnya.
“Maafkan
aku Producer.” Kata ku.
Aku lalu
membawa Producer menuju penginapan kami. Sesampainya disana kebetulan efek
Battle Field sudah aku buang.
“Akira,
Producer...” Kata semuanya.
“Kami
pulang...” Kata ku.
“Apa yang
terjadi?” Tanya Kotori.
“Maafkan aku
Kotori-san. Aku tidak bisa memberitahu mu.”
“Lalu kenapa
Producer pingsan?” Tanya Ritsuko.
“Itu bisa
dibilang penyelamatan (maksudnya penyelamatan rahasia diri ku).”
“Penyelamatan...”
Kata mereka semua kebingungan.
Producer aku
bawa ke kamarnya dan sorenya dia bangun.
“Ah, apa yang
terjadi?”
“Wah, Selamat
Sore Producer...”
“Akira....
apa yang terjadi?”
“Kau pingsan
karena panas di pantai tadi...”
“Ah,
jadi..... tadi hanya mimpi...”
“Mimpi...?!”
“Ya, aku
bermimpi kau melawan sebuah pesawat besar sekali. Pesawat itu berwarna merah
dan hitam. Kau bisa terbang, kau memeiliki sayap. Kau juga memaggil seorang
wanita bertutup mata sebelah dan seorang wanita yang kau kata itu adik kembar
mu.”
“Wah, itu
mimpi yang bagus. Bagus itu kalau dibuat cerita.”
“Aku serius!”
“Ya, maaf
maaf. Oya, apa kau tidak ingin ke pantai? Semuanya ada disana sekarang untuk melihat
matahari terbenam.”
“Baiklah, aku
akan pergi. Lalu, bagaimana dengan mu?”
“Aku akan
menyiapkan buka puasa.”
“Baiklah aku
akan pergi...”
Producer
pergi menuju pantai. Tapi, aku tetap disini untuk mempersiapkan makan malam
semua dan juga buka puasa ku.
Aku menuju
dapur.
“Ah, kau dari
765-PRO. Ada yang bisa aku bantu?” Tanya bibi pemilih rumah.
“Apa aku bisa
membantu memasak untuk yang lain?”
“Ah,
silahkan.... bila itu tidak merepotkan mu.”
“Pasti tidak.
Aku hanya ingin anda membantu ku saat mencicipi makanan dan juga menghitung
waktu ku.”
“Waktu?”
“30 menit dan
semua selesai.”
“Apa kau
yakin?”
“Tenang saja
bibi. Aku biasanya juga 20 menit.”
“Baiklah.
Sampai jarum panjang di angka 9.”
“Bismillah....
Ayo mulai...”
Aku
memutuskan untuk membuat nasi Soto dengan daging dan kunir yang aku bawa
sendiri dari dunia ku.
“Apa kau
tidak ingin menggunakan daging di kulkas?”
“Ah, tidak
apa-apa. Ini cukup untuk semuanya. 4 Kg apa tidak cukup?”
“Aku tidak
tahu...” Kata Bibi pemilik rumah bingung.
“Ah, ya anda
bukan Aiko... maaf...”
“Ah, tidak
apa-apa...”
Soto sedag
dimasak. Masalahnya adalah aku lupa membawa santan untuk membuat kolak.
“Bibi, apakah
bibi punya kelapa? Atau santan?”
“Kalau kelapa
ada. Tapi, santan??”
“Baiklah
tidak apa-apa.”
Aku menuju
belakang. Memecahkan kelapa dan aku ambil dagingnya untuk ku buat santan.
“Tidak perlu
kental-kental.”
“Wah, kau
memang pria yang pintar memasak. Apa kau memiliki kedai?”
“Di tempat
asal ku memang aku memiliki kedai.”
“Pantas
saja....”
20 menit
berlalu dan aku tinggal menunggu Sotonya matang, nasinya matang, kolak .
“Sekarang aku
akan menyiapkan tempat untuk makan.”
“Baiklah, kau
bisa menggunakan tempat makan utama.”
“Ah, terima
kasih.”
Aku berlari
menuju ruang utama.
“Sial, buka
puasa dan semuanya akan datang 10 menit lagi.”
Untungnya
Bibi pemilik rumah membantu ku. Dan, tepat saat semuanya datang dan waktu buka
puasa tiba semua sudah selesai.
“Ah- hah-
hah.... lelah sekali.” Kata ku.
“Kau memang
orang yang hebat.”
“Terimakasih
bibi.”
Mereka semua
aku sambut.
“Ok, semuanya
selamat datang. Sekarang ayo kita makan.”
“Ada apa,
Akira?” Tanya Producer.
“Sudahlah...”
Aku
menggiring mereka menuju ruang makan utama.
“Wah, ini....
makan malam...” Kata Haruka.
“Ayo
serang...!” Seru Hibiki.
Mereka semua
duduk di tempat masing-masing. Setelah duduk, mereka bingung.
“Ini makanan
apa?” Tanya Mami.
“Warnanya
kuning...” Lanjut Ami.
“Isinya
daging...” Kata Hibiki.
“Tapi, baunya
sedap.” Kata Makoto.
“Minumnya
juga berisi labu. Dan pisang...” Kata Yukiho.
“Sudahlah....
sekarang saatnya kita makan.” Kata ku.
“SELAMAT
MAKAN!” Kata mereka semua.
“Wah, ini
enak...” Kata Hibiki.
“Aku serasa
hidup kembali...” Lanjut Haruka.
“Akira-kun,
tak ku sangka kau bisa memasak seenak ini.” Kata Paman.
“Ya,
terimakasih.”
“Tapi, aku
tidak bisa mengira kalau Akira bisa memasak.” Kata Ritsuko.
“Haha.... itu
menyakitkan sedikit.” Kata ku.
Aku senang
karena mereka semua menyukai masakan ku.
“Ah, aku tadi
melihat poster di dekat pantai. Di dekat sini katanya sedang ada festival musim
panas.” Kata Producer.
“Ah, itu benar...”
Kata Bibi pemilik rumah.
“He....
menarik juga.... ayo nanti kita kesana.” Kata ku.
“Kalian para
gadis apa tidak ingin ikut lomba putri yukata disana?” Tanya Bibi pemilik
rumah.
“Putri
Yukata?” Tanya Miki.
“Itu seperti
kontes kecantikan dengan memakai Yukata.” Jawab Chihaya.
“Kalau kalian
mau ikut bisa menggunakan Yukata milik ku. Jumlahnya banyak, silahkan pilih.”
Aku melirik
ke arah Ritsuko. Kelihatannya dia memiliki suatu rencana.
“Semuanya
yang perempuan ayo kemari!” Kata Ritsuko.
Aku,
Producer, dan Paman hanya diam dan kebingungan dengan apa yang sedang mereka
bicarakan.
Apa yang akan
terjadi selanjutnya?
Next Chapter : Summer Fasting Part 2 (夏 の 空腹時 Part 2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar