“Ayo belajar..” “Belajar nak biar
pinter..” “Nek gak sinau tak gepuk, lho..!”
Kita sebagai orang yang menggunakan
bahasa jawa sering bahkan selalu mendengarkan hal itu kapan pun saat weekdays
(hari biasa). Memang sih kalau kita disuruh belajar sama ortu atau sama orang
yang mengasuh kita, pasti deh kita belajar. Tapi, apakah kita tahu apa sih
belajar itu?
Ok ini dari cara pandang SekaiLife dari
berbagai sumber mengenai belajar.
Menurut Skinner ( 1985 ) memberikan
definisi belajar adalah “Learning is a process of progressive behavior
adaption”. Yaitu bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku
yang bersifat progresif.
Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 )
memberikan definisi mengenai belajar. “Learning is a change performance as a
result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam
performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
Menurut Morgan, dkk ( 1984 ) memberikan
definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent
change in behavior which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu
bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan ( practice
)atau karena pengalaman ( experience ).
Menurut Stern ” Learn ist kentinisserwerb
durch wiedurholte darbeitungan” yang dalam arti luasnya juga meliputi “der
ansignug neur fertigkeiten durch wiederholung die rede” ( Stren, 1950:313 ).
Dalam bukunya Walker “Conditioning and
instrumental learning” ( 1967 ). Belajar adalah perubahan-perbuatan sebagai
akibat dari pengalaman. Perubahan orang dapat memperoleh, baik kebiasaan –
kebiasaan yang buruk maupun kebiasaan yang baik.
C.T. Morgan dalam introduction to
psychology ( 1961 ). Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku sebagai akibat / hasil dari pengalaman yang lalu. (Sumber : http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar)
Dari sumber Wikipedia SekaiLife
menemukan pengertian bahwa belajar adalah suatu aktifitas dimana terdapat
sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,
tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.
Jadi bisa disimpulkan bahawa “Belajar
adalah suatu kegiatan yang membuat orang dari tidak tahu menjadi tahu melalui
penjelasan, pengamatan, dan atau pengalaman.” (SekaiLife 2012).
Ok kita sudah tahu apa itu belajar.
Kini ada masalah baru.
Kadang kita itu tidak mau untuk belajar
meski sudah dirayu, dimarahi, dipukul, dibantai (waduh lebai *plak*).
Ahaha.. ini sudah pasti hal yang selalu
dilakukan oleh para siswa saat masa sekolah. Ok akan aku jelaskan beberapa hal
yang menghambat kita untuk belajar. Ini bersumber dari sebuah situs wordpress.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar anak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil belajar anak. Berikut akan
diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.
1.
Faktor
Internal
Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan biologis serta faktor
psikologis.
Faktor
fisiologis dan biologis
Masa peka merupakan masa mulai
berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor fisiologis adalah
faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan
menjadi 2, yaitu:
-
Keadaan
tonus jasmani
Keadaan tonus jasmani sangat
mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar. Sedangkan kondisi fisik
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
-
Keadaan
fungsi jasmani atau fisiologis
Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada anak sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca
indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar.
Anak yang memiliki kecacatan fisik
(panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik namun nilai
akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan mempengaruhi
psikologisnya, diantaranya:
- sulit
bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan kekurangannya,
- ada
perasaan takut diejek teman,
- merasa
tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain.
Perasaan yang menghantui anak dapat membuat
prestasinya menurun. Namun ada juga anak yang menjadikan kekurangannya sebagai
motivasi untuk maju. Cacat fisik membuat anak tidak dapat malakukan aktivitas
belajar di sekolah dengan baik, sehingga perlu disediakan sekolah yang bisa
menampungnya sesuai dengan cacat yang disandang. Misalnya bagi penyandang tuna
netra bersekolah di SLBA, tuna rungu bersekolah di SLBB, dan sebagainya.
Faktor
psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang
berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar anak adalah
kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
-
Kecerdasan/
intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan
bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh
lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak itu sebagai
organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis
yang paling penting dalam proses belajar anak, karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin
tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih
sukses dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain
seperti orang tua, guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting
dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang
kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka
dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ menjadi
bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes
Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut (Fudyartanto
2002):
Tingkat Kecerdasan (IQ) Klasifikasi
140-169 amat superior
120-139 superior
110-119 rata-rata
tingi
90-109 rata-rata
80-89 rata-rata
rendah
70-79 batas
lemah mental
20-69 lemah
mental
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu
dapat diperoleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui
konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik
berada pada tingkat kecerdasan yang mana. Informasi tentang taraf kecerdasan
seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan
belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan
membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
-
Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang
mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang mendorong siswa
ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah,
dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi diartikan sebagai
pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku
seseorang.
Keseluruhan daya penggerak psikis dalam
diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan
memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai motivasi belajar. Dari
sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi ekstrinsik dan motivasi
intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua factor yang berasal dari dalam
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar,
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. frandsen (Hayinah,
1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain:
Dorongan ingin tahu dan ingin
menyelidiki dunia yang lebih luas
Adanya sifat positif dan kreatif yang
ada pada manusia dan kegiatan untuk maju.
Adanya keinginan untuk mancapai prestasi
sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting. Misalnya: orang tua,
saudara, guru, teman, dan sebagainya.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu
atau pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Motivasi ekstrinsik adalah anak memulai
dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak
secara mutlak berkaian dengan kegiatan belajar itu sendiri. Yang tergolong
bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:
Balajar demi memenuhi kewajiban.
Menghindari hukuman.
Memperoleh hadiah material yang telah
dijanjikan oleh orang tua.
Meningkatkan gengsi dari orang lain.
Memperoleh pujian dari orang lain.
Tuntutan jabatan yang diinginkan.
Bentuk motivasi belajar intrinsik dapat
ditingkatkan menjadi motivasi berprestasi, yaitu daya penggerak dalam diri
siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin, demi
penghargaan kepada diri sendiri. Jadi hasrat berprestasi tinggi bukan menurut
ukuran dan pandangan sendiri.
-
Minat
Secara sederhana minat merupakan
kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber
(Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama
halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.
Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang
akan disampaikan dengan cara.
Membuat menarik materi
Materi bisa dibuat menarik melalui
bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan seluruh domain belajar
siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, dan guru
juga harus memperhatikan performansi saat mengajar.
Pemilihan jurusan atau bidang sekolah
Pemilihan sebaiknya diserahkan pada
siswa, sesuai dengan minatnya.
-
Sikap
Dalam proses belajar sikap dapat
mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang
mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif (Shay,2003).
Sikap siswa dalam belajar dipengaruhi
oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif
dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan
bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas
seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembang kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha
untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan,
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi siswa.
-
Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi
proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan sebagai kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang (Syah, 2003). Berkaian dengan belajar, Slavin(1994) mendefinisikan bakat
sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses
belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai
bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu
untuk melakuakan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap
informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang
berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain
selain bahasanya sendiri.
Selain itu yang menjadi faktor
psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin diri adalah kemampuan diri yang
kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan dalam belajar.
Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara televisi yang
menarik.
Faktor
Eksternal
Selain faktor internal, faktor eksternal
juga dapat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non-sosial
(Syah, 2003):
Lingkungan
sosial
Lingkungan sosial anak dapat menimbulkan
kesulitan dalam belajar. Linkungan
sosial dibagi manjadi tiga, yaitu:
Lingkungan
sosial sekolah
Pendidikan di sekolah bukan sekedar
bertujuan untuk melatih siswa supaya “siap pakai” untuk kerja atau mampu
meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau mencapai angka rapor,
melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia sejati. Proses pembentukan
manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga, kemudian
dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, di dunia kerja dan di lingkungan
sekitar.
Di sekolah, untuk membentuk manusia
sejati ada salah satu harapan dari pendidik yaitu Self Regulated Learner (SRL).
SLR adalah murid-murid yang memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin
sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan
itu tidak akan terwujud jika lingkungan sekolah seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas tidak mendukung. Faktor-faktor yang dapat menghambat anak
belajar di sekolah adalah:
Metode
mengajar
Dalam mengajar guru memerlukan metode
yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi yang disampaikan oleh guru
terasa menarik dan siswa mudah menyerapnya.
Kurikulum
Kurikulum yang kurang tepat dapat menjadi salah satu faktor yang
dapat menimbulkan kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting dan selalu ada
dalam sebuah instansi pendidikan. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan
perkembangan psikologi anak.
Penerapan
disiplin
Disiplin dalam sebuah sekolah sangat
diperlukan untuk meengontrol kegiatan siswa di sekolah. Namun kedisiplinan yang
terlalu ketat akan membuat siswa merasa terkekang dan merasa ruang geraknya
dibatasi.
Hubungan
siswa dengan guru maupun teman
Suasana sebuah kelas didukung oleh peran
guru dan anggota kelas. Jika suasana kelas tidak mendukung, maka dapat
menghambat proses belajar anak. Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan teman
juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga tercipta suasana ynag baik dan
nyaman bagi siswa, sehingga mereka betah menjadi bagian dari kelas.
Tugas
rumah yang terlalu banyak
Guru memberikan tugas untuk siswa
merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa jenuh dengan tugas yang
terlalu banyak. Bagi sebagian siswa tugas merupakan beban. Hal seperti inilah
yang akan menghambat proses belajar anak.
Sarana
dan prasarana
Keberhasilan belajar anak juga didukung
oleh sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan prasarana yang memadai juga
membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.
2.
Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar anak. Lingkungan siswa yang
kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak
sekolah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi siswa.
Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan merasa
kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain.
3.
Lingkungan
keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali
anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses
belajar anak. Faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan permasalahan belajar
anak adalah:
Pola
asuh orang tua
Setiap orang memiliki pola atau cara yang
berbeda dalam mendidik anak. Pola asuh yang selalu mengekang anak akan membuat
anak sulit dan bahkan tidak dapat mengembangkan kemampuan dan bakat yang
dimiliki.
Hubungan
orang tua dan anak
Hubungan yang tidak harmonis antara
orang tua dan anak akan membuat anak tidak betah di rumah. Dengan begitu anak
tidak akan bisa melaksanakan aktivitas belajarnya dengan baik.
Keadaan
ekonomi keluarga
Meskipun tidak mutlak, perekonomian
keluarga dapat menjadi salah satu penghambat anak. Ada kemungkinan anak menjadi
minder dan malu bergaul dengan teman karena masalah ekonomi keluarganya. Dengan
perasaan minder anak akan mudah tersinggung, kecil hati, dan sebagainya.
Akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar anak.
Keharmonisan
keluarga
Keluarga yang tidak harmonis akan
memberi dampak negatif pada anak dalam belajar. Pertikaian atau cek-cok ayah
dan ibu akan membuat anak merasa terbebani sehingga anak menjadi kurang
semangat dalam belajar.
Kondisi
rumah
Kondisi rumah yang kurang memadai akan
membuat anak kesukaran dalam belajar. Letak rumah juga berpengaruh pada proses
belajar anak. Rumah yang terlalu dekat dengan jalan raya kurang efektif untuk
belajar anak.
Teman
sebaya
Teman sebaya dapat mempengaruhi proses
belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup sekolah maupun tempat tinggal
atau masyarakat. Pada usia anak-anak dan remaja, jiwa yang dimiliki masih
labil, emosional, pemarah, dan juga rasa egois sangat besar. Biasanya tejadi
kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya atau kawan bermain. Hal tersebut
disebabkan oleh perbedaan atau bahkan persaingan yang menimbulkan sikap saling
mengejek, mendorong, memukul bahkan kekerasan verbal.
Kekerasan sebagai gangguan emosi pada
dasarnya tidak hanya menyerang orang lain, tetapi juga menyerang diri sendiri. Persoalan
kekerasan dilihat dari lapangan psikologi pendidikan mencoba mengarahkan pada
lingkungan sekolahtempat anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya.
Interaksi sosial yang tidak sehat antar
teman sebaya di sekolah dipengaruhi faktor lingkungan dari luar yang dibawa ke
sekolah oleh peserta didik yang berujung pada tindakan kekerasan. Belajar yang
tidak menyenangkan juga membuat anak merasa tertekan dan bertindak nakal.
Sebenarnya kekerasan yang terjadi di kalangan siswa dibentuk dari pengalaman-pengalaman
lama.
Teman sebaya yang seharusnya bisa untuk memperoleh
informasi dan perbandingan tentang dunia sosisal, prinsip keadilan malalui
konflik yang terjadi dengan teman, bisa untuk belajar tentang konsep gender
juga dapat berpengaruh negatif bagi anak. Misalnya kebiasaan-kebiasaan buruk
yang dimiliki kawan sebayanya akan mudah mempengaruhi diri anak. Kebiasaan
buruk yang mudah ditiru biasanya dari ucapan atau tindakan.
Lingkungan
non-sosisal
Faktor yang termasuk lingkungan
non-sosial adalah
Lingkungan
alamiah
Yang dimaksud dengan lingkungan alamiah
adalah kondisi yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar tidak terlalu
silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.
Instrumental
Instrumental dapat digolongkan dua
macam:
Hardware
Yang termasuk perangkat hard ware adalah
gedung sekolah, alat, fasilitas, sarana prasarana belajar, dan sebagainya.
Software
Yang termasuk perangkat software dalam
pendidikan adalah kurikulum sekolah, peraturan, buku panduan, silabus, dan
sebagainya. (sumber : http://winawimala.wordpress.com/2011/03/24/faktor-penghambat-dalam-belajar-dan-cara-mengatasinya/)
Dan, dari sumber yang sama. SekaiLife
menemukan solusinya. (terimakasih pemilik akun wordpress) dan solusinya ini dia
:
Saat timbul hambatan dalam belajar,
hambatan tersebut harus segera diatasi. Dengan diatasi hambatan tersebut maka
proses belajar dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai hasil belajarr
yang maksimal. Cara mengatasi hambatan belajar dapat di mulai dari diri anak,
keluarga, dan sekolah.
o
Diri anak
1.
Menjaga kesehatan jasmani.
2.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
3.
Membangun motivasi diri.
4.
Belajar berinteraksi dengan lingkungan.
5.
Belajar menjaga emosi.
6.
Menerima keadaan (ekonomi, jasmani,dll).
o
Keluarga
1.
Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku
kepada anak.
2.
Menjaga keharmonisan keluarga.
3.
Menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam
belajar
4.
Megusahakan kesehatan anak, misalnya dengan
makanan bergizi.
5.
Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah
(menyapu, mencuci piring, dll).
6.
Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan
anak yang lain.
7.
Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.
8.
Mambangun dan memberi motivasi anak.
o
Sekolah
1.
Guru mangendalikan diri (emosi) saat mengajar.
2.
Guru menjaga kedekatan dengan siswa maupun
orangtua siswa.
3.
Guru bersikap adil pada semua siswa.
4.
Guru memberikan motivasi siswa, misalnya dengan
pujian, dan sebagainya.
5.
Guru mamberikan teladan yang baik pada siswa.
6.
Guru mengajar dengan menggunakan metode yang
menyenangkan.
7.
Guru melihat kelemahan masing-masing siswa,
misalnya ada siswa yang cacat fisik letak posisi duduk di depan.
8.
Guru mamberi tugas sesuai dengan kemampuan
siswa.
9.
Lingkungan yang nyaman untuk belajar siswa.
10.
Memberikan kelonggaran tata tertib, namun tetap
disiplin.
Ya demikian sedikit info dari SekaiLife.
Kalau ada lebihnya silahkan ambil kalau ada kurangnya mohon dimaafkan dan ingat
Nabi Muhammad Pernah bersabda “Tuntutlah ilmu dari buaian ibu hingga ke liang
lahat”
Sekian
ありがとうございます。
posting over long -.- :p
BalasHapusSebenernya ntu tugas terus aku edit dikit jadilah... ありがとうございました。 このコッメント
Hapus