“Kan, aku sudah bilang dia tidak
aku bunuh...!”
“Tapi foto ini?!”
“Producer, aku berani sumpah. Kau
melihat pistolku tadi kan...”
“Iya, tapi foto ini menunjukkan
kau membunuhnya!”
Tidak lama, para wartawan datang
dan membawa polisi juga.
“Kau yang bernama Akira Takawa?”
“Benar...”
“Baiklah kau kami tangkap atas
tuduhan pembunuhan...”
“Kau pasti berkata dari foto
majalah itu kan. Aku bisa memberikan semua bukti yang kau mau. Bahkan aku bisa
membawa mu ke masa itu...”
“Hahaha, jangan menghayal nak. Kau
sudah terbukti...”
“Apa kau yakin itu aku?”
“Itu sudah pasti.”
“Ingatlah, majalah itu adalah
berita sampah....”
Aku pun tetap ditangkap dan
dimasukkan dalam penjara untuk tuduhan itu...
“Masyaallah, ada apa dengan mereka
ini...” kata ku.
Dilain pihak, 765-PRO sedang
menghadapi masa-masa sulit untuk interogasi dan penurunan order.
“Apa ini salah Akira?” Kata
Ritsuko.
“Tidak, aku yakin akan ada rahasia
dibalik ini semua..” Kata Yoshizawa-san.
“Itu benar, Ritsuko-kun. Aku yakin
pasti ada yang akan terjadi...”
Di saat yang sama, para Idol
765-PRO harus menghadapi introgasi tiada henti.
“Jadi apa yang kau ketahui tentang
Takawa Akira-san?” Tanya Itrogator.
Dan ini jawaban masing-masing
orang.
“Hmm, Akikan adalah pemain
saxophone yang baik dan pemain gitar yang medium class...” Jawab Ami.
“Lagi pula, dia adalah orang yang
baik. Roti yang selalu dibawanya itu enak...” Lanjut Mami.
“Akira, dia adalah orang yang
baik. Dan aku sangat tidak percaya kalau dia akan membunuh orang.” Jawab
Takane.
“Uh, anu, e.... Akira-san, dia
orang yang baik. Memang orangnya sulit ditebak, karena sedikit tertutup...
tapi, aku tidak percaya dia adalah seorang pembunuh.” Jawab Yukiho.
“Hmm aku pikir, Akira-san itu
tidak bersalah. Jadi aku tidak setuju.... jadi sekarang keluarkan Akira-san!”
Kata Makoto.
“He, ternyata didalam kebaikannya
dia adalah pembunuh berdarah dingin. Tapi, aku tetap tidak setuju dia dipenjara
seperti ini.” Kata Iori.
“Huwe, dia orang yang baik. Aku
bisa beberapa masakan karena diajarinya. Aku juga tahu sekarang bagaimana
bermain musik meski hanya bermain gitar secara ngawur.” Jelas Yayoi.
“He.... dia membunuh ya. Akira-san
itu orang yang banyak ide. Miki, sangat suka dengan orang seperti itu. Miki
berharap kalau punya kakak sepertinya.” Jelas Miki.
“Hu.... aku sangat tidak setuju.
Akira-san adalah orang yang baik. Kenapa dia menjadi pembunuh.... benarkan
Hamozou?” Seru Hibiki.
“Ya, ya.... dia orang yang banyak
akal. Aku tidak yakin kalau dia pembunuhnya.” Kata Azusa-san.
“Akira-san. Aku pikir dia tidak
bersalah. Dia orang yang baik. Aku sedikit tidak percaya kalau dia membunuh.”
Kata Chihaya.
“Aku tidak mau. Pokoknya aku tidak
setuju kalau Akira-san harus dihukum atas hal itu. Aku juga tidak yakin itu
pembunuhan. Aku ingin tahu dimana mayat orang yang dibunuh itu. Jangan hanya
foto yang ada saja yang menjadi bukti. Pokoknya aku yakin kalau Akira-san tidak
bersalah!” Kata Haruka mengebu-gebu.
“Akira ya, aku memang tidak terlalu akrab
dengannya. Tapi, dia orang yang baik. Jadi tidak mungkin dia adalah seorang
pembunuh. Meski wajahnya kelihatan sadis.” Jelas Ritsuko.
“Aku rasa dia orang yang baik. Aku
tidak pernah melihatnya cemas. Dia juga bukan tipe orang yang mudah marah meski
wajahnya menakutkan bagi ku.” Jelas Kotori.
“He, dia adalah keponakan angkat
ku yang baik. Penuh ide, dan multi talent. Jadi tidak mungkin dia adalah
seorang pembunuh. Karena dia hanya seorang pengamen jalanan yang mencari jati
dirinya.” Kata Paman.
Semua penjelasan sudah selesai.
Hanya tinggal Producer.
“Aku tahu apa yang sebenarnya
terjadi.” Kata Producer.
“Benarkah, apa yang kau tahu?”
Tanya Interogator.
“Aku tahu Akira bukan pembunuh.
Pistol yang digunakannya adalah sebuah peluru yang berisi obat bius berbentuk
jarum. Aku tahu itu darinya.”
Aku dibawa masuk ke ruang
introgasi.
“Aduh, sakit woi...!”
“Akira..!”
“Producer...!”
“Sekarang jelaskan. Apa yang
sebenarnya terjadi.”
“Baiklah, sebenarnya pistol itu
selalu melekat pada ku. Tapi, saat penyergapan kemarin, pistol itu hilang.”
“Bukan itu yang kami maksud.”
“Baiklah. Saat itu, sepulang dari
interview di Ragai Radio, aku bertemu orang yang kalian kira aku membunuhnya.
Orang itu mencuri tas seorang wanita. Karena itu, aku mengejarnya. Demi
efektifitas waktu, aku menembakkan alat itu. Tapi, dia tidak mati melainkan
tertidur. Lalu aku membawanya ke kantor polisi sekitar.”
“Baiklah, mari kita menuju kantor
polisi di dekat Ragai Radio.” Kata Producer.
Kami semua menuju Ragai Radio. Dan
kini samapai di TKP.
“Aku menembaknya disini. Dan
membawanya ke kantor polisi dekat sini. Ya, sekitar 300 meter dari sini kearah
barat.”
Kami menuju ke kantor polisi itu.
“Ini kantornya. Dan saat itu aku
langsung menyerahkan ke polisi yang sedang berjaga.”
Pak polisi yang bertemu dengan ku
saat itu datang menuju kami.
“Ah, kau kan yang waktu itu!?”
Kata Polisi itu.
“Ya, dan kini aku kena tuduh
karena pencuri itu.”
“Oh, pencuri itu ya. Kau memang
orang yang hebat. Dia kini ditahan 4 tahun. Dia juga adalah buronan Polisi
sekitar karena sudah hampir 2 bulan melakukan pencurian.”
“Baiklah, sekarang apa aku boleh
mengajukan tuntutan ke majalah itu?” Tanya ku.
3 hari setelah itu.
Aku memang masih dipenjara hingga
hari ini, aku melakukan sidang. Apakah aku bebas atau tidak.
Saat sidang, banyak sekali
wartawan meliput dan semua dari 765-PRO datang menjadi pembela ku.
“Akira Takawa-san.... kau dituduh
melakukan pembunuhan. Dan korbannya meninggal.”
“Benar, tapi itu hanya tuduhan.
Yang sebenarnya sudah terbukti.”
“Baiklah, apa pembela memiliki
kata-kata yang meringankannya?”
“Permisi, aku punya....” Kata Pak
Polisi yang waktu itu.
“Kau Watara Kaga dari kantor
cabang bukan..?!”
“Benar. Biarkan aku melakukan
pembelaan dengan video CCTV ini.”
Pak Polisi yang bernama Kaga-san
memutar CCTV saat kejadian.
Kami semua yakin kalau orang itu
tidak mati. Video itu menunjukkan saat aku menyerahkan pencuri itu dan 1 jam
setelah efek obat bius ku hilang.
“Wah, jadi Akira-san benar-benar
bukan pembunuh!” Kata Haruka semangat.
Akhirnya hakim pun memutuskan...
“Bagaimana juri?”
“Kami berpendapat dari video itu.
Bahwa terdakwa yang bernama Takawa Akira-san tidak bersalah!”
“Juri sudah memutuskan. Dan,
terdakwa Takawa Akira tidak bersalah!” Kata hakim.
Semua yang ada disitu teriak
bahagia. Dan beberapa orang dari 765-PRO menghampiri ku dan memelukku dengan
rasa bahagia.
“Syukurlah. Akikan kau bebas.”
Kata Mami.
“Hehe, sekarang rotinya harus
banyak, Akikan.” Lanjut Ami.
“Akira.” Sapa Producer.
“Producer. Terimakasih banyak atas
kesaksiannya.” Kata ku.
“He, Producer-san melakukan
kesaksian apa?” Tanya Hibiki.
“Itu rahasia kelihatannya.” Kata
ku.
Kami pulang menuju kantor. Dan,
akhirnya hari ini diakhiri dengan tidak adanya pekerjaan dan Paman menginginkan
untuk pergi berlibur ke pantai.
“Pantai..... besok adalah hari
pertama puasa.... apa yang harus aku lakukan?”
“Puasa....?” tanya Haruka.
“Puasa itu adalah kegiatan yang
selalu dilakukan orang Islam seperti ku untuk tidak makan dan minum dari
terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari selama 1 bulan penuh. Jadi kalau
jam di Jepang, sekitar dari jam 4.30 pagi hingga 7.00 malam.”
“Hah....” Teriak semua...
“Lalu 1 bulan seperti itu?!” tanya
Ami.
“Itu bagus untuk diet..” Lanjut
Mami.
“Begitulah....”
Dan hari itu selesai dengan
kebebasan ku dan semua itu sudah aku tulis dalam e-mail dan ku kirim ke Aiko.
Bagaimana aku akan melakukan puasa
di musim panas yang sangat panas ini?
Next Chapter : Summer Fasting Part
1 (夏 の 空腹時 Part 1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar